Salin Artikel

Kuota Sleman Buang Sampah ke TPA Piyungan Dibatasi 110 Ton Per Hari

SLEMAN, KOMPAS.com - Kuota Kabupaten Sleman membuang sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan dipangkas, seiring rencana diberlakukannya desentralisasi sampah di tingkat kabupaten/kota di DIY.

Jika sebelumnya Sleman bisa membuang sampah hingga 150 ton, saat ini dibatasi maksimal 110 ton per hari atau dikurangi 40 ton.

Kuota pembuangan sampah ini akan dievaluasi secara bertahap.

"Pengurangan sejak awal tahun ini. Rapat diputuskan (sampah dari) Sleman bisa masuk ke (TPA) Piyungan 110 ton per hari. Dan nanti akan dievaluasi. Namun, kami harapannya stabil," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Ephipana Kristiyani, dikutip dari TribunJogja, Selasa (9/1/2024).

Sebanyak 40 ton sampah yang tidak bisa terbuang ke TPA Piyungan akan dikirim ke TPST Tamanmartani untuk dikelola menjadi Refuse Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar yang berasal dari sampah.

TPST Tamanmartani sendiri telah diujicoba operasional mulai 21 Desember 2023. Setiap hari ada sekitar 20 ton sampah dari 3-4 truk sampah yang diambil dari sisi timur Yogyakarta untuk diolah menjadi RDF.

Dalam pelaksanaannya, operasional TPST pertama di Bumi Sembada ini sempat menemui kendala, terutama di kelistrikan yang tegangannya masih belum stabil sehingga sering njeglek.

"Mungkin kami ada kesalahan, tapi sudah diperbaiki, saya belum menerima laporan jeglek lagi," kata Ephipana.

Upaya Sleman mengurangi ketergantungan buang sampah ke TPA Piyungan juga dilakukan dengan membuat TPST di wilayah Minggir dan rencananya juga membangun di wilayah tengah.

Ketua Satgas Pengelolaan Sampah Sleman Dwi Anta Sudibyo sebelumnya mengungkapkan, untuk mengurangi sampah, pihaknya juga mengandalkan alat pengolah sampah di tingkat Kalurahan.

Ada empat alat yang disiapkan dengan nilai anggaran Rp 1,5 miliar per alat.

Alat ini dipasang di Turi, dan tiga lainnya dipasang di transfer depo sampah. Masing-masing diharapkan mampu mengolah sampah hingga 10 ton per hari.

"(Pengolahan sampah) sudah mendekati angka 150 ton perhari. Karena sebetulnya (rata-rata sampah dari Sleman ke TPA Piyungan) di angka 150 ton itu karena musim hujan. Musim hujan itu berat. Tapi kalau tidak musim hujan Kami sebenarnya hanya 135 ton per hari," katanya.

"Mudah-mudahan kita nanti di akhir Maret, kita sudah safe sampah di Sleman. Dan kita juga tekankan betul pemilihan sampah dari sumbernya. Terutama yang organik dan anorganik diinstruksikan tidak boleh dibawa ke TPST dulu, karena volumenya sangat terbatas. Jadi yang organik untuk dikelola masyarakat dibuat kompos maupun dibuat jugangan," imbuh dia.

Cara mengelola sampah mandiri

Ephipana pun meminta masyarakat Yogyakarta untuk mulai mengelola sampah mandiri karena mulai diberlakukannya desentralisasi pengelolaan sampah di tingkat kabupaten/kota tahun ini.

Jika masyarakat tidak mengurangi sampah, dikhawatirkan terjadi penumpukan.

Karena itu, gerakan pengurangan sampah di masyarakat akan terus digalakkan Pemkab Sleman, terutama sampah organik sisa makanan yang menimbulkan bau.

Untuk mengurangi sampah sisa makanan, Ephipana meminta masyarakat mengolah bahan makanan secukupnya agar tidak terbuang percuma.

"Jadi dibiasakan masak secukupnya. Ini sudah dipraktikkan di Kalurahan Sardonoharjo. Keluarga-keluarga di sana dibantu mahasiswa kedokteran UGM untuk menyediakan makanan sesuai dengan porsi secukupnya. Disesuaikan kebutuhan gizi, sehingga sisanya sangat minim. Kalau sisa jadi mubazir juga menimbulkan bau," katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kuota Buang Sampah untuk Kabupaten Sleman ke TPA Piyungan Dipangkas 40 Ton

https://yogyakarta.kompas.com/read/2024/01/09/131251278/kuota-sleman-buang-sampah-ke-tpa-piyungan-dibatasi-110-ton-per-hari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke