Salin Artikel

Banjir di Hulu Sungai Jadi Berkah Bagi Pemulung Kelapa Kering Pantai Kulon Progo

Ketika itu terik panas matahari menusuk kulit. Angin pantai membuat rambut gondrong Usman alias Gondrong (31) berkibar-kibar menunjukkan helai semiran emas di rambutnya. 

Usman memisah batok kelapa yang utuh dari batok kelapa yang remuk. Dia juga memisah beberapa daging kelapa yang kering dan sudah bersih dari jamur. Benda itu berharga bagi dirinya. 

“Batok dan (daging buah) kelapanya dicari pengepul. Batok untuk briket, (daging) yang ini ada yang memesan untuk dibikin VCO (virgin coconut oil),” kata Usman di tepi pantai, Senin (22/1/2024).

Pemuda yang mengaku asal Kendal, Jawa Tengah, ini memperoleh buah kelapa itu dari tumpukan sampah yang berserakan di tepi pantai yang muara Sungai Progo. Muara sungai ini jaraknya sekitar setengah kilometer dari pantai wisata Trisik.

Terlihat buah kelapa kering bercampur dengan kayu, dahan, bambu, sampah plastik, sandal dan pampers menutup bibir pantai di sekitar muara sungai. 

Sampah tersebut dibawa arus sungai menuju laut. Arus laut pun membawa sampah ke pantai. Tingginya arus sungai dan laut akibat cuaca ekstrem badai Anggrek sejak pekan lalu. 

Sampah yang menggunung itu berkah bagi Usman. Pemuda itu tiba di Kulon Progo sejak Maret 2023.

Awalnya, ia berniat menyendiri di kawasan pantai dan mencari ilham karena kehabisan uang. Setelah melihat banyak kelapa, ia berniat memanfaatkannya.

“Tadinya mau ikut mencari rongsokan, tapi malu. Saya tidak bisa. Saya memutar otak,” kata Usman.

“Orang biasa mungkin tidak kepikiran (memanfaatkan kelapa), tapi orang yang sedang lapar bisa memikirkan jalan keluarnya,” katanya.

Ia mengupas sabut dan mengambil batok kelapanya. Sabutnya tidak dimanfaatkan karena tidak ada yang membeli.

Sementara batoknya dikumpulkan dan nantinya diambil pengepul perajin briket atau arang batok. 

Kata Usman, harga batok Rp 1.000 per kilogram. Kalau sudah jadi briket harganya bisa lebih tinggi lagi.

“(Daging buah) bagian dalam ini sudah ada yang beli juga. Saya pengeringan dan nanti ada yang beli,” kata Usman.

Banyak orang tertarik melakukan hal serupa. Beberapa pencari rongsokan bahkan ikut mencari batok kelapa.

Juwar (43), warga Kalurahan Brosot, Kapanewon Galur tampak duduk di gubuk yang menghadap pantai Selatan berombak garang. 

Ia dan suaminya mantan pengepul barang bekas. Setelah bangkrut, mereka mencoba cari batok kelapa untuk membuat briket. Mereka mengambil batok dari Usman. 

“Biasanya orang mencari kayu untuk kayu bakar atau kayu yang unik-unik. Tidak ada yang seperti ini (pencari batok). Kami berniat bikin briket,” kata Juwar.

Penjaga pantai dari Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah V Kulon Progo di Pantai Trisik, Marsudi menyebut, sampah yang menumpuk setelah hujan besar menjadi pemandangan biasa di pantai. 

Saat itu, banyak orang yang mendapat berkah dari situasi ini. Di antaranya, pencari barang rongsokan maupun pencari batok kelapa.

“Sudah menjadi hal biasa setiap muara Sungai Progo menerima kiriman sampah yang dibawa dari ujung. Jumlahnya sangat banyak. Itu pun sudah diambil buat kayu bakar, tapi tetap datang terus karena menepi ketika air pasang,” katanya. 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/01/24/045600578/banjir-di-hulu-sungai-jadi-berkah-bagi-pemulung-kelapa-kering-pantai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke