Salin Artikel

APBD Perubahan DIY Defisit Rp 90 Miliar, Hanya Bisa untuk Bayar Kebutuhan Pokok

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menjelaskan, saat memasuki anggaran perubahan ini memiliki waktu untuk melakukan akselerasi.

Menurut Sultan, Pemerintah DIY memiliki berbagai rencana pembangunan tetapi anggaran yang ada sampai akhir tahun tidak mencukupinya.

“Dalam APBD itu tidak bisa kita bangun yang lebih dari tahun yang ada. Hanya yang boleh kebutuhan-kebutuhan pokok yang harus dibayar, misalnya air, listrik, BBM untuk kendaraan,” Ujar Sultan, Jumat (25/8/2023).

Sinuwun berkata, kebutuhan pokok tersebut yang harus dipenuhi dalam waktu 3 bulan, dan jika akan membangun fisik harus dalam waktu tiga bulan. Sedangkan jika membangun fisik tidak dimungkinkan dengan jangka waktu tiga bulan.

“Perubahan anggaran ya diatur lagi aja dalam arti mestinya pendapatannya 6 koma berapa triliun turun 87 atau 82 (miliar) gitu. Itu aja, berarti kan karena pendapatannya memang kita memperkirakan sampai akhir tahun itu penghasilannya turun,” kata dia.

Ngarsa Dalem menyebut, turunnya APBD DIY pada tahun ini karena ada beberapa hal seperti Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat turun, perhitungan pendapatan dari BUMD juga tidak sesuai dengan yang diharapkan Pemerintah DIY.

“Karena APBN turun untuk DAK, kita perhitungkan dr BUMD masuknya tidak sesuai dengan perkiraan kita. Kan otomatis turun, tapi kalau pajak dan sebagainya mengalami kenaikan,” kata dia.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana menjelaskan dalam perubahan anggaran (APBD perubahan), antara Silpa dan defisit memang terdapat selisih atau defisit RP 550 miliar dan silpa hanya Rp 460 miliar sehingga terdapat selisih sekitar Rp 90 miliar.

“Gap Rp 90 miliar itu harus diselesaikan dengan tidak mengurangi kegiatan-kegiatan yang lain, kita mengurangi dua kegiatan besar pertama pengadaan lahan untuk rumah sakit Respira Yogyakarta, awalnya dianggarkan Rp 90 miliar tetapi kita kurangi sampai separuhnya Rp 46 miliar,” kata dia.

Alasan mengurangi anggaran untuk pembelian lahan karena untuk perizinan dan tata ruang belum selesai dikerjakan jika dianggarkan penuh juga belum tentu terserap tahun ini, dan baru tahapan appraisal yang selesai pada Oktober.

“Kalau kita anggarkan full sulit untuk terealisasi,” kata dia.

Lalu langkah kedua diambilkan dari penganggaran pembangunan gedung BKD yang sebesar Rp 73 miliar. Awalnya pembangunan ini dilakukan secara multi years dengan anggaran Rp 38 miiliar dan Rp 36 miliar. Pada tahun ini baru bisa direalisasikan Rp 12,5 miliar.

“Tahun ini kita pasang Rp 38 milliar dan tahun depan Rp 36 miliar tahun ini kita kurangi jadi Rp 12,5 miliar karena mereka belum lelang, kalau kita tetap pasang full tidak terserap,” kata dia.

“Konsekuensinya, tahun depan anggaran itu kita tambahkan lagi untuk Respiran dan pembangunan gedung BKD nambah tidak hanya 30 sekian tetapi juga ditambahkan tahun ini sekitar Rp 50 miliaran,” imbuhnya.

Huda berujar, saat pengantaran APBD Perubahan oleh Gubernur DIY menyampaikan skenario pengurangan tambahan penghasilan pegawai (TPP) untuk menyeimbangkan anggaran.

“Itu pengajuan sementara saja, ketika sudah balance dikembalikan lagi. TPP pernah dihantarkan gubernur tapi dikembalikan lagi kita gantikan anggaran TPP dengan dua item besar itu,” jelas dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/08/25/171011578/apbd-perubahan-diy-defisit-rp-90-miliar-hanya-bisa-untuk-bayar-kebutuhan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com