Salin Artikel

Cerita Warga Rela Berdesakan Berebut Gunungan Grebeg Maulud Keraton Solo

Warga Jumantono, Karanganyar, Jawa Tengah, itu bersama anaknya tiba di Masjid Agung Solo sekitar pukul 09.30 WIB.

Ia sengaja berangkat lebih awal agar bisa ikut berebut gunungan hasil bumi dan jajanan.

Mulati mengaku, senang meski hanya mendapat kacang panjang saat berebut gunungan.

Rencananya, kacang panjang tersebut dia masak dan dimakan bersama keluarga di rumah.

"Nanti disayur buat keluarga berkah, barokah semua," katanya seusai berebut gunungan Grebeg Maulud di halaman Masjid Agung Solo, Jawa Tengah, Kamis.

Grebeg Maulud merupakan tradisi rutin tahunan dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad atau Maulid Nabi.

Dua pasang gunungan diarak dari halaman Kori Kamandungan Keraton Solo oleh para abdi dalen keraton menuju halaman Masjid Agung Solo.

Sebelum menjadi rebutan pengunjung, dua pasangan gunungan jaler (laki-laki) dan gunungan estri (perempuan) didoakan ulama keraton di Masjid Agung Solo.

Sepasang gunungan dibawa kembali ke halaman keraton. Sedangkan sepasang gunungan lainnya ditinggal di halaman Masjid Agung untuk diperebutkan pengunjung.

Mulati mengaku, setiap tahun ia selalu datang ke Solo menyaksikan Grebeg Maulud Keraton Solo.

"Sudah lama (ke sini). Dari bujang (belum menikah) sampai punya anak selalu datang ke sini (untuk menyaksikan Grebeg Maulud. Sudah 15 tahun," ungkap dia.

Pengunjung lainnya, Jafar (67) mendapat bendera merah putih dan tali ijuk warna hitam. Bendera merah putih diikat di bambu akan dia tanjapkan di sawah sebagai tolak hama.

"Kalau orangtua bilang (tali ijuk) bisa menolak hujan, angin," ungkap warga Sragen, Jawa Tengah.

Jafar mengaku, sudah empat kali datang ke Solo untuk menyaksikan Grebeg Maulud Nabi Muhammad.

"Tiap tahun pasti ke sini. Saya ke sini sejak tahun 2013," ungkap Jafar.

Kerabat Keraton Solo, GKR Koes Moertiyah Wandasari atau Gusti Moeng mengatakan, dua pasang gunungan tradisi Grebeg Maulud dibuat melibatkan belasan abdi dalem.

Proses pembuatan dua pasang gunungan tersebut membutuhkan waktu sekitar dua pekan.

"Gunungan dibuat sejak tanggal 10 September 2023, ya dua minggu," kata Gusti Moeng.

Tafsir Anom Keraton Solo, KRT Muh Muhtarom mengatakan, gunungan dalam tradisi Grebeg Maulud menggambarkan bahwa hidup ini tidak bisa lepas dari laki-laki dan perempuan.

Gunungan jaler menggambarkan laki-laki. Gunungan laki-laki berisi sayur-sayuran mentah. Ada kacang panjang, terong, wortel, cabai dan lain-lain.

"Artinya kita seorang suami mampu mengupayakan mencari kebutuhan keluarga seperti bekerja dan seterusnya," terang dia.

Kemudian gunungan istri adalah makanan siap saji. Artinya, istri harus mampu menerima hasil dari suami untuk keluarganya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/09/28/131055278/cerita-warga-rela-berdesakan-berebut-gunungan-grebeg-maulud-keraton-solo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke