Salin Artikel

Sejarah Kretek Kewek, Jembatan Legendaris di Yogyakarta yang Semula Bernama ‘Kerk Weg’

KOMPAS.com - Jika Anda tengah menuju kawasan Malioboro dari arah Kotabaru, maka Anda akan melewati jembatan yang disebut Kretek Kewek.

Dilansir dari laman pariwisata.jogjakota.go.id, Kretek Kewek meliputi jembatan kereta api dan jembatan jalan raya yang melintas di atas Kali Code dan menghubungkan kawasan Kotabaru dan Malioboro.

Bagian atas Kretek Kewek terdapat jembatan kereta api dengan jalur ganda yang menghubungkan Stasiun Yogyakarta dengan Stasiun Lempuyangan.

Pada tahun 2011, dilakukan renovasi dan pembangunan jalur ganda jaringan rel kereta api di Jembatan Kewek.

Jalur rel yang melintasi jembatan Kleringan juga telah dielektrifikasi pada tahun 2020 untuk mendukung lalu lintas kereta rel listrik (KRL) di Yogyakarta.

Sementara di bagian bawah terdapat jembatan untuk kendaraan yang dikenal dengan nama Jembatan Kleringan.

Selanjutnya, setelah renovasi pada tahun 2012, nama Jembatan Kleringan yang menghubungkan Kecamatan Jetis dan Gondokusuman ini diganti dengan nama Jembatan Amarta.

Sejarah Kretek Kewek

Kretek Kewek ada sejak dibangunnya jaringan rel kereta api dan Stasiun Lempuyangan yang dikelola oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappelijk (NIS) pada tahun 1872.

Sedangkan asal-usul nama Kretek Kewek rupanya berawal dari lidah masyarakat Yogyakarta yang sulit melafalkan istilah dalam Bahasa Belanda.

Nama Kewek berasal dari istilah dalam Bahasa Belanda yaitu Kerk Weg yang artinya jalan menuju gereja, sementara Kretek adalah sebutan orang Jawa untuk bangunan jembatan.

Hal ini merujuk keberadaan Gereja Santo Antonius di Kotabaru yang tidak jauh dari jembatan tersebut.

Pembangunan Kretek Kewek tidak terlepas dari pembangunan Kotabaru pada tahun 1920-an yang dilakukan Pemerintah Belanda.

Saat itu dibangun akses untuk menyeberangi sungai Code dari arah Kotabaru menuju Malioboro, dikarenakan saat itu jembatan Gondolayu yang menjadi satu-satunya akses memilki rute yang lebih jauh.

Dengan struktur viaduk, desain jembatan ini bertujuan agar tidak terjadi penumpukan kendaraan akibat perlintasan kereta api mengingat lalu lintas yang cukup padat.

Saat ini, Kretek Kewek adalah salah satu bagian inti dari kawasan pusaka Kotabaru yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur DIY No 186/KEP/2011 tanggal 15 Agustus 2011 tentang Penetapan Kawasan Cagar Budaya.

Jembatan Kewek juga masuk dalam daftar Potensi Heritage di Kota Yogyakarta tahun 2011 yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Walau begitu, jembatan yang dikategorikan sebagai artefak non-bangunan gedung ini belum mengantongi surat keputusan penetapan sebagai warisan budaya atau cagar budaya.

Meski belum ditetapkan sebagai cagar budaya, namun Kretek Kewek adalah bagian utama dari kawasan inti yang harus dilestarikan dan dijaga keasliannya.

Hal ini sesuai dengan Perda Provinsi DIY No. 6 tahun 2012 tentang Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya, yang harus memperhatikan ciri asli, bentuk, dan fasad strukturnya.

Sumber:
pariwisata.jogjakota.go.id  
pariwisata.jogjakota.go.id  
warta.jogjakota.go.id  
p2k.stekom.ac.id 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/07/03/190151478/sejarah-kretek-kewek-jembatan-legendaris-di-yogyakarta-yang-semula

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com