Salin Artikel

Ada Pemilu, Kelenteng Tertua di Yogyakarta Tak Gelar Sembahyang Bersama

Kelenteng Poncowinatan ini didirikan sejak tahun 1881. Kelenteng tersebut dibangun di atas tanah Keraton Yogyakarta yang dihibahkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII kepada masyarakat Tionghoa di seputaran Pasar Keranggan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Kelenteng Poncowinatan menghadap ke arah selatan sebagai bentuk penghormatan kepada Keraton Yogyakarta.

Bangunan Klenteng Poncowinatan tak banyak berubah. Di area tengah yang sering digunakan untuk masyaraka Tionghoa sembahyang terdapat pilar-pilar kayu yang cukup besar.

Pilar kayu tersebut dipertahankan sejak tahun 1881. Hanya saja dilakukan perawatan berupa pengecetan. Di sekeliling pilar terdapat lukisan naga yang memutar.

Setiap menjelang Imlek, Kelenteng Poncowinatan selalu dibersihkan.

"Dibersihkan secara menyeluruh oleh kurang lebih 10 orang," ujar pengurus Klenteng Poncowinatan, Margomulyo, saat ditemui di lokasi, Selasa (7/2/2024).

Margomulyo yang juga generasi ketiga pengurus kelenteng ini menyampaikan setiap tahunnya jemaah yang bersembahyang di Kelenteng Poncowinatan semakin sedikit.

"Tiap tahun semakin sedikit, karena yang sembahyang disini kan rata-rata orang tua, kurang lebih seratusan orang," kata dia.

Peniadaan sembahyang bersama di Kelenteng Poncowinatan untuk menghormati prosesi pemilu. Selain itu juga untuk antisipasi adanya aji mumpung yang dilakukan oleh peserta pemilu.

Tahun-tahun sebelumnya H-2 Imlek Klenteng Poncowinatan menggelar ibadah bersama. Lalu saat malam Imlek jemaah ibadah secara mandiri.

"Ibadah mandiri malamnya (malam Imlek), kalau doa bersama bisanya maju dua hari sebelum Imlek," kata dia.

"Tahun ini memang ditiadakan, alasanya ya karena mau pemilu. Lebih ke biar ada masa tenang tidak membuat keramaian," katanya.

"Kita juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan (ditumpangi caleg)," imbuhnya.

Menurut dia dengan hanya menggelar ibadah mandiri ini membuat masyarakat yang hendak beribadah lebih fleksibel menyesuaikan waktunya.

Menjelang Pemilu 2024 ini, Margomulyo berharap Indonesia mendapat pemimpin yang amanah serta tidak ada lagi praktik-praktik kampanye dengan menggunakan isu sara.

"Semoga tidak terjadi (isu Sara) setiap pemilu ada seperti itu. Dari dulu zaman penjajahan diadu domba sampai sekarang masih ada yang bisa diadu domba dengan mengangkat isu-isu sara. Harapannya calon pemimpin bisa merangkul semua, siapapun presidennya," pungkas dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/02/07/173310078/ada-pemilu-kelenteng-tertua-di-yogyakarta-tak-gelar-sembahyang-bersama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke