Salin Artikel

Melihat Tradisi "Ngombeke Jaran", Tarian Kuda Lumping Minum Air Sungai Progo di Pedukuhan Pongangan

Selain minum, kuda lumping itu juga mandi. Tampak beberapa pria dewasa membasuh semua bagian kuda lumping itu dengan cara disiram maupun dicelup ke dalam sungai.

Puluhan warga, sebagian di antaranya adalah anak-anak, terlihat gembira melihat atraksi kuda lumping minum lalu mandi di sungai itu. 

“Ini jatilan Jawa kuno yang sudah lama hidup di tempat kami. Namun, sempat vakum lama lalu kami kembali hidupkan kembali,” kata Dukuh (kepala dusun) Pongangan, Risdiyanto Dwi Atmojo, Kamis (27/7/2023).

Masyarakat dusun menyebutnya sebagai tradisi ngombeke jaran (memberi minum jaran kepang).  Atraksi itu sejatinya bagian dari tradisi merti dusun Pongangan yang selalu digelar pada malam Jumat Kliwon di bulan Suro dalam penanggalan Jawa. 

Merti dusun dikaitkan dengan ungkapan syukur masyarakat karena rezeki melimpah atas hasil tani selama ini. 

Berbeda dengan warga Pongangan, mereka menaikkan syukur karena mendapat penghidupan dan rezeki yang berlimpah dari sungai besar yang berada di pinggir wilayah mereka.  

Dengan air itu pula, mereka membersihkan dengan cara membasuh semua peralatan kesenian jatilan yang merupakan kekayaan seni di antara warga. Termasuk didalamnya, jaranan, semua alat musik, hingga pecut atau cambuk.

Mereka tergabung dalam paguyuban seni Kusumaning Adi Wongso di Sentolo. Paguyuban ini  terdiri dari anak muda dan pelajar penggemar kesenian tradisional.

Ngeobekke jaran (memberi minum kuda), baru pembuka. Biasanya berlanjut dengan aksi ngepyakke (mengibarkan atau menarikan) jaran kepang.

Risdiyanto menceritakan, karena dekat dengan hari kemerdekan Republik Indonesia di bulan Agustus, mereka mengurungkan niat ngepyakke jaran saat ini.

“Kita gelar besar-besaran memeriahkan HUT RI di bulan Agustus,” kata Risdiyanto.

Jatilan di Pongangan merupakan kreasi seni yang dinamai kreasi reog dodog. Tariannya membawa kisah tentang kasih muda mudi yang sedang kasmaran. Karenanya, jaran kepang ini ditarikan anak muda perempuan dan laki-laki. 

Tradisi itu diawali dengan cemeti bopo yang terus berayun mengeluarkan ledakan seperti petasan bertalu-talu. 

Dua laki-laki dewasa dan satu remaja putri memainkan cemeti itu di harapan banyak orang. Semua diiringi paduan gending baik bonang, kendang, gong suwuk dan gong biasa, bendhe, hingga kenong. 

Warga berdatangan dari berbagai penjuru dusun. Mereka antusias menonton di tengah aroma kental bau kemenyan.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/07/28/173937878/melihat-tradisi-ngombeke-jaran-tarian-kuda-lumping-minum-air-sungai-progo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke