Salin Artikel

Cerita Warga Cari Air di Pinggir Sungai Ngrawu Gunungkidul, Butuh 2 Minggu Selesaikan 1 Sumur

Namun, air sumur kini baru mencapai penampungan belum sampai ke perumahan warga karena keterbatasan anggaran.

"Belum dialirkan ke rumah warga," kata warga Padukuhan Gebang, Sutrisno Selasa (26/9/2023).

Dikatakannya, selama dua minggu warga bergiliran melakukan penggalian di sekitar sungai Ngrawu. Akhirnya air didapatkan di kedalaman sekitar 4 meter.

"Airnya bening banget, sekarang sudah dipasang meteran listrik juga," kata dia.

Sutrisno menceritakan jika air itu nantinya menjadi andalan sebagian warga Padukuhan Gebang. Sebab, jika musim kemarau kondisi sumur surut dan airnya muncul bau tanah.

"Nanti yang mengelola kelompok, dan disalurkan ke rumah warga," kata dia.

Sejak 2006 soalm, warga mulai menggali sumur di sekitar sungai Ngrawu. Tidak hanya Padukuhan Gebang, namun warga yang dilintasi sungai melakukan hal yang sama.

"Kalau di sini sekitar 20-an sumur sudah ada. Pemanfaatannya satu sumur bisa untuk dua sampai lima keluarga misalnya. Tapi ada juga yang banyak," kata dia.

Warga Gebang lainnya, Lian mengatakan, jika pada 2006 pasca-gempa, air sumur sebagian warga mengering saat musim kemarau. Warga kemudian mulai mencari sumber air di sekitar sungai Ngrawu.

Mereka menyalurkan ke rumah menggunakan pipa paralon. "Airnya lumayan bening," kata lian.

Dukuh Gebang Agus Bayu Setya Budi beberapa waktu lalu mengatakan hal yang sama. Sumber yang digali hari ini akan dimanfaatkan sekitar 120-an kepala keluarga, yang nantinya setiap rumah akan dipasang meteran, dan dikelola oleh kelompok. Diharapkan dengan adanya sumber air yang baru ini memberikan solusi masalah air bersih.

Sebab, selama ini warga Padukuhan Gebang mengalami kesulitan air bersih saat musim kemarau. Sumur yang mulai turun debitnya, sehingga sebagian warga harus membeli dari tangki swasta sekitar Rp 150.000 sampai Rp 170.000.

"Sumur ada, kalau kemarau kalau mau dipakai jor-joran tidak bisa. Misal mau mencuci harus menunggu sumur terisi. Begitu juga untuk memberi minum ternak," kata Agus.

Jika sumber sudah ditemukan, maka nantinya akan disedot dengan mesin pompa listrik, dan akan disalurkan ke tempat penampungan yang diletakkan di RT 4. Pipa, penampungan, dan pompa air bantuan dari Kalurahan, sementara untuk kebutuhan yang lain mereka swadaya.

"Semoga nanti bisa mencukupi kebutuhan air bersih warga kami," kata Agus.

Terpisah, Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Toto Sugiharta mengatakan, saat ini pihaknya sudah melayani sambungan rumah (SR) air bersih di 103 kalurahan. Jika dilihat dari jumlah penduduk yang telah menggunakan layanan mencapai 62 persen.

Sisanya sebagian masyarakat menggunakan Pamsimas, Pamsides, Pamsidus, hingga menggunakan sumur. Adapun di antaranya mengganti pompa di Baron, Tanjungsari bertambah 18 Lps (liter per second), serta Bribin, Semanu bertambah menjadi 15 Lps.

Pembangunan SBT Seropan 100 Lps, New Ngobaran 100 Lps dan di pada 2024/25 mendatang IKK Tanjungsari 50 Lps.

Update terbaru kekeringan per 26 September 2023

Kepala Pelaksana Badan Penaggulangan Bencana Gunungkidul Purwono menyampaikan saat ini sudah ada 76 padukuhan, di 23 kalurahan, dalam 12 kapanewon yang meminta bantuan dropping air bersih ke BPBD.

Pengajuan droping air dilakukan dari kalurahan, dan diteruskan ke BPBD. Pihaknya mencatat ada 16 Kapanewon sudah terdampak kekeringan. BPBD menjamin pasokan air bersih masih bisa dilakukan dua bulan kedepan.

"BPBD Gunungkidul sudah menyalurkan 374 tangki dari 1060tangki yang dianggarkan tahun ini," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/09/26/183459178/cerita-warga-cari-air-di-pinggir-sungai-ngrawu-gunungkidul-butuh-2-minggu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke