Salin Artikel

Kisah Relawan di Semarang, Rela Tak Shalat Idul Fitri Demi Tolong Korban Kecelakaan

KOMPAS.com - Relawan Gabungan Semarang mengevakuasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kampung Ringin Telu, Kalipancur, Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah, pada Minggu (23/4/2023).

Saat dievakuasi, pria dengan masalah kesehatan jiwa itu dalam kondisi lemas dengan pakaian dan tubuh yang kotor.

Salah satu relawan, Siswanto mengatakan, pihaknya mendapat laporan dari warga mengenai keberadaan ODGJ tersebut.

"Mendapatkan aduan itu, kami meluncur ke lokasi," kata Siswanto kepada TribunJateng.com, Minggu (23/4/2023), dikutip Kompas.com pada Senin (24/4/2023).

Dia menjelaskan, usai berhasil didekati, ODGJ itu pun segera dibersihkan dan dirapikan oleh para relawan.

"Pakaiannya sudah kotor, maka kami ganti. Setelah itu kami kasih opor ayam karena masih di momen lebaran, pemberian dari warga, ternyata dimakan lahap," ucap Siswanto.

Setelah itu, Siswanto melanjutkan, pemuda ODGJ itu kemudian diserahkan kepada Dinas Sosial Kita Semarang untuk selanjutnya dibawa ke Among Jiwo, tempat penampungan ODGJ, pada Minggu (24/4/2024) sekitar pukul 14.30 WIB.

"Kami edukasi ke warga kalau ODGJ tidak berbahaya. Warga memahami itu sehingga tetap mau memberikan pertolongan," tuturnya.

Rela tak shalat Idul Fitri

Para relawan di Kota Semarang tetap mencurahkan waktu serta tenaganya meski pada periode libur lebaran.

Meski tanpa bayaran sepeser uang pun, mereka tetap siaga memberi pertolongan bagi yang membutuhkan, bahkan di antara mereka sampai harus rela tak shalat Idul Fitri 1444 H serta bersilaturahmi dengan sanak saudara.

Yadi, menjadi salah satu relawan yang terpaksa tak shalat ied demi memberi bantuan kepada orang lain.

"Saya pribadi terpaksa tak shalat Idul Fitri karena ada kejadian kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal dunia di Atmodirono, selesai evakuasi jenazah (korban) jam 7 pagi," ungkap Yadi, dikutip dari TribunJateng.com, Senin (24/4/2023).

Siang harinya saat sedang bersilaturahmi, Yadi kembali menerima laporan adanya kecelakaan, dia pun memilih untuk segera menolong korban.

"Alasan saya mau menolong tidak muluk-muluk, saya ingin selalu menolong sesama terutama yang membutuhkan. Bayarannya apa? Ya kebahagiaan, sebab saya pernah pula dalam kondisi seperti korban," terangnya.

Tujuh laporan dalam dua hari lebaran

Selama Sabtu (22/4/2023) hingga Minggu (23/4/2023), Siswanto menyampaikan, ada tujuh laporan kecelakaan dan kejadian lainnya yang membuat mereka tidak libur pada hari lebaran.

"Ya mayoritas laporan itu kecelakaan, ada kebakaran maupun kejadian lainnya," jelas Siswanto.

Dia mengungkapkan, para relawan tergerak menolong karena panggilan dari hatinya, sehingga mereka rela menyempatkan waktu memberi bantuan meski sedang sesibuk apa pun.

"Sebisa mungkin memanusiakan manusia atau menolong mereka yang membutuhkan dalam kondisi darurat," tandasnya.

Dibekali Penanggulangan Gawat Darurat

Ketua tim penanggulangan bencana RSUP Kariadi Semarang, dr. Raden Panji Uva Utomo memastikan bahwa para relawan telah dibekali kemampuan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu sehari-hari (SPGDTs).

Dia menambahkan, pihaknya juga telah memberikan pelatihan untuk menyamakan persepsi dalam penanganan awal korban, baik yang hidup atau meninggal dunia, akibat situasi gawat darurat.

Relawan yang merupakan ujung tombak di lapangan juga dibekali cara penanganan korban pada fase Pra Rumah Sakit.

"Hal itu supaya meminimalkan kemungkinan terjadinya kecacatan dan kematian korban," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/04/24/043000278/kisah-relawan-di-semarang-rela-tak-shalat-idul-fitri-demi-tolong-korban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke