Salin Artikel

BMKG Sebut Fenomena Kabut Tebal di Yogyakarta Bisa Ganggu Penerbangan

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta diselimuti kabut tebal dalam beberapa hari terakhir.

Fenomena ini juga menyelimuti wilayah Bandara Internasional Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, terutama pada pagi hari.

Menurut Kepala Stasiun Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Warjono, kabut tebal tersebut biasa dikenal sebagai kabut pantai.

Warjono menjelaskan, umumnya, fenomena kabut tebal disebabkan adanya transfer kelembapan dari wilayah perairan ke wilayah daratan.

Saat pagi atau ketika matahari mulai bersinar, permukaan daratan mendapat panas lebih cepat dibandingkan permukaan laut.

Karena itu, tekanan udara di darat menjadi lebih rendah ketimbang di laut. Hal ini yang menyebabkan adanya transfer kelembapan dari permukaan laut ke daratan.

Selain itu, suhu permukaan di daratan juga masih dingin pada pagi hari, yakni sekitar 21-22 derajat Celcius sehingga terjadi proses kondensasi, dan terbentuklah kabut tebal di sekitar wilayah pantai.

Adapun suhu dingin yang tercatat di Bandara Internasional Yogyakarta mencapai sekitar 17 derajat Celcius, sedangkan rata-rata suhu dingin di Yogyakarta mencapai 24 derajat Celcius.

"Singkatnya, suhu dingin dibarengi kelembapan permukaan yang tinggi sehingga terjadi kondensasi berupa pembentukan butiran air di udara yang mengambang. Kabut itu perlahan akan hilang menjelang siang, seiring meningkatnya suhu udara permukaan di wilayah tersebut," kata Warjono, Sabtu (9/9/2023), dikutip dari TribunJogja.com.

Kabut tebal ganggu aktivitas penerbangan

Warjono mengatakan, fenomena kabut tebal yang terjadi di Yogyakarta ini bisa mengganggu aktivitas penerbangan. Pasalnya, kabut yang sangat dekat dapat mengganggu pendaratan pesawat.

"Sehingga harus menunggu sampai cuaca memungkinkan. Kabut sampai di bawah 1.000 tentunya akan menggangu pendaratan, sedangkan untuk terbang masih bisa," ujar Warjono.

Imbauan BMKG

Fenomena kabut tebal disertai udara dingin ini diperkirakan akan berakhir pada bulan Oktober-November 2023.

Warjono mengimbau seluruh masyarakat agar lebih waspada dalam berkendara pada pagi hari karena kabut tebal dapat membuat jarak pandang berkurang.

Biasanya, dia menambahkan, sekitar pukul 07.00-08.00 WIB, kabut tebal perlahan mulai menghilang seiring dengan memanasnya suhu di permukaan.

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul "Begini Penjelasan BMKG Yogyakarta Terkait Fenomena Kabut Tebal Disertai Udara Dingin di DIY"

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/09/09/173213778/bmkg-sebut-fenomena-kabut-tebal-di-yogyakarta-bisa-ganggu-penerbangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke