Salin Artikel

Berawal dari Pengalaman Sang Anak, Dosen UGM Ciptakan Aplikasi Selamatkan Penderita Henti Jantung

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Berawal dari pengalaman saat putranya mengalami serangan jantung mendadak, Dosen Fakultas Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan aplikasi untuk membantu penanganan kasus henti jantung. Aplikasi ini diberinama SatuJantung 2.0.

Nama Dosen Fakultas Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut adalah dr. Beta Ahlam Gizela, DFM, Sp. FM Subsp. FK(K). 

Beta, panggilan dr. Beta Ahlam Gizela, DFM, Sp. FM Subsp. FK(K) mengatakan serangan jantung tidak hanya dialami oleh orang-orang tua. Tetapi juga dialami oleh usia yang lebih muda.

"Adik ipar saya itu meninggal usia 39 tahun, di pandemi ini, itu olah raga. Sering dengar ya orang bersepeda tiba-tiba jatuh terus meninggal. Itu kemungkinan besar adalah, kalau meninggal saat itu juga kemungkinan besar adalah henti jantung. Ini kan jadi keprihatinan kita semua," ujar dr. Beta Ahlam Gizela dalam jumpa pers, Kamis (15/06/2023).

Diceritakannya saat putranya berusia 15 tahun sempat mendadak mengalami henti jantung. Kemudian dibawa ke rumah sakit dan akhirnya sehat.

"Yang menjadi background itu anak saya, waktu 15 tahun dia sempat mengalami henti jantung. Kami berkutat untuk pengobatanya, ya Alhamdulilah sudah sehat," urainya.

Dari pengalaman itu, Beta dan suami kemudian tergerak untuk menciptakan aplikasi yang bisa memberikan pertolongan saat seseorang mengalami serangan jantung. Terutama dalam situasi tidak ada petugas kesehatan.

Berawal dari situlah kemudian lahir aplikasi yang  diberi nama SatuJantung 2.0.

"Ini dikembangkan memang benar-benar biaya pribadi dari saya dan suami," ungkapnya.

Beta mengungkapkan aplikasi SatuJantung 2.0. sudah cukup lama dikembangkan. Pertama kali aplikasi tersebut digunakan di masyarakat saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada (UGM).

"Jadi 2019 itu digunakan untuk program di masyarakat," ungkapnya.

"Teman-teman ojek online ini punya kesempatan menemukan korban itu lebih banyak dari pada saya yang duduk di kelas, teman-teman ojek online ini kan keliling-keliling. Cuman sayangnya 2020 terus kita berkutat dengan pandemi jadi untuk shering lebih luas aplikasi ini menjadi agak terhambat," jelasnya.

Aplikasi SatuJantung telah dirilis di playstore. Masyarakat umum terutama yang memiliki riwayat maupun risiko serangan jantung maupun henti jantung dapat mengunduh aplikasi ini.

Pengguna melakukan registrasi dengan memasukan data-data pribadi. Data pribadi tersebut antara lain nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon, nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi, tensi, berat dan tinggi badan, riwayat merokok, riwayat diabetes, serta aktivitas fisik.

Setelah data dimasukkan akan muncul hasil identifikasi resiko penyakit jantung dari pengguna.

"Gunanya halaman registrasi ini sebetulnya untuk mengisikan data-data yang nanti juga digunakan untuk menghitung faktor resiko dari orang yang menggunakan aplikasi ini. Nanti akan muncul resikonya dia untuk penyakit jantung itu tinggi, sedang atau rendah," urainya.

Beta menyampaikan jika hasilnya resiko tinggi maka aplikasi SatuJantung ini jangan diuninstal. Tetapi tetap dipasang di handphone.

Aplikasi SatuJantung dirancang dengan fitur utama berupa alarm bagi pasien serangan jantung dan henti jantung. Aplikasi ini bisa dijalankan cukup dengan satu klik pada tombol melayang yang akan ada di halaman depan.

Ketika terjadi serangan jantung, seseorang tinggal memencet tombol melayang tersebut dan kemudian akan masuk ke tombol emergency.

"Kalau sudah dipencet di tombol emergencynya maka akan berteriak-teriak (berbunyi) si handphone ini. Akan bunyi, suaranya kencang, walaupun HPnya di silent HPnya akan tetap bunyi," ucapnya.

"Sehingga orang-orang akan melihat dia, lalu ada tulisannya tolong-tolong," imbuhnya.

Orang yang di sekitar korban saat datang dapat langsung melihat dan mengikuti petunjuk pertolongan pertama yang bisa dilakukan, sesuai dengan kondisi pasien. Misal pasien dalam keadaan sadar atau tidak sadar selanjutnya mencari bantuan orang lain untuk menelepon layanan ambulans.

"Kalau ada teman yang lain diminta menelpon ambulan, kalau tidak di sini (aplikasi) bisa langsung pencet minta dihubungkan dengan ambulan. Termasuk melihat korban apakah membawa obat, ada contohnya nanti obatnya yang harus diberikan segara kalau orangnya masih sadar apa," urainya.

Beta menambahkan aplikasi ini juga dilengkapi cara melakukan pijat jantung. Hal ini sebagai panduan bagi penolong yang belum pernah mengikuti pelatihan.

"(Aplikasi) sudah bisa berfungsi untuk android versi 10 ke bawah. Untuk 11 mungkin dalam beberapa minggu ke depan akan kami rilis, agar supaya bisa juga dengan android yang terbaru," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/06/16/212529378/berawal-dari-pengalaman-sang-anak-dosen-ugm-ciptakan-aplikasi-selamatkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke