Salin Artikel

Pemerintah DIY Batalkan Rencana Pembelian Alat Pengelolaan Sampah di TPA Piyungan

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memutuskan membatalkan rencana proyek pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) yang diproyeksikan untuk pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan.

Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPKA) Wiyos Santoso menyebut untuk pengelolaan sampah sebenarnya kewenangan berada di kabupaten dan kota masing-masing.

Namun, sudah bertahun-tahun tepatnya sejak tahun 1990-an pengelolaan sampah justru dilakukan oleh Pemerintah DIY.

"Terkait dengan kondisi Piyungan sudah tidak mungkin lagi kita perluas, tidak bisa kita tambah lagi kapasitasnya sehingga sudah mulai harus kita batasi karena ketinggiannya sudah melebihi ketentuan juga," ujar Wiyos, Kamis (9/11/2023).

Lanjut Wiyos, karena kondisi tersebut Pemerintah DIY sudah melakukan komunikasi dengan pemerintah kabupaten dan kota mempersiapkan pengolahan sampah secara mandiri.

Ditambah, Ngarsa Dalem juga meminta pengelolaan sampah dilakukan di tingkat kabupaten dan kota.

"Walaupun selama 2023 Piyungan masih kita buka untuk kota tapi mulai kita batasi. Kalau itu kita loss-kan (biarkan) lagi mereka tidak akan siap tidak mulai-mulai (pengelolaan) sehingga itu akan kita serahkan ke mereka (kabupaten kota)," jelas dia.

Wiyos menambahkan, rencana pembelian alat pengolahan sampah melalui KPBU di TPA Regional Piyungan sebelum ada rencana desentralisasi pengelolaan sampah di DIY.

"Pada saat itu didelegasikan ke kabupaten kota akhirnya saya tidak jadi beli alat. Nanti kalau beli alat untuk siapa, karena tidak ada yang memanfaatkan akhirnya saya batalkan," jelas dia.

Menurut Wiyos, rencana untuk melakukan lelang juga dibatalkan.

"Belum sempat kita lelang itu baru rencana, belum dilaksanakan anggaran pun belum ada itu kan baru wacana kita akan membiayai pembangunan itu dengan meminjam BPD (bank)," kata dia. 

"Tapi kan itu baru rencana awal, di anggaran juga belum ada, belum disahkan DPRD juga. Jadi baru wacana akhirnya ada penedelagasian itu akhirnya rencana itu tidak jadi," katanya.

Wiyos menambahkan, Pemerintah DIY tetap akan melakukan pengolahan dan pengelolaan sampah di TPA Regional Piyungan.

Hal itu untuk mengurangi ketinggian tumpukan sampah di TPA Regional Piyungan.

"Ketinggian itu akan kita turunkan dengan kita olah ada kerjasama juga, nanti kerja sama dengan AMI atau dengan pihak ketiga untuk mengurangi timbunan," kata dia.

Pemerintah DIY juga berencana untuk menutup secara bertahap hal itu untuk mempersiapkan kabupaten kota agar lebih siap dalam melakukan pengelolaan sampah.

"Istilahnya mereka masih kita los buka ke sana terus masih rono terus .Jadi upaya kabupaten kota kurang maksimal," beber dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/11/09/231913978/pemerintah-diy-batalkan-rencana-pembelian-alat-pengelolaan-sampah-di-tpa

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com