Salin Artikel

Apa Bedanya Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan?

KOMPAS.com - Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan terletak di Yogyakarta.

Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan dibangun pada masa pendudukan Belanda di Indonesia.

Nama Stasiun Tugu Yogyakarta di KAI Access adalah Yogyakarta (YK), sedangkan nama Stasiun Lempuyangan di KAI Access adalah Lempuyangan (LPN).

Hingga saat ini, kedua stasiun tersebut masih menjadi tempat pemberhentian kereta api. Lalu, apa bedanya Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan?

Berikut ini adalah perbedaan Stasiun Tugu dan Stasiun Lampuyangan

Perbedaan Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan

Stasiun Tugu

Stasiun Tugu atau Stasiun Yogyakarta merupakan stasiun utama di Kota Yogyakarta.

Keberadaan Stasiun Tugu saat ini menjadi stasiun besar yang melayani perjalanan kereta api kelas eksekutif dan bisnis di kota-kota Pulau Jawa.

Stasiun tersebut juga melayani perjalanan KA Bandara, KRL Solo-Jogja, dan Prameks.

Ada dua pintu masuk di Stasiun Tugu, sehingga secara administratif terdapat dua alamat.

Alamat Stasiun Tugu Yogyakarta pintu timur adalah Jalan Margo Utomo 1, Gedongtengen, Yogyakarta 55271.

Sedangkan, alamat Stasiun Tugu Yogyakarta pintu barat adalah Jalan Pasar Kembang (pintu selatan) Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta 55271.

Stasiun Tugu adalah salah satu tepat pemberhentian kereta api tertua di Indonesia. Stasiun tersebut mulai dioperasikan tanggal 2 Mei 1887, sebagai stasiun kedua di Kota Yogyakarta setelah Stasiun Lempuyangan.

Jarak Stasiun Lempuyangan ke Stasiun Tugu sekitar satu kilometer ke arah timur.

Alamat Stasiun Lempuyangan berada di Jalan Lempuyangan No 1 Kelurahan Bausasran, Kecamatan Danurejan, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Keberadaan Stasiun Lempuyangan melayani pemberhentian semua KA Ekonomi yang melintas di Yogyakarta. Stasiun tersebut juga melayani perjalanan KRL Solo-Jogja.

Stasiun Lempuyangan merupakan stasiun pertama yang dibangun di wilayah Yogyakarta oleh Staats Spoorwegen (perusahaan jalur kereta api dan trem di Hindia Belanda), kemudian baru menyusul Stasiun Tugu.

Peresmian Stasiun Lempuyangan dilakukan pada tanggal 2 Maret 1872 oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).

Stasiun Tugu dan Stasiun Lempuyangan ke Malioboro

  • Stasiun Tugu ke Malioboro

Stasiun Tugu dekat Malioboro dengan jarak tempuh kurang lebih satu kilometer dan waktu tempuh sekitar tujuh menit.

Penumpang kereta api dapat berjalan kaki maupun menggunakan becak yang terdapat di wilayah tersebut.

Jika Anda menggunakan kendaran online akan menempuh jalan memutar sehingga jaraknya lebih jauh.

  • Stasiun Lempuyangan ke Malioboro

Stasiun Lempuyangan ke Malioboro berjarak sedikit lebih jauh daripada Stasiun Tugu ke Malioboro.

Jarak tempuh Stasiun Lempuyangan ke Malioboro sekitar 2,3 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih sembilan menit.

Perjalanan menuju Malioboro dari Stasiun Lempuyangan dapat menggunakan ojek atau taksi online.

Sumber:

heritage.kai.id

kebudayaan.jogjakota.go.id

Google Maps

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/07/28/193040378/apa-bedanya-stasiun-tugu-dan-stasiun-lempuyangan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com