Salin Artikel

Kelenteng Liong Hok Bio Magelang Jadi Tempat Menginap Para Biksu "Thudong", Tak Ada Persiapan Khusus

MAGELANG, KOMPAS.com - Kelenteng atau Tempat Ibadah Tri Darma (TITD) Liong Hok Bio Kota Magelang, Jawa Tengah, akan menjadi salah satu tempat singgah para biksu yang melakukan tradisi Thudong atau berjalan kaki ribuan kilometer dari Thailand ke Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. 

Ketua Yayasan Tri Bhakti Magelang, Paul Candra Wesi Aji mengatakan, umat antusias menyambut kedatangan para Biksu yang diperkirakan akan tiba di Kota Magelang pada 30 Mei 2023 itu. 

Sebanyak 32 biksu itu termasuk umat pilihan yang sukarela melakukan ritual Thudong sebagai wujud keimanan kepada Sang Buddha Gautama serta menebar kebaikan dan perdamaian. 

"Rencananya tiba 30 Mei 2023 lalu mereka meninap semalam di sini. Kami antusias. Kami siapkan ruangan khusus di lantai 2 (Klenteng) untuk menginap para biksu," kata Paul, ditemui di Klenteng Liong Hok Bio Kota Magelang, Selasa (16/5/2023). 

Tidak hanya para biksu yang akan singgah tapi juga para pengikutnya. 

Lanjut Paul, tidak ada permintaan khusus dari para biksu seperti makanan, tempat tidur, maupun yang lainnya. Menurut Paul, para biksu itu sudah tidak memikirkan kebiasaan duniawi. 

"Sederhana saja. Nggak minta macam-macam, enggak di hotel, kami hanya siapkan ruangan yang ada di kelenteng, pakai kasur busa saja. Untuk makanan juga sudah dari umat," sebut Paul. 

"Bante (biksu) sudah meninggalkan kebiasaan dunia," imbuhnya. 

Paul berujar, Pindapatta di Kota Magelang itu nantinya menjadi Pindapatta pertama yang dilakukan setelah vakum karena pandemi Covid-19. Terakhir kali Pindapatta dilakukan pada 2018 lalu.

Sebelumnya, Pindapatta rutin digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan menjelang perayaan Tri Suci Waisak. Tradisi ini memiliki makna derma. Setiap biksu membawa periuk kosong sambil berjalan rapi menyusuri sepanjang Jalan Pemuda tersebut.

Setelah itu mereka akan melanjutkan berjalan kaki ke Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, yang menjadi pusat lokasi pelaksanaan Hari Raya Waisak 2567 BE/2023. Jarak Kota Magelang ke Candi Borobudur sekitar 15 kilometer. 

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 32 biksu dari Thailand, Malaysia, dan Indonesia, melakukan tradisi Thudong atau berjalan kaki ribuan kilometer menuju Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, untuk merayakan Hari Raya Waisak 2567 BE pada 4 Juni 2023. 

Paul menambahkan, untuk pertama kalinya, pada Hari Raya Waisak tahun ini pihaknya akan menggelar perayaan dan sembahyang bersama dengan umat Buddha se-Kedu Raya, 11 Juni 2023 mendatang.

"Kita pertama kali akan sembahyang bersama dengan umat se-Kedu Raya, dari Muntilan, Parakan, Wonosobo dan lain-lain. Perkiraan akan hadir sekitar 500 umat, dari berbagai majelis dan sangha Buddha," katanya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/05/16/164612978/kelenteng-liong-hok-bio-magelang-jadi-tempat-menginap-para-biksu-thudong

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com