Salin Artikel

Tagihan Belum Dibayar, Korban Istaka Karya Demo di Underpass Kentungan Sleman

YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Sejumlah perusahaan supplier dan sub kontraktor pembangunan underpass Kentungan, Jalan Kaliurang, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman menggelar aksi demo.

Aksi demo yang digelar di underpass Kentungan ini karena mereka belum mendapat bayaran pelunasan.

Sekitar pukul 10.33 WIB massa aksi tiba di underpass Kentungan. Massa aksi datang dengan menggunakan sepeda motor dan truk. Tampak turut demo, sejumlah difabel yang berkerja di salah satu sub kontraktor.

Selain berorasi, massa aksi juga membawa poster dan spanduk bertuliskan antara lain " Jargon Akhlak Tapi Pembayaran Tidak Berakhlak" dan "Underpass ini Disegel oleh Rakyat Korban BUMN Istaka Karya".

"Saya merasakan betul, ketika saya mengirim batu untuk underpass ini. Ada ribuan kubik batu saya bawa dari Merapi," ujar Bambang Susilo, Ketua Persatuan Korban Istaka Karya di sela-sela aksi demo di underpass Kentungan, Jalan Kaliurang, Kapanewon Depok, Kabupaten Sleman, Senin (8/05/2023).

Bambang menyampaikan pada saat pembangunan underpass Kentungan, perusahaanya menjadi sub kontraktor yang menyuplai material batu.

Pada saat itu Istaka Karya meminta batu yang paling bagus untuk pembangunan underpass Kentungan. Selain itu juga meminta pengiriman dan pengerjaan di percepat agar pembangunan segera selesai.

"Setelah selesai (pembangunan underpass Kentungan) mana uang kami? Istaka (Istaka Karya) belum membayar ke kami, itulah kita menuntut hak kami. Total kerugian di bawah 2 miliar," tegasnya.

Menurut Bambang yang menjadi korban tidak hanya perusahaannya. Tetapi ada banyak perusahaan supplier dan subkontrak Istaka Karya yang menjadi korban karena sampai dengan saat ini belum menerima pelunasan pembayaran.

"Kalau yang di sini (underpass Kentungan) ada sekitar 10 an (supplier dan subkontrak). Estimasi kurang lebih (yang belum dibayarkan) ya sekitar 30 an miliar," tandasnya.

Bambang menuntut agar pemerintah termasuk Menteri BUMN menyelesaikan permasalahan ini. Sebab, perusahaan supplier dan subkontrak juga sudah mengeluarkan uang untuk mendukung proyek pembangunan. Bahkan, sampai ada yang harus meminjam uang di bank.

"Tuntutannya agar dibayar lunas utang-utang BUMN. Ada BUMN yang dibubarkan kita nggak menolak. Tetapi hak-hak rakyat yang ikut proyek, harusnya dibayar semuanya, jangan seperti ini," tegasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Perkobik (Persatuan Korban Istaka Karya) Muhammad Yudan menilai pailitnya Istaka Karya hanya akal-akalan. Kepailitan Istaka Karya adalah kebobrokan dan ada kelalaian.

"Kita juga punya bukti PPA itu tidak melaksanakan tugasnya dengan baik karena PPA juga sudah mengkondisikan pailit padahal PPA itu seharusnya tugasnya adalah merestrukturisasi memberi BUMN-BUMN yang sakit untuk kembali sehat beroperasi tapi nyatanya semua sudah dikondisikan," urainya.

Yudan meminta Presiden Joko Widodo untuk turun langsung menyelesaikan permasalahan dengan membayarkan hak-hak perusahaan supplier dan sub kontraktor dari Istaka Karya.

"Kami menuntut kepada negara, untuk mengambil andil hak-hak kami segera dibayar. Kami memohon Pak Jokowi bisa menyelesaikan permasalahan ini," ucapnya.

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.1 Satker PJN Wilayah Provinsi DI Yogyakarta Ersy Perdhana menyampaikan belum mengetahui terkait tanggungan-tanggungan dari Istaka Karya yang belum dibayarkan.

"Jadi tuntutan hari ini itu kan sebenarnya ditujukan kepada kontraktor pertama sebagai yang bikin underpass Kentungan. Kami sebenarnya, karena ini sudah 100 persen, kami wajib untuk membayar kepada Istaka Karya. Kami belum tercopy masalah tanggungan-tanggungan dari Istaka Karya," urainya.

Ersy Perdhana memuturkan akan melaporkan permasalahan ini ke pimpinan dalam hal ini Kementerian PUPR.

"Tindaklanjutnya kami melapor ke atasan bahwa ini ada permasalahan ada yang belum terbayar atau masih ada tanggungan di Istaka-nya," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/05/08/144253078/tagihan-belum-dibayar-korban-istaka-karya-demo-di-underpass-kentungan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com