Salin Artikel

WNA Inggris yang Ditelantarkan dan Depresi Ingin Meninggal di Bantul

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Kanwil Kemenkumham DI Yogyakarta, menyebut ada seorang warga negara asing (WNA) asal Inggris berinisial KE ditelantarkan di wilayah Bantul.

Setelah Kompas.com melakukan penelusuran keberadaan KE yang disebutkan telantar, ternyata WNA tersebut sejak beberapa tahun terakhir tinggal Padukuhan Sumuran, Klaurahan Palbapang, Bantul. 

Dia dirawat Mujiyono salah seorang warga Padukuhan Sumuran. Dari pengamatan di tempat ini, KE tinggal di ruangan sisi kanan rumah sejak beberapa bulan terakhir. 

"Ada bule ya mungkin tahunya sekitar 3 sampai 4 tahun yang lalu, saya lupa persisnya. Namanya Mr Eliot," kata Mujiyono ditemui Kompas.com, Kamis (6/4/2023).

Dikatakannya, dari keterangan Eliot, dia menjual seluruh asetnya di Inggris, namun setelah sampai di sini ada permasalahan dengan anak angkatnya dan sempat tinggal di Godean, Sleman. Hingga akhirnya terlantar di Godean. 

Warga di sekitar Godean akhirnya mencari dirinya dan WNA itu minta tinggal bersama Mujiyanto dan keluarga.

Mujiyanto menjadi sponsor untuk perpanjangan visa tinggal di Indonesia beberapa waktu lalu. 

"Ke sininya mungkin karena menyesali telah ditipu, sampai di sini stres, tapi belum parah. Sering saya ajak main keluar," kata dia.

"Tua dan pikun, itu kakinya sakit," kata dia.

Mujiyono mengatakan, sebelum sakit, Eliot berada di lantai dua rumahnya. Namun saat menjelang sakit, dia minta untuk pindah di bawah. 

Akhirnya, Eliot pindah di garasi yang ada tempat tidur dan kursi. Namun setelah itu, dirinya sudah tidak jalan. 

"Sulitnya dia itu tidak beragama, namun dia itu dermawan siapapun yang kekurangan dibantu. Tapi perilaku kesehatan, agak jorok kencing sembarangan sejak masih sehat," kata Mujiyono.

"Sampai sekarang tidak bisa jalan, saat dikasih pampers untuk buang air besar malah dicopot. Tapi saya tetap kasih pampers," kata dia.

Eliot tinggal di garasi 1,5 bulan terakhir dan sempat berada di garasi luar. Meski ada tempat tidur, dia tidurnya di lantai. 

Akhirnya ada beberapa relawan yang datang dan difoto, lalu tersebar akhirnya sempat viral.

Bahkan Mujiyono sudah mengantarkan ke pihak Imigrasi. Namun karena adanya denda keterlambatan, saat itu akan dideportasi. 

"Kalau mau dideportasi silakan, namun Mr ini (Eliot) ingin meninggal di sini (Bantul). Karena di sana (Inggris) tidak punya sanak keluarga. Saya bilang begitu, karena saya diberi amanah untuk merawat ya tak rawat. Kalau mau dideportasi silakan," kata dia. 

Menurut dia, perwakilan dari Kedutaan Inggris sempat datang ke rumahnya. Dari kedutaan diminta untuk melaporkan setiap minggunya. 

Untuk merawat Eliot memang tidak mudah, selain mengalami gangguan jiwa dengan segala perilakunya, juga menderita penyakit kulit yang menular.

Dirinya pun sempat tertular gatal-gatal di tubuhnya, termasuk orang yang merawat Eliot.

Mujiyono mengaku membayar orang untuk membantu merawat Eliot saat ini. 

"Kalau dibilang terlantar bagaimana? wong dia di luar permintaan sendiri. Sekarang juga tinggal di dalam garasi yang ada pintu tertutup," kata dia.

Sebelumnya, seorang warga negara asing (WNA) asal Inggris berinisial KE ditelantarkan di Dusun Karanggayam, Kabupaten Bantul. KE ini diduga mengalami gangguan jiwa.

Kepala Kanwil Kemenkumham DI Yogyakarta (DIY), Agung Rektono Seto mengatakan, pada 1 Februari 2023, pihaknya mendapatkan laporan dari masyarakat ada WNA yang telantar di Dusun Karanggayam, Bantul.

"Dari pengecekan petugas, benar terdapat warga negara Inggris dengan inisial KE," ujar Agung Rektono Seto dalam konferensi pers, Rabu (5/4/2023).

Agung berkata, dari pengecekan diketahui warga negara asal Inggris berinisial KE ini memiliki paspor yang masih berlaku. Namun izin tinggalnya sudah tidak berlaku.

"Diketahui kondisi KE saat itu dalam keadaan mengalami gangguan kejiwaan diduga depresi," ucapnya.

Kondisi WNA asal Inggris ini, lanjut Agung, tidak dapat berjalan dikarenakan jatuh. Selain itu juga mengalami penyakit kulit. 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/04/06/195401178/wna-inggris-yang-ditelantarkan-dan-depresi-ingin-meninggal-di-bantul

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com