Salin Artikel

Bluebottle, Ubur-ubur Beracun yang Kerap Meneror Wisatawan di Pantai Parangtritis

KOMPAS.com - Wisatawan yang datang ke Pantai Parangtritis tak hanya harus mewaspadai gulungan ombak yang berbahaya, namun juga teror sengatan ubur-ubur beracun.

Hampir setiap tahun ditemukan adanya kejadian wisatawan yang tersengat ubur-ubur saat bermain air di Pantai Parangtritis

Seperti pada awal Juli 2023 yang merupakan musim libur sekolah, dilaporkan belasan wisatawan telah menjadi korban.

Dilansir dari Kompas.com (5/7/2023), Kepala Unit Komunikasi Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah 3, Rodhiva Wahyu mengatakan, ubur-ubur bluebottle mulai bermunculan sejak Sabtu (1/7/2023).

"Jumlah korbannya sampai pagi ini (5 Juli 2023) kurang dari 50 orang,” ucap Rodhiva kepada Kompas.com, Rabu (5/7/2023).

Jenis Ubur-ubur Beracun di Pantai Parangtritis

Ubur-ubur beracun yang ditemukan di Pantai Parangtritis dan sekitarnya tersebut berjenis bluebottle.

Selain di Pantai Parangtritis, ubur-ubur tersebut diketahui juga bermunculan di pantai-pantai lain di Yogyakarta.

Rodhiva mengungkapkan, musim kemunculan ubur-ubur bluebottle di Pantai Parangtritis dan pantai-pantai lain di Yogyakarta adalah sekitar Juni sampai Agustus.

Dijelaskan pula bahwa ciri-ciri ubur-ubur bluebottle yang beracun adalah bergelembung berwarna biru dan bagian bawahnya terurai seperti benang.

Bagian benang atau tentakel tersebut apabila mengenai bagian badan, akan terasa sakit. Dengan begitu, bagian yang berbahaya dari ubur-ubur bluebottle berada di bagian bawahnya.

Dikutip dari laman Encyclopedia Britannica, bluebottle merupakan jenis ubur-ubur yang juga dikenal dengan nama ‘Indo-Pacific of Man-of-war'.

Ubur-ubur berjenis bluebottle ini hidup dengan cara berkoloni dan bergerak mengikuti arus air dan hembusan angin, bahkan cuaca ekstrem.

Hal ini yang menyebabkan kerap ditemukannya sejumlah besar bluebottle yang terdampar di tepi pantai.

Bentuk ubur-ubur ini memang menarik dengan warna bening kebiruan, dan kerap ditemukan terdampar di tepian pantai.

Sementara insiden interaksi ubur-ubur ini dengan manusia diketahui kerap terjadi, dengan sengatan yang menyakitkan.

Korban Sengatan Ubur-ubur Kebanyakan Anak-anak

Koordinator Satlinmas Rescue Istimewa Wilayah Operasi III Pantai Parangtritis Muhammad Arief Nugraha mengatakan kepada Kompas.com, Minggu (2/7/2023) bahwa , kebanyakan yang tersengat ubur-ubur adalah anak-anak.

Hal ini beralasan karena kebanyakan dari mereka (anak-anak) tidak sadar dengan bahayanya.

Justru, terkadang anak-anak malah asyik bermain dengan ubur-ubur yang bentuk bergelembung berwarna putih kebiru biruan.

Efek dan Cara Mengatasi Sengatan Ubur-ubur Beracun

Wisatawan yang tersengat ubur-ubur beracun biasanya merasakan gatal dan panas serta memerah pada bagian tubuh yang terkena tentakel.

Dikutip dari laman Encyclopedia Britannica, sengatan ubur-ubur beracun ini memang dapat menyebabkan efek yang cukup serius seperti demam, shock, dan mempengaruhi aktivitas jantung serta paru-paru.

Meski begitu, kematian yang disebabkan oleh jenis ubur-ubur bluebottle sangat jarang ditemukan.

Kematian biasanya terjadi akibat reaksi alergi dari racun, atau insiden dari penyakit kardiovaskular.

Wisatawan juga diharapkan selalu waspada karena ubur-ubur bluebottle yang sudah mati masih dapat menyengat apabila disentuh.

Sementara itu, Rodhiva menyampaikan bahwa pihaknya selalu memberikan imbauan langsung kepada pengunjung di lokasi pantai agar senantiasa waspada, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Ia juga menjelaskan cara mengatasi apabila ada pengunjung yang tersengat ubur-ubur bluebottle, sesuai rekomendasi dari Kementerian Kesehatan.

Cara mengatasinya adalah dengan merendam atau menyemprot luka dengan air hangat sekitar 42-45 derajat celsius selama 20-40 menit.

Bisa juga dengan merendam atau menyemprot luka dengan kandungan cuka sebesar lima persen selama 20-40 menit.

Sumber:
britannica.com  
kompas.com (Penulis : Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono, Aditya Priyatna Darmawan, Editor : Anggara Wikan Prasetya, Sari Hardiyanto)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/07/06/071100878/bluebottle-ubur-ubur-beracun-yang-kerap-meneror-wisatawan-di-pantai

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com