Salin Artikel

Cegah Antraks, Sultan Minta Masyarakat Jangan Sembelih Hewan Ternak yang Mati karena Sakit

Menurut Sultan, diperlukan ketegasan dari pemerintah kabupaten untuk memberian literasi dan larangan kepada masyarakat untuk menyembelih hewan yang mati karena sakit, hal ini untuk mencegah penularan antraks meluas.

"Jangan seperti kemarin, tahu-tahu mati terus disembelih dan dimakan bersama. Kenapa hal seperti ini selalu terulang. Saya kira masyarakat sendiri ya ngemingke (menyepelekan) aja," kata Sultan ditemui di Kantor Gubernur DIY Kompleks Kepatihan, Rabu (5/7/2023).

"Kalau saya lebih senang masyarakat begitu pemerintahnya ya harus lebih tegas lagi," imbuh Sultan.

Sultan mempertanyakan sejauh mana Pemerintah Gunungkidul membuat larangan menyembelih hewan yang mati karena sakit atau hewan yang sakit, tetapi belum mati.

"Sekarang sebarapa jauh memaksakan hal seperti itu untuk tumbuh kesadaran," ujar dia.

Untuk memutus mata rantai Antraks ini, menurut Sultan, dibutuhkan ketegasan dan pemberian literasi kepada masyarakat Gunungkidul. Jika kedua hal ini tidak dilakukan permasahan Antraks akan tidak akan pernah selesai.

"Yang perlu petugas memberikan literasi yang baik ke publik kalau tidak dilakukan tidak akan selesai," katanya.

Menurut Sultan, hal itu perlu dilakukan mengingat pemerintah tidak mungkin menutup lalu lintas hewan ternak di Kabupaten Gunungkidul.

"Kami tidak mungkin tutup (lalu lintas hewan), arep ngedol ora oleh (mau jual tidak boleh) kan gak mungkin," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie mengatakan budaya membagikan daging hewan ternak yang hampir mati dan disembelih perlu dikoreksi.

"Budaya porak (brandu) itu juga perlu kita luruskan lagi, Tapi tadi ada satu tenaga ahli mengatakan ini masalah finansial. Sekarang sapi segitu mahal kalau belum saatnya niatnya mau dipotong, dan dijual kemudian sakit akhirnya disembelih kemudian dibagi ke tetangga," kata dia.

Lalu sambung dia, masyarakat yang mendapatkan daging ternak tersebut memberikan sesuatu untuk ganti daging hewan ya g telah dibagi.

"Jadi ala kadarnya karena tahu mereka pasti susah ternaknya mati tidak bisa dijual, memberikan sekedar bantuan. Ini akhirnya yang menjadi kendala juga. Gak hanya kesehatan dan pertanian tapi budaya perilaku juga perlu dikoreksi juga," katanya.

Sebelumnya, Tradisi brandu atau porak, tradisi mengganti rugi ternak yang mati atau sakit oleh warga Gunungkidul, DI Yogyakarta.

Tradisi ini sering terjadi ketika ada hewan ternak yang sakit maupun sudah mati dipotong dan dagingnya dijual untuk mengurangi kerugian pemilik ternak.

"Kalau sosialisasi sudah terus menerus kawan-kawan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) sudah dilakukan agar tidak dibrandu intinya sudah berulang, kembali lagi faktor ekonomi, karena biasanya eman-eman (sia-sia)," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto saat ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul Rabu (5/7/2023).

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/07/05/192743878/cegah-antraks-sultan-minta-masyarakat-jangan-sembelih-hewan-ternak-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke