Salin Artikel

Angka Stunting di Kota Yogyakarta 13,8 Persen, Dinkes: Tidak Hanya dari Ekonomi yang Kurang

Bahkan capaian 13,8 persen sudah melampaui target nasional untuk pengurangan stunting di tahun 2024. Pemerintah pusat menargetkan angka stunting di 2024 sebesar 14 persen. 

"Capaian di Kota Yogyakarta pada tahun 2022, capaian kita 13,8 persen itu hasil yang didapat pada tahun 2022. Nah, target nasional itu adalah 14 persen di tahun 2024," ujar Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Aan Iswanti.

Meski begitu, total kasus stunting tahun 2022 di Kota Yogyakarta masih cukup tinggi yakni  1.225 kasus. Kasus tersebut tersebar di sejumlah wilayah di Kota Yogyakarta. 

Adapun sebaran kasus stunting berdasarkan lokasi puskesmas di Kota Yogyakarta meliputi Puseksemas Mantrijeron 77 kasus, Puskesmas Keraton 45, Puskesmas Mergangsan 44 kasus, Puskesmas Umbulharjo I 118 kasus, dan Umbulharjo II 104. Lalu Kotagede I 120, Kotagede II 41, Gondokusuman I 109, Gondokusuman II 36, Danurejan I 34, Danurejan II 19, Pakualaman 20, Gondomanan 33 kasus, Ngampilan 65, Wirobrajan 74, Gedongtengen 100 kasus, Jetis 68 kasus, dan Tegalrejo 118 kasus.

Stunting merupakan kondisi badan anak kurang dari standar WHO. Stunting memiliki banyak penyebab. Mulai dari anak mengidap penyakit kronis dalam kurun waktu lama, hingga permaslaahan psikososial mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Dinkes Kota Yogyakarta terus berupaya melakukan intervensi untuk mencegah dan mengurangi angka stunting tersebut.  Intervensi yang dilakukan Dinkes Kota Yogyakarta mulai dari bayi sebelum lahir, saat remaja, hingga saat akan menikah.

Ia menambahkan total Puskesmas di Kota Yogyakarta sebanyak 18 yang sudah dilengkapi dengan alat USG. Selain itu, tenaga kesehatan (nakes) di Puskesmas juga sudah memiliki ketrampilan dalam memeriksa ibu hamil.

Untuk intervensi gizi pada anak stunting dilakukan berbagai upaya. Di antaranya kegiatan posyandu, sosialisasi pemberian ASI eksklusif, sosialisasi pemberian makanan pendamping ASI tinggi protein, imunisasi balita, dan juga membuat kelas ibu-ibu hamil.

"Stunting kan tidak semata-mata angka bisa langsung turun, nah upaya jangka panjang juga kita laksankan. Misalnya pemberian PMT (pemberian makanan tambahan) tidak hanya yang stunting, tetapi yang mengarah ke stunting," jelasnya.

Menurutnya penyebab stunting juga dikarenakan berbagai macam faktor seperti kurang nutrisi saat hamil, hamil usia remaja, interval kehamilan terlalu pendek, dan juga bayi lahir prematur.

"Setelah lahir pola asuh atau cara pemberian makan yang salah juga bisa menjadi penyebab stunting. Ada juga penyebabnya faktor psikososial dan faktor lingkungan juga bisa," jelas dia.

Aan menambahkan, stunting di Kota Yogyakarta tidak hanya ditemui pada kalangan masyarakat yang kurang mampu. Tetapi, juga ditemui pada masyarakat mampu dalam segi ekonomi.

"Ditemukan juga (pada kecukupan ekonomi) bisa jadi itu pola asuhnya. Tidak hanya dari ekonomi yang kurang," kata dia.

Ia juga membeberkan pandemi Covid-19 lalu berpengaruh kepada terhambatnya edukasi stunting kepada masyarakat. Mengingat selama dua tahun masyarakat dibatasi aktivitasnya, termasuk aktivitas ke layanan kesehatan.

"Misalnya posyandu dilaksanakan sebulan sekali pada waktu itu off. Ini sangat berpengaruh, tetapi untuk pemberian PMT masih bisa kita lakukan," kata dia.

"Sedikit berpengaruh pada edukasinya," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/04/06/100143078/angka-stunting-di-kota-yogyakarta-138-persen-dinkes-tidak-hanya-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke