Salin Artikel

800 Hektar Lahan Jagung di Gunungkidul Diserang Ulat Grayak

"Hampir semua kapanewon terkena dampak ulat grayak. Kemarin lumayan, ada 800 an hektar. Sekarang sudah lumayan bagus, kemarin banyak," kata Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY Sarno saat dihubungi melalui telepon Kamis (22/2/2024).

Dikatakannya, paling banyak di kawasan selatan, seperti Purwosari, Tanjungsari, Panggang, Saptosari, dan Tepus. Serangan ulat tersebut dengan tingkat kerusakan ringan, sedang, dan berat.

Kerugian yang dialami petani tidak banyak, karena petani mengisi lubang 3 sampai 2 biji jagung. Jika parah pun, bisa digunakan untuk pakan ternak.

"Tanaman jagung yang daunnya kurang dari empat akan mati, tapi kalau sudah di atas enam masih bisa hidup. Usia ulat itu kan hanya 20 hari," kata dia.

Dia menyebut ulat grayak berasal dari Amerika Latin dan mulai merebak di Indonesia sekitar tahun 2019. 

Saat ini serangan ulat itu sudah bisa diantisipasi sejak dini. Petani harus jeli melihat jika ada telur ulat untuk langsung di atasi dengan cara tradisional menggunakan abu dapur dan sisa gergaji.

"Kalau pakai kimia kita semprot yang mati ya mati, yang kebal gak mati. Terus gak mati jadi kepompong jadi kupu lagi, dan bertelur di situ lagi. Kemarin yang efektif seperti itu (menggunakan cara tradisional)," kata dia.

Ulat itu dengan kepala mirip huruf Y, dan menyukai tanaman jagung.

Sarno berharap petani bisa mengantisipasi saat masuk MT II, dan MT III, dan harus ada monitoring/pengamatan rutin sejak dini. Dengan begitu tindakan pencegahan dan penanganan yang perlu diambil selanjutnya akan lebih mudah.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/02/22/140749078/800-hektar-lahan-jagung-di-gunungkidul-diserang-ulat-grayak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke