Salin Artikel

7 Peristiwa Sejarah di Yogyakarta, Ada Geger Sepoy dan Peristiwa G30S

KOMPAS.com - Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota yang kaya akan budaya, tapi berbagai peristiwa sejarah tercatat pernah terjadi di tempat ini.

Peristiwa sejarah ini ada yang terjadi ketika Yogyakarta berdiri hingga ketika telah resmi bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tak hanya tercatat berbagai buku sejarah, berbagai peristiwa sejarah ini juga diabadikan dalam monumen, prasasti, bahkan masih terus diperingati setiap tahunnya.

Menarik untuk diketahui, berikut adalah sederet peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Yogyakarta.

1. Berdirinya Keraton Yogyakarta

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri setelah ditandatanganinya Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Setelah itu, Pangeran Mangkubumi mulai memimpin Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Dilansir dari laman kratonjogja.id, proklamasi atau Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dikumandangkan pada tanggal 13 Maret 1755.

Selanjutnya, Sultan Hamengku Buwono I memulai pembangunan Keraton Yogyakarta pada tanggal 9 Oktober 1755.

Lokasi keraton ini konon adalah bekas pesanggrahan yang bernama Garjitawati yang digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram yang akan dimakamkan di Imogiri.

Versi lain menyebut bahwa lokasi keraton merupakan sebuah mata air yang bernama Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan.

Selama Kompleks Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dibangun, Sri Sultan Hamengku Buwono I dan keluarganya tinggal di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Baru pada tanggal 7 Oktober 1756, Sri Sultan Hamengku Buwono I memasuki Keraton Yogyakarta. Peristiwa ini ditandai dengan sengkalan memet: Dwi Naga Rasa Tunggal dan Dwi Naga Rasa Wani.

2. Peristiwa Geger Sepoy

Geger Sepoy atau Geger Sepehi adalah peristiwa sejarah di Yogyakarta berupa penyerbuan pasukan Inggris terhadap Keraton Yogyakarta yang terjadi pada tanggal 19-20 Juni 1812.

Sebutan Geger Sepoy diambil dari nama Brigade Sepoy yaitu tentara yang direkrut Inggris dari warga India yang sudah terlebih dulu masuk ke wilayah jajahannya.

Saat itu pasukan Inggris yang dipimpin oleh Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles memang tengah berusaha menancapkan demi bisa menguasai Pulau Jawa.

Namun usaha pasukan Inggris terhalang oleh sikap penolakan yang ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono II.

Raffles memanfaatkan konflik keluarga yang memperlemah pertahanan kasultanan untuk menggempur dan menundukan Kasultanan Yogyakarta.

Akibat peristiwa Geger Sepoy, Sri Sultan Hamengku Buwono II beserta para paneran yang masih tersisa ditangkap oleh pasukan Inggris.

Keraton Yogyakarta pun berhasil diduduki dan terjadi penjarahan besar-besaran terhadap harta-harta dan kekayaan intelektual yang ada di dalamnya.

Inggris juga melengserkanSri Sultan Hamengku Buwono II dan mengangkat Adipati Anom Surojo sebagai Sultan Hamengkubuwono III yang kemudian dipaksa tunduk kepada pemerintah Gubernurmen Inggris.

3. Bergabungnya Yogyakarta ke NKRI

Peristiwa bergabungnya Yogyakarta ke NKRI dikenal sebagai Amanat 5 September 1945.

Melalui Amanat 5 September 1945yang merupakan dekret kerajaan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam VIII menyatakan bahwa wilayah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman bergabung dengan NKRI.

Sehari setelahnya yaitu pada 6 September 1945, pemerintah pusat memberikan Piagam 19 Agustus 1945 yang merupakan bentuk penghargaan atas bergabungnya Yogyakarta dengan RI.

Piagam ini sekaligus memperkuat kedudukan Sri Sultan HB IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII dalam memimpin Yogyakarta.

Hal ini juga menjadi awal mula Yogyakarta menyandang status sebagai sebuah daerah istimewa.

4. Pemindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Yogyakarta

Setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, selanjutnya Jakarta menjadi Ibu Kota Republik Indonesia dan pusat pemerintahan Republik Indonesia.

Namun kondisi keamanan di Jakarta yang semakin memanas, membuat pemerintah mengambil keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Yogyakarta.

Tepatnya pada 4 Januari 1946 Yogyakarta pun menjadi ibukota RI sementara sampai tanggal 27 Desember 1949.

Pada tanggal 28 Desember 1949 ibukota negara Indonesia kembali ke Jakarta.

5. Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah sebuah peristiwa serangan serentak yang dilakukan TNI dan rakyat untuk melawan pasukan Belanda yang menduduki wilayah Yogyakarta.

Peristiwa ini terjadi setelah Belanda berusaha melakukan pendudukan terhadap Yogyakarta yang tengah berstatus sebagai ibu kota sementara karena kondisi keamanan di Jakarta yang tidak kondusif.

Penyebabnya adalah Agresi Militer Belanda ke-II yang menyebabkan situasi Yogyakarta mulai memanas.

Selain itu, Belanda terus melanggar sejumlah kesepakatan dan terus melancarkan propaganda ke dunia internasional bahwa Republik Indonesia sudah hancur dan tentara Indonesia sudah tidak ada.

Serangan Umum 1 Maret 1949 dimulai tepat pukul 06.00 WIB dengan ditandai bunyi sirine sebagai tanda dimulainya serangan secara serentak di seluruh wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Sasaran utama serangan yaitu Benteng Vredeburg, kantor pos, istana kepresidenan, Hotel Tugu, stasiun kereta api, dan Kotabaru.

Pertempuran memuncak pada pukul 11.00 WIB, ketika bantuan pasukan Belanda mulai datang dari arah Magelang yang terdiri dari pasukan kavaleri pasukan Netherland Indies Civil Administration (NICA) dan komando Gajah Merah di bawah pimpinan Kolonel Van Zaten.

Melihat hal tersebut, pasukan RI segera menarik pasukan kembali ke luar kota setelah berhasil menguasai Kota Yogyakarta selama kurang lebih enam jam.

Walau terjadi sangat singkat, namun berita kemenangan ini kemudian disebarluaskan melalui jaringan radio ke seluruh nusantara dan juga terdengar oleh dunia Internasional.

Perlawanan singkat tersebut akhirnya berhasil meruntuhkan propaganda Belanda dan dapat kembali menegakkan posisi Indonesia di mata internasional.

6. Peristiwa Yogya Kembali

Peristiwa Yogya Kembali adalah sebuah peristiwa sejarah yaitu ditariknya pasukan Belanda dari Ibu Kota sementara di Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949.

Peristiwa ini terjadi setelah berlangsungnya Perjanjian Roem Royen yang pembahasannya dimulai sejak 14 April 1949 hingga disepakati dan ditandatangani pada 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta.

Salah satu isi Perjanjian Roem Royen yaitu Belanda akan mengembalikan kegiatan pemerintahan Republik Indonesia ke Kota Yogyakarta sebagai ibu kota negara sementara.

Penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta kemudian baru dilangsungkan pada 29 Juni 1949 secara serentak mulai dari selatan ke utara dan keluar dari kota ke arah Magelang.

Pada hari itu pula secara resmi kedudukan Yogyakarta kembali berfungsi sebagai ibu kota Republik Indonesia, sehingga disebut sebagai Peristiwa Yogya Kembali.

Peristiwa Yogya Kembali memiliki dampak yaitu kembalinya Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya ke Yogyakarta.

Hal ini tentunya menjadi salah satu titik awal bebasnya Bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945.

7. Peristiwa G30S di Yogyakarta

Peristiwa G30S adalah operasi pembunuhan para jenderal angkatan darat yang terjadi pada 1 Oktober 1965 dini hari.

Peristiwa G30S tidak hanya terjadi di Lubang Buaya, Jakarta saja, tetapi juga terjadi di Yogyakarta

Peristiwa G30S di Yogyakarta mengakibatkan dua perwira TNI AD gugur yaitu Brigjen Katamso Darmokusumo dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto.

Keduanya dieksekusi secara sadis dan dikubur di dekat Markas Komando Yon L di daerah Kentungan, utara Kota Yogyakarta.

Setelah ditemukan, jasad Kolonel Katamso dan Letjen Soegijono kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara di Yogyakarta.

Keduanya kemudian dinyatakan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur dalam peristiwa G30S di Yogyakarta.

Sumber:
kebudayaan.jogjakota.go.id  
kratonjogja.id  
kebudayaan.jogjakota.go.id  
monjali-jogja.com
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
kompas.com (Verelladevanka Adryamarthanino)
yogyakarta.kompas.com - yogyakarta.kompas.com  (Puspasari Setyaningrum)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/09/26/222409378/7-peristiwa-sejarah-di-yogyakarta-ada-geger-sepoy-dan-peristiwa-g30s

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke