Salin Artikel

25 Tahun Reformasi, Bentara Budaya Yogyakarta Gelar Pemeran dan Peluncuran Buku Karya Sindhunata

Di Jakarta momentum ini dirayakan dalam pameran drawing yang bertajuk “Pameran Drawing Eksperimental-Indonesia Kini 25 Tahun Peristiwa Mei 98". Kegiatan diikuti 47 peserta terpilih dalam program "open call drawing" serta 12 seniman undangan. Dipajang juga arsip koran dan sejumlah foto Harian Kompas yang merekam detik-detik peristiwa bersejarah 25 tahun silam.

Di Yogyakarta, momentum ini dirayakan dalam pameran seni rupa, pertunjukan seni, serta peluncuran kembali buku-buku karya Sindhunata yang memaknai peristiwa Mei.

Buku-buku tersebut antara lain Putri Cina, Kambing Hitam-Teori Rene Girard, dan Menyusu Celeng. Seluruhnya diterbitkan kembali oleh Gramedia Pustaka Utama.

Pameran tersebut bertajuk "Kita Berteman Sudah Lama: Ekspresi 100 Seniman dan Perupa Yogyakarta Mengenang 25 Tahun Reformasi". Program peringatan 25 Tahun Reformasi ini diniatkan sebagai perayaan persaudaraan, semangat kebersamaan, dan kebebasan berekspresi.

Pameran dan acara akan berlangsung pada Sabtu, 20 Mei 2023, Pukul 19.00 WIB di Bentara Budaya Yogyakarta, Jl. Suroto no 2, Kota Baru, Yogyakarta. Sedangkan pameran akan dibuka mulai 21 hingga 25 Mei 2023, mulai pukul 10.00-21.00 WIB.

General Manager Bentara Budaya & Communication Management, Corpcom, Kompas Gramedia, Ilham Khoiri mengungkapkan, dua pameran ini mengajak masyarakat untuk mengambil jeda sejenak. Jeda ini dapat dimanfaatkan sebagai momen yang penting, untuk merenung dan mempertanyakan kembali arah perjalanan bangsa.

"Apakah kita sudah melaju di atas rel perubahan yang benar? Jangan-jangan kita hanya jalan di tempat atau berputar-putar dengan problem yang serupa tanpa jalan keluar? Atau malah kita telah melenceng dari spirit reformasi?," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/5/2023).

“Kita perlu mensyukuri pencapaian yang didorong Reformasi 1998, seperti kebebasan berekspresi dan demokrasi. Namun, penting juga menyuarakan adanya sejumlah pekerjaan rumah yang belum beres, seperti pemberantasan korupsi, masih adanya aksi intoleransi, dan munculnya oligarkhi elite politik,” katanya.

Sementara itu Kurator Bentara Budaya, Sindhunata menyebutkan bahwa program-program ini diniatkan untuk mengingat betapa mahalnya harga reformasi.

“Kita seakan lupa akan sekian banyak mahasiswa dan rakyat yang menjadi korban. Bahkan meletusnya reformasi juga disertai dengan kerusuhan Mei, yang menyasar kelompok etnis tertentu menjadi korban kekerasan,” ujarnya.

Karena itulah, menurut dia, seni rupa dan beragam ekspresi lain yang dihadirkan dalam program ini dimaknai sebagai sumbangan untuk hidup berbangsa. Dalam pameran ini, para seniman diberikan kebebasan sebagai wujud cita-cita reformasi.

“Rangkuman dari kebebasan itu adalah makna Kita berteman sudah lama. Semoga dengan rangkuman itu kita mempunyai bingkai kerja dan kreasi, ke mana kita hendak menggambar nanti, ke sebuah pesta kegembiraan, sukacita, persaudaraan, pertemanan, dan kemerdekaan,” imbuh Sindhunata.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/05/20/235239778/25-tahun-reformasi-bentara-budaya-yogyakarta-gelar-pemeran-dan-peluncuran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke