Salin Artikel

Begini Kisah Yogyakarta Dipercaya WCC sebagai Kota Batik Dunia...

KOMPAS.com - Dewan Kerajinan Dunia atau World Craft Council (WCC), sebuah lembaga nonprofit dan nongovernment organization (NGO) yang berafiliasi dengan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization), telah menetapkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.

Pemilihan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia tidak terjadi secara tiba-tiba, tapi ada proses panjang dan kisah di baliknya sebagaimana disampaikan Prof Dr (HC) Ir Rahardi Ramelan, M.Sc. ME.

"Saya adalah juri di Inacraft Award selama lebih dari 12 tahun. Suatu saat dalam kegiatan Inacraft ada orang yang menghubungi saya. Dia adalah Edric Hong, Head of World Craft Council Asia Pacific Region. Kami sepakat untuk mengadakan sebuah pertemuan besar. Waktu itu kami belum tahu kota mana yang akan kami pilih," kata Rahardi, dalam rilis yang diterima redaksi Kompas.com dari Humas Pemprov Yogyakarta, Senin (26/6/2023).

Ia mengatakan, setelah diskusi yang panjang, pimpinan World Craft Council Asia Pacific Region mengajukan proposal kepada World Craft Council (WWC) atau Dewan Kerajinan Dunia untuk menunjuk Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.

Tanggal 18 Oktober 2014, WWC menetapkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.

7 keunggulan

Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Indonesia pada Kabinet Reformasi Pembangunan ini menuturkan, Batik Yogyakarta dipilih karena memiliki tujuh kriteria keunggulan.

Tujuh keunggulan tersebut yakni memiliki nilai sejarah (historical value), nilai keaslian (authenticity value), nilai pelestarian (conservation value), nilai ekonomi (economic value), nilai ramah lingkungan (environmental friendly value), nilai global (global value) dan nilai keberlanjutan (sustainability value).

"Harapan saya masyarakat Yogyakarta bisa menerima dengan senang hati atas kepercayaan WCC menunjuk Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia. Dengan begitu, setiap warga dunia yang datang berkunjung ke Yogyakarta berkata inilah Kota Kerajinan Batik Dunia," tutur Rahardi.

Oleh sebab itu, sejak Yogyakarta menjadi Kota Batik Dunia, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta berupaya mengejawantahkan predikat tersebut melalui kegiatan yang membumi dan dapat melibatkan semua elemen masyarakat baik pecinta dan pelaku usaha batik maupun masyarakat umum dengan menggelar Jogja International Batik Biennale (JIBB).

"Penyelenggaraan JIBB pertama kalinya dimulai pada 2016 dan merupakan langkah nyata DIY untuk semakin mengangkat citra Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia. Lantas, JIBB diselenggarakan setiap dua tahunan dengan puncak acara bertepatan dengan Peringatan Hari Batik Nasional pada Oktober," ungkap Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Paduka Paku Alam X, mewakili Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam kata sambutannya di Peluncuran Jogja International Batik Biennale (JIBB) 2023 di Gedung Sarinah, Jakarta, pada Jumat (23/6/2023) sore.

Lewat JIBB 2023, yang mengusung tema Borderless Batik dengan sub tema 'Sustainable and Marketability', batik sebagai produk budaya bangsa yang telah diakui dunia diharapkan semakin luwes pengunaan maupun konsumennya.

Sri Paduka Paku Alam X mengatakan, JIBB 2023 melalui tema batik tanpa batas diharapkan batik semakin luwes dalam hal penggunaannya serta konsumen batik tidak dibatasi usia, tempat dan wilayah.

Dengan sub tema 'Sustainable and Marketability', JIBB 2023 diharapkan dapat menghadirkan hasil riset dan pengembangan serta praktik terbaik dalam konteks keberlanjutan batik bagi generasi milenial dan iGen serta gaya hidup generasi Z.

"Tujuannya adalah melestarikan, melindungi, mengembangkan, memberdayakan dan memanfaatkan warisan seni budaya wastra batik. Sehingga dapat mendukung keberadaan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia dan memberikan nilai atau daya jual yang tinggi," ujar dia.

JIBB 2023 ini, diawali launching dengan menampilkan display batik koleksi Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman dengan konsep Batik Daur Hidup.

Selanjutnya, diikuti rangkaian kegiatan seminar international hybrid serta puncak acara pada Oktober 2023 bertepatan dengan Hari Batik Nasional.

Setelah prosesi launching, maka ditayangkan video Kisah JIBB yang menceritakan mengapa Yogyakarta ditunjuk sebagai Kota Batik Dunia.

Yogyakarta berhasil memenuhi tujuh kriteria nilai yaitu sejarah, keaslian, pelestarian, ekonomi, ramah lingkungan, global dan keberlanjutan.


Ketua Dekranasda DIY, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, menyampaikan, predikat dan prestasi prestisius Jogja Kota Batik Dunia mengandung konsekuensi yang tidak sederhana terkait tugas konservasi, pelestarian, pengembangan dan pemberdayaan batik, baik sebagai seni maupun industri di DIY.

Konsekuensi dari penetapan tersebut maka Pemda dan Dekranasda DIY menyelenggarakan JIBB setiap dua tahun sekali.

"Kami menyadari penetapan Jogja Kota Batik Dunia tidak hanya menjadi kebanggaan DIY saja tetapi adalah penghargaan internasional kepada batik Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita terus bersama-sama memajukan batik nasional kita," ujar dia.

GKR Hemas menyampaikan, dengan mengusung tema Borderless Batik subtema 'Sustainable and Marketability' pada JIBB 2023, maka rangkaian acaranya dilakukan pada Juni ini.

Diawali dengan launching JIBB 2023 dilanjutkan Seminar Batik Nasional pada Agustus 2023 dan Jogja Membatik Dunia sebagai puncak acara diselenggarakan di Yogyakarta pada Oktober 2023 bersamaan dengan peringatan Hari Batik Nasional.

"Teristimewa tahun ini, kami mengadakan peluncuran JIBB di Sarinah Jakarta agar dikenal sebagai event nasional maupun internasional. Kami berharap dengan kehadiran para undangan khususnya para menteri, duta besar dan tokoh-tokoh Batik dapat menjadi bagian dari upaya kita bersama untuk mempromosikan batik Indonesia sebagai produk budaya bangsa yang telah diakui dunia," kata GKR Hemas.

Ketua Panitia JIBB Gatot Saptadi menambahkan, salah satu fungsi gelaran JIBB ini adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban DIY yang telah ditetapkan menjadi Kota Batik Dunia, terdapat syarat mempertahankan predikat tersebut, di mana dua tahun sekali WCC akan melakukan evaluasi.

"Kami ingin menunjukkan lebih luas pada dunia, Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia pada gelaran JIBB tahun ini. Penyelenggaraan JIBB 2023 pun mendapat dukungan penuh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY dan berbagai pihak lainnya," papar Gatot.

Kepala Disperindag DIY, Syam Arjayanti menambahkan, sejumlah festival batik digelar guna mempromosikan batik DIY melalui berbagai sektor.

Salah satunya melalui ajang pameran batik JIBB yang tahun ini diluncurkan di Sarinah, Jakarta.

"Kenapa peluncuran JIBB 2023 dilakukan di Sarinah Jakarta? Agar batik kita bergema dengan lebih luas, dari ibukota," pungkas Syam.

Sebelum peluncuran JIBB 2023 digelar acara talkshow bertema “Batik Daur Kehidupan.”

Sedangkan dalam peluncuran JIBB 2023 ditayangkan video kisah JIBB, batik daur kehidupan, fashion show batik, serta ditutup dengan kunjungan ke display batik.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/06/26/172358078/begini-kisah-yogyakarta-dipercaya-wcc-sebagai-kota-batik-dunia

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com