Namun, ada beberapa siswa yang masih menunggu di sekolah, salah satunya Soleh Eko Wibowo (20). Dia tampak duduk di sekitar perpustakaan sekolah sambil memegang telepon genggam yang sudah tua dibandingkan milik teman sebayanya.
Soleh tengah asyik membuat animasi menggunakan teleponnya. Animasi yang dibuatnya diunggah di akun media sosial pribadinya. Soleh memanfaatkan wifi gratis milik sekolah untuk menyalurkan bakatnya itu.
"Senang membuat komik dan animasi video pendek sejak SMP," kata Soleh ditemui di sekolahnya Rabu.
Selesai menyalurkan hobinya, Soleh langsung menuju ke belakang sekolah untuk mencari barang bekas seperti botol, dan gelas bekas minuman ringan. Satu persatu sampah dia singkirkan untuk mencari barang pilihannya.
Setelah satu kantong besar penuh, dirinya mengambil sepeda berwarna putih pemberian salah seorang guru sekolahnya. Penuh semangat, dirinya mengayuh sepeda itu langsung menuju ke sebuah apotek tak jauh dari sekolah.
Dia membeli obat penurun panas dan batuk untuk salah seorang adiknya yang sakit. Soleh merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. "Adik kebetulan sedang panas dan batuk sejak beberapa hari," kata dia.
Soleh menempuh perjalanan sekitar 15 km menuju rumahnya, dari pengamatan Kompas.com, dia sempat berhenti untuk mengambil gelas minuman ringan dan dimasukkan ke wadah plastik. Saat menanjak, Soleh mengayuh sepedanya sambil berdiri agar lebih ringan.
Sejumlah ibu-ibu yang sedang duduk di pinggir jalan sempat menyapa Soleh, saat dia mengayuh sepedanya menuju ke rumah di Padukuhan Jeruklegi, Kalurahan Katongan, Kapanewon Nglipar. Awal sekolah, dia lakoni dengan berjalan kaki, sejak dua tahun diberi sepeda oleh guru, dan warga.
"Tidak malu, nanti barang bekas ini dikumpulkan di rumah, lalu setelah banyak dijual. Biasanya dapat antara Rp15.000 sampai Rp 25.000 kadang lebih kadang kurang," ujar dia.
Tak hanya sepulang sekolah, siswa kelas XII Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran ini menghabiskan waktu libur untuk memulung sampah. Bahkan sampai ke wilayah Kapanewon Ngawen.
Meski tidak banyak hasil yang didapatkan, hal ini cukup membantu untuk biaya jajan dan kebutuhan sekolah. Tumbuh dalam keluarga dengan keterbatasan ekonomi tak membuatnya menyerah.
Ibunya berprofesi sebagai tukang kebun, serta menjual makanan jika ada pesanan, dan ayah sambungnya bekerja sebagai buruh bangunan. "Ya untuk jajan dan beli kuota," kata Soleh.
Soleh tak memiliki cita-cita yang muluk, dirinya setelah lulus ingin menjadi kreator konten atau berjualan angkringan. Saat ini dirinya sudah merintis membuat akun media sosial yang berisi tentang animasi dan komik.
"Dulu YouTube saya sudah 500 pengikut, tapi hilang. Sekarang mulai lagi, baru 70-an pengikut," kata dia.
Kepala Sekolah SMK Teruna Jaya 1 Gunungkidul, Supater Murbo Prihadi, mengatakan Soleh berasal dari keluarga yang kurang mampu. Soleh tergolong siswa biasa, tetapi memiliki ketekunan.
Ia membenarkan bahwa siswanya tersebut sering mengambil barang bekas untuk dijual sepulang sekolah. Untuk meringankan pembiayaan sekolah Soleh sudah mendapatkan bantuan dari donatur.
Selain itu, lanjut Supater, siswa kelahiran 27 September 2003 itu terlebih dahulu menghabiskan waktu sekitar satu jam memanfaatkan wifi sekolah untuk mengedit animasinya.
Pihak sekolah mendukung hobinya tersebut, diharapkan hobinya tersebut dapat menambah pendapatannya sebagai kreator konten.
"Dia betah di sekolah, pas sudah jam pulang dia manfaatin wifi dulu untuk buat animasi dan komik," kata Supater.
Dia berharap, anak didiknya ini bisa sukses dan membantu perekonomian keluarganya.
https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/09/14/102759378/soleh-yang-tak-malu-jadi-pemulung-sepulang-sekolah-ingin-jadi-kreator