Salin Artikel

Percetakan di Yogyakarta Panen Pesanan Jelang Pemilu, Ada yang Tolak Pesanan dari Caleg

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar 5 tahun sekali menjadi berkah tersendiri bagi pengusaha percetakan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tepatnya di Jalan Munggur, Demangan, Kota Yogyakarta.

Pasalnya, menjelang masa kampanye Pemilu 2024 pesanan meningkat drastis, bahkan peningkatan pesanan berupa kartu nama, hingga kalender meningkat sejak Agustus 2023.

"Meningkatnya itu sejak Agustus, sebelum ada pengumuman nomor urut," ujar pemilik percetakan Al Fath, Al Fath saat ditemui di kantornya, Senin (20/11/2023).

Ia mengatakan pesanan banyak diterima dari calon legislatif (caleg) yang akan berkintestasi pada Pilihan Legislatif 2024, yakni pada 14 Februari 2024 mendatang.

"Kalai capres kita belum banyak menerima, kalau caleg pribadi sudah sejak Agustus bahkan sebelum ada nomor urut. Pesan stiker, kartu nama, kalender," ucapnya.

Kebanyakan, caleg memesan kartu nama dan kalender karena dinilai lebih personal berneda halnya dengan rontek yang hanya dipasang di ruang terbuka, serta dilewati banyak orang.

"Kalau kartu nama kan langsung (diberikan), kalau kalender juga dipajang," imbuhnya.

Peningkatan dibanding dengan hari-hari biasa menurit Al Fath bisa sampai 3 sampai 4 kali lipat.

"Sampai saat ini grafiknya naik terus, saat nomor urut keluar," kata dia.

Untuk pemesanan yang dilakukan caleg, wajib memberikan uang muka sebesar 60 persen dan sebelum pesanan diambil wajib sudah dilunasi. Hal ini untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan seperti caleg tidak melunasi.

"Pernah ada apalagi yang di luar pulau (Jawa), karena kebanyakan pesanan kami dari luar pulau (Jawa)," kata dia.

Kebanyakan dirinya mendapatkan pesanan dari caleg yang berada di Sulawesi, Maluku, dan Kalimantan. 

Menurut dia, caleg-caleg dari luar Jawa memilih memesan di percetakannya karena harga lebih bersaing ditambah kebanyakan yang memesan adalah pelanggan-pelanggan lama.

"Klien-klien lama, periode sebelumnya nyaleg kali ini nyaleg juga. Ada yang ngajak temannya (memesan), ada juga yang periode sebelumnya mencalonkan diri sebagai DPD periode ini DPR RI," jelas Al Fath.

Pemilik percetakan Mulia, Kusnadi justru memilih untuk tidak menerima pesanan baliho, spanduk, dan lainnya dari calon legislatif. Hal itu dikarenakan untuk memenuhi pesanan caleg dibutuhkan modal yang besar.

Selain itu, dia pernah mendengar dari rekan-rekannya sesama pemilik percetakan yang memiliki pengakaman tak menyenangkan yakni pesanan dari caleg tidak dilunasi.

"Pertama butuh modal yang besar (memenuhi pesanan caleg). Kedua walaupun tidak semua caleg lho ini, ada teman yang terima pesanan taoi calegnya tidak jadi (kalah), itu enggak dibayar," katanya.

"Saya memilih untuk tidak menerima pesanan dari caleg," katanya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/11/20/133359078/percetakan-di-yogyakarta-panen-pesanan-jelang-pemilu-ada-yang-tolak

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com