Salin Artikel

10 Tukang Curi Tiang Fiber Optik di Kulon Progo, Mengaku untuk Ongkos Pulang ke Jabar

KULON PROGO, KOMPAS.com – Sebanyak 10 tukang asal Jawa Barat mencuri sejumlah tiang penyangga jaringan kabel optik di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mereka beralasan, uang hasil mencuri digunakan untuk ongkos pulang ke Jawa Barat.

Polisi menangkap para tukang itu selagi beraksi memotong tiang besi pekan lalu di jalan Wates-Purworejo, di depan Pengadilan Negeri Wates, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Wates, pada 28 November 2023 sekitar pukul 22.00 WIB.

“Kami tidak punya ongkos untuk pulang dan bayar sewa mobil. Kemudian terpaksa (menerima) ada tawaran untuk mencabut tiang,” kata A, pemimpin para tukang itu, Kamis (7/12/2023).

Pelaku merupakan mandor dan tukang yang berniat mengerjakan proyek membangun jaringan kabel optik di Semarang, Jawa Tengah. Mereka berangkat dari Jabar untuk mengerjakan proyek ini.

Dua di antara mereka adalah pekerja yang baru saja direkrut dan salah satunya masih usia pelajar. Mereka menyewa mobil Granmax bak terbuka untuk bekerja di Semarang.

A menceritakan, dia meminjam uang kepada seorang teman di Jakarta sebagai modal awal bekerja. Teman itu dulunya mandor dengan pekerjaan sama, yakni membangun jaringan optik.

Tiba di Semarang, pekerjaan memasang jaringan batal dan tidak ada kejelasan. Mereka lalu ke Yogyakarta dan kehabisan ongkos.

Pelaku menelepon mantan mandornya itu lagi untuk meminjang uang agar bisa pulang ke Jabar. 

Dari sinilah kemudian terjadi kesepakatan bahwa ongkos pulang ke Jabar akan diberikan setelah mereka mengumpulkan 100 tiang optik.

“Sebelumnya kita sepakat mengambil tiang, tapi pengambilan tiang dalam 100 (buah). Harga tiang Rp 2,5–300 (250.000-300.000). Kebetulan sambil mau pulang. Semua ikut,” katanya.

Mereka mencari tiang di berbagai wilayah, termasuk Kulon Progo.

Para tukang ini tertangkap ketika beraksi di Kulon Progo dan digelandang ke Polres Kulon Progo. A mengaku kecewa karena temannya tidak mau bertanggung jawab atas aksi mereka.

“Kecewa sekali, dia katanya mau tanggung jawab kalau ada apa-apa dan karena kami berani. Ternyata tidak ada apa-apa sama sekali,” katanya.

Pelaku berjumlah 10 orang, terdiri sembilan dari Garut, Jawa Barat, yakni AM (56), HJ (17), DG (19), IG (41), AA (20), Si (43), AB (25), IAL (27), dan Su (24). Sementara Ak (21) adalah buruh asal Haurwangi, Cianjur.

Kasat Reskrim Polres Kulon Progo Ajun Komisaris Polisi (AKP) Dian Purnomo mengungkapkan, pelaku mengakui beraksi dalam tiga hari belakangan saat malam hari.

Di lokasi pencurian, salah satu pelaku memanjat tiang untuk memotong kabel, sedangkan pelaku lainnya membongkar cor beton penahan tiang.

Tiang itu kemudian diangkut ke mobil bak terbuka, ditutup pakai terpal, lalu dibawa pergi untuk dijual.

Warga yang merasa curiga lalu melaporkan hal ini ke polisi. Polisi tiba dan memeriksa mereka. Polisi menggiring mereka ke Polres Kulon Progo bersama berbagai barang bukti, seperti mobil, 2 linggis, 1 obeng, 1 balencong, 1 gergaji besi, segulung plastik, tangga bambu, serta terpal.

“Kita masih mendalami adanya lokasi lain,” kata AKP Dian.

Polisi menjerat pelaku berdasarkan Pasal 363 ayat 1 ke-4E dan ke-5E tentang pencurian pemberatan dengan ancaman maksimal 7 tahun penjara.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/12/07/143611778/10-tukang-curi-tiang-fiber-optik-di-kulon-progo-mengaku-untuk-ongkos

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com