Salin Artikel

Permukiman Murah Pakai Tanah Sultan Masih Sekadar Wacana

Wacana ini disampaikan Sultan saat menanggapi harga tanah dan rumah di DIY sudah semakin tak terjangkau.

"Belum (realisasi), sekali terlontar butuh persiapan," ucap Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Wiyos Santoso, Senin (10/4/2023).

Wiyos menambahkan, untuk menggunakan tanah Sultan Ground (SG) sebagai permukiman murah bagi masyarakat DIY masih dibutuhkan kajian lebih dalam.

Ia mencontohkan, kajian yang dibutuhkan seperti jumlah lahan SG yang dibutuhkan untuk pemukiman murah warga, sehingga dibutuhkan inventaris lahan SG yang kosong untuk digunakan perumahan murah.

"Sekarang lahannya harus inventaris SG di sini juga sudah banyak yang dipakai, luasan SG kosong kan biasanya digunakan sesuatu. DI Jogja mana yang kosong, minimal ada yang garap," ujar dia.

Ia menambahkan, jika lahan SG digunakan untuk pertanian dan dialihfungsikan sebagai perumahan murah, maka Pemerintah DI Yogyakarta harus ganti rugi.

"Kalau ada yang garap untuk pertanian kita harus ganti rugi," ucapnya.

Menurut dia, saat ini Gubernur DIY lebih fokus untuk pengentasan kemiskinan ekstrem dengan memanfaatkan tanah SG. Langkah ini ditempuh karena DIY sering mendapatkan sorotan dari pemerintah pusat karena angka kemiskinan ekstrem masih tinggi.

"Tanah kas desa untuk pengentasan kemiskinan. Kalau untuk perumahan murah, untuk masyarakat belum pernah mendengar," ucap dia.

Lanjut Wiyos, Pemerintah DIY menargetkan angka kemiskinan ekstrem pada 2024 mendatang bisa mencapai 0 persen.

"Lahan tanah kas desa Pemerintah DIY menyewakan mereka budidayakan kelompok-kelompok yang rentan miskin tadi. Kita harapkan desa tidak kehilangan pendapatan karena kita yang bayar sewa, dalam 3 tahun diharapkan mereka bisa mandiri," paparnya.

Sebelumnya, mahalnya tanah dan rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi permasalahan sendiri bagi masyarakat DIY. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, saat ini Pemerintah DIY sedang berpikir mencari solusi untuk menyediakan rumah murah bagi masyarakat DIY.

"Sedang kami upayakan apakah bisa, satu tempat yang misalnya satu kamar itu ditinggali bisa 3 orang. Kalau sebulan itu Rp 300.000 atau Rp 400.000 dibagi 3, apakah visibel," kata Sultan, Kamis (6/4/2023). Sultan menambahkan, untuk sewa kamar kos di DI Yogyakarta saat ini memiliki harga yang mahal.

Bahkan, menurut Sultan, dalam satu bulan untuk sewa kamar kos menghabiskan 40 persen dari gaji.

"Kalau nyewa kos kan mahal bisa 40 persen dari penghasilan. Kami sedang berpikir bisa enggak satu kamar ditinggal 2 sampai 3 orang," ujar dia.

Sultan menambahkan, sekarang sedang dalam proses penghitungan biaya sewa rumah murah bagi masyarakat. Hitungan kasarnya, satu orang membayar Rp 100.000 untuk sewa rumah murah.

"Dua orang bayar Rp 200.000 atau ditinggali 3 orang Rp 300.000, seratus ribu sekian per orangnya. Ini untuk biaya perbaikan bangunan, itu cukup enggak," kata Sultan.

Untuk menekan biaya pembangunan, agar tidak terlalu mahal, rumah susun bisa dibangun di atas Sultan Ground (SG) yang masih banyak tersedia di Bantul selatan.

"Asal yang punya (SG) kan bisa, enggak ada masalah kan gitu," ucap dia. "Gelem ora (mau tidak) ning Bantul sisih kidul (sisi selatan) karena ada SG di sana sehingga bisa murah ongkos tanah, enggak beli," imbuh dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/04/10/145056978/permukiman-murah-pakai-tanah-sultan-masih-sekadar-wacana

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com