Salin Artikel

Merasa Tak Diajak Bicara soal Rencana Relokasi, PKL Maliboro Laporkan Pemda DIY ke Ombudsman

Paguyuban Tri Dharma melaporkan Pemerintah DIY atas dugaan pelanggaran maladministrasi terkait rencana relokasi Teras Malioboro 2.

Ketua Paguyuban dan Koperasi Tri Dharma, Arif Usman mengatakan ada rencana relokasi jilid 2 untuk Teras Malioboro 2. Sebelumnya, Gubernur DIY Sri Sultan menyebutkan jika setiap detail engineering design (DED) sudah mengajak bicara pedagang.

Namun, pedagang di Teras Malioboro 2 sampai dengan saat ini tidak pernah diajak bicara terkait rencana relokasi tahap 2.

"Katanya kemarin Ngarso Dalem dalam hal ini Sultan sebagai gubernur kan menyatakan bahwa setiap DED kita sudah diajak bicara," ujarnya di kantor Ombudsman DIY, Senin (18/12/2023).

Sehingga pihaknya menduga ada pelanggaran maladmistrasi dari pihak pemerintah daerah tentang aturan DED.

"Jadi untuk itu mungkin ada maladministrasi dari pihak provinsi tentang aturan DED itu, yang seharusnya ada pembicaraan dengan pedagang," ungkapnya.

Sekretaris Paguyuban Tri Dharma, Shinta Septiani menyoroti tentang menurunya pandapatan pedagang di Teras Malioboro 2. Setelah dipindahkan dari selasar ke Teras Malioboro 2, para pedagang mengaku sepi pembeli. Terutama pedagang yang lapaknya berada di paling belakang.

"Bukan menurun lagi, tapi anjlok, terjun bebas turunya 90 persen. Bahkan ada yang sampai dua minggu sama sekali daganganya tidak laku," ucap Shinta Septiani.

Diungkapkan Shinta musim liburan dengan banyaknya pengunjung di Malioboro tidak berpengaruh terhadap pendapatan para pedagang. Sebab lapak pedagang di Teras Malioboro tidak ditata secara strategis.

"Pedagang itu sudah ditatanya tidak strategis, dalam artian depan sudah dua muka, depan jualanya sudah lengkap. Tanpa harus masuk panas-panasan mereka (pembeli) sudah dapat yang dicari," urainya.

Menurut Shinta ada 923 pedagang yang berada di Teras Malioboro 2. Dari jumlah itu sebagian besar mengeluhkan daganganya sepi pembeli.

"Dari 923 mungkin bisa dibilang 70 persen mengeluhkan kalau omset mereka terjun, atau turun drastis," tandasnya.

Paguyuban Tri Dharma berharap agar Pemerintah DIY melakukan peninjauan ulang atas rencana relokasi dengan melibatkan PKL Teras Malioboro 2 secara aktif dan menyeluruh.

Selain itu, Pemerintah DIY diharapkan menyusun kebijakan yang partisipatif dan transparan sehingga mampu mengangkat perekonomian para PKL Teras Malioboro 2.

"Mewakili teman-teman pedagang, daripada kami dipindah direlokasi di tempat yang tidak menjamin kesejahteraan kami, silakan pindah kami di selasar dengan konsep baru dari pemerintah. Dan kami menuntut kesejahteraan, itu yang kami tuntut," tegasnya.

Sementara itu Kepala Ombudsman DIY, Budhi Masturi mengatakan, akan melihat kelengkapan syarat formil materiil laporan.

"Kalau memenuhi formil materiilnya baru kita lakukan langkah-langkah pemeriksaan laporanya," ungkapnya.

Budhi Masturi menuturkan akan memberikan kesempatan kepada Pemerintah DIY untuk memberikan penjelasan.

"Termasuk juga kita akan tawarkan, kalau kita fasilitasi untuk berdialog melalui proses mediasi Ombudsman kira-kira Pemerintah DIY berkenan nggak. Tadi kalau pedagang kan mau, kalau Pemerintah DIY mau itu bagus sekali akan lebih tuntas penyelesaianya," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/12/18/194230078/merasa-tak-diajak-bicara-soal-rencana-relokasi-pkl-maliboro-laporkan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com