Salin Artikel

Kota Yogyakarta Catat 5 Kebakaran Lahan, Dipicu dari Pembakaran Sampah

"Ada 5 pada tanggal 3, 4, 8, 12 dan 13 Agustus 2023 di Kota Yogyakarta. Kebakaran itu terjadi di wilayah Pandeyan, Tirtodipuran, Lapangan Kenari Semaki, di lahan rumah kosong Jalan Mt Haryono dan lahan kosong di Jalan Brigjen Katamso. Kelima kejadian kebakaran itu dapat dipadamkan oleh para petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta bersama masyarakat," ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat, dalam keterangan tertulis yang diterima Rabu, (16/8/2023).

Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas kebakaran dan penyelamatan Kota Yogyakarta mengingatkan masyarakat agar tidak membakar sampah karena berisiko meluas mengenai objek lain.

Terbukti beberapa kasus kebakaran yang terjadi di Kota Yogyakarta dipicu oleh pembakaran sampah di lahan. Ketika sampah yang dibawa ke TPA Piyungan dibatasi, masyarakat diharapkan memilah dan mengolah sampah.

Menurutnya kebakaran bisa dipicu oleh beberapa faktor alam dan faktor lingkungan. Saat cuaca kemarau maupun panas ekstrem potensi kebakaran bisa jauh lebih besar daripada ketika musim hujan. Apalagi ketika masyarakat membakar sampah dan lingkungan pemukiman padat seperti di Kota Yogyakarta, bisa memicu kebakaran meluas.

“Ketika masyarakat membakar sampah dan tidak terkendali, terlebih dengan kondisi sekarang ini lahan tidak basah sehingga lebih mudah terbakar. Kepadatan lingkungan juga bisa memicu perembetan kebakaran, tidak hanya pada objek yang niatnya dibakar, tetapi bisa merembet ke rumah-rumah,” kata dia.

Dia mencontohkan, seperti kebakaran lahan di Tirtodipuran berawal dari warga yang bakar sampah.

“Di wilayah Tirtodipuran juga dari bakar sampah dan sempat merembet ke bagian rumah warga,” tambahnya.

Pihaknya menegaskan imbauan tidak membakar sampah sudah sejak lama dilakukan bahkan melalui wali kota maupun penjabat wali kota. Khususnya pada aspek kesehatan dan lingkungan.

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta juga melakukan sosialisasi agar masyarakat tidak membakar sampah.

Termasuk melibatkan Relawan Pemadam Kebakaran (Redkar) yang ada di setiap RW di Kota Yogyakarta. Jika menemui kebakaran dan kebutuhan penyelamatan lainya dapat menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Yogyakarta di nomor (0274) 587101, (0274) 2922848, atau Whatsapp di 0811 2828 113.

“Saat sosialisasi ke kemantren-kemantren kita sampaikan untuk tidak membakar sampah yang berpotensi terjadi kebakaran di wilayah. Redkar juga kita berikan edukasi untuk membantu bersama pemerintah kelurahan masing-masing melakukan kampanye pencegahan kebakaran. Khususnya larangan membakar sampah, pemeriksaan dan perbaikan sistem instalasi listrik di rumah dan kegiatan dengan kompor dapur,” jelas Octo.

Kota Yogyakarta sudah memiliki Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah. Dalam perda itu diatur salah satunya setiap orang dilarang membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.

Octo yang juga Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta menyampaikan terhadap aturan itu, selama ini pihaknya menekankan edukasi dan teguran peringatan kepada warga yang kedapatan membakar sampah.

“Kalau memang ketemu kita berikan edukasi, kemudian kita panggil untuk membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi. Kemudian kalau memang itu ketahuan lagi, baru kemudian kita panggil ke Satpol PP untuk proses yustisinya. Untuk yang spesifik bakar sampah belum ada yang sampai ke proses hukum,” paparnya.

Secara terpisah Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto membenarkan larangan membakar sampah sudah diatur dalam Perda Kota Yogyakarta nomor 10 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah.

Pemkot Yogyakarta sudah mengajak masyarakat mengelola sampah melalui Gerakan Zero Sampah Anorganik dan Pengolahan Limbah dan Sampah organik dengan Biopori ala Jogja (Mbah Dirjo). Depo-depo sampah juga sudah dibuka secara terbatas.

“Derajat tertinggi pengelolaan sampah itu yang di pemilahan sampah. Sampah anorganik dipilah bisa dibawa ke bank sampah atau disedekahkan. Sampah organik bisa dikelola dengan berbagai metode, sehingga hanya sampah residu yang dibawa ke depo-depo sampah,” pungkas Sugeng.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/08/16/140114678/kota-yogyakarta-catat-5-kebakaran-lahan-dipicu-dari-pembakaran-sampah

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com