Salin Artikel

Racik Keripik Pisang Narkoba di Kontrakan, Pelaku Berdalih Sewa Rumah untuk Konter HP

KOMPAS.com - Tempat produksi keripik pisang narkoba di sebuah rumah kontrakan di Dusun Temanggal, Desa Bumirejo, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, digerebek polisi.

Dalam penggerebekan pada Kamis (2/11/2023), personel Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri meringkus dua orang.

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Magelang AKBP Ruruh Wicaksono mengatakan, kepada pemilik rumah, pelaku berdalih menyewa tempat itu untuk konter handphone.

"Pelaku baru seminggu ngontrak," ujarnya, Minggu (5/11/2023).

Menurut Ruruh, kondisi rumah itu kini sudah kosong karena barang-barang milik pelaku sudah disita polisi.

Sementara itu, Ketua RT 007 RW 004 Desa Bumirejo Mustofa Tamimi menuturkan, dirinya tak mengetahui pekerjaan pelaku. Berdasarkan informasi dari pemilik rumah, dua orang tersebut hendak membuka konter ponsel.

Dari dua orang yang berada di rumah itu, baru satu orang yang menyerahkan data diri kepada Mustofa. Pria tersebut berasal dari Kelurahan Panjang, Kota Magelang.

Selama pelaku tinggal di rumah kontrakan itu, Mustofa mengaku tak menemukan hal yang mencurigakan.

Akan tetapi, Mustofa menyebutkan bahwa pelaku sering lalu lalang membawa ember dan alat pel ke fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) di luar RT 007.

"Saat itu, saya hanya berpikir keran atau kamar mandi di rumah mereka belum berfungsi dengan baik,” ucapnya, dikutip dari Kompas.id.

Dua orang tersebut merupakan bagian dari delapan orang yang dibekuk polisi terkait peredaran narkoba dengan modus baru, yakni melalui keripik pisang dan cairan bernama happy water.

Kedelapan pelaku diciduk di sejumlah tempat, yakni Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat; Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY); dan Kabupaten Magelang.

"Delapan orang total yang kita tangkap, ada yang berperan pemilik rekening, pengambil hasil produksi, pemasaran, produksi, dan juga distributor," ungkapnya dalam konferensi pers di Bantul, Jumat (3/11/2023).


Kasus peredaran narkoba dengan modus baru ini terungkap setelah polisi melakukan patroli siber.

Dalam patroli, polisi menemukan akun media sosial yang menjual keripik pisang dengan harga cukup tinggi.

"Dengan itu kita curiga, kita lakukan tracing dan pemantauan terhadap akun yang menjual tersebut," tuturnya.

Selepas melakukan pemantauan selama satu bulan, polisi membekuk pelaku di Cimanggis.

Dari penggerebekan itu, polisi mengembangkan kasus, hingga akhirnya petugas melakukan penangkapan di beberapa tempat.

Dari penangkapan yang dilakukan di sejumlah lokasi, polisi menyita barang bukti berupa 426 bungkus keripik pisang dalam berbagai ukuran, 2.022 botol happy water, dan 10 kilogram bahan baku narkoba.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Bayu Apriliano, Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Rachmawati)

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul Keripik Pisang Bernarkotika yang Bikin Pusing

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/11/05/171023578/racik-keripik-pisang-narkoba-di-kontrakan-pelaku-berdalih-sewa-rumah

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com