Salin Artikel

Pola Asuh dan Pola Makan Jadi Penyebab "Stunting" di Gedongtengen Kota Yogyakarta

Mulai dari pola asuh orangtua dan pola makan anak menjadi dua faktor penyebab stunting meningkat.

"Tahun 2023 berdasarkan pemantauan gizi bulan Februari 2023 kemarin itu ada 20,8 persen. Jadi memang tinggi di sini (Gedongtengen) karena yang ditimbang juga banyak," ujar Nutrisionis Puskesmas Gedongtengen Gupita Puspa, Kamis (30/3/2023).

Lanjut Gupita, pada bulan Februari lalu terdapat 477 balita yang mengikuti pantauan gizi atau penimbangan. 

"Yang kita timbang 400-an balita. Kita temukan stunted 84 anak. Jadi persentasenya tinggi," ucap dia.

Pihak Puskesmas Gedongtengen menduga penyebab dari banyaknya balita yang mengalami stunting karena pola makan dan pola asuh. Pasalnya, banyak ibu yang harus bekerja, sementara anaknya diasuh oleh neneknya.

"Ada yang kita cek, yang sakit. Jadi kita temukan ternyata ada yang kena penyakit paru atau TB, ada yang anemia. Dengan adanya penyakit, berat badan anak kan turun, dan lama-lama berpengaruh ke tinggi badan," kata dia.

Gupita menjelaskan untuk asupan gizi bagi anak harus seimbang. Dalam hal ini tak hanya sayuran, tetapi juga butuh asupan gizi dari protein hewani.

Ia menambahkan, masih banyak orangtua yang belum dapat memenuhi kebutuhan protein hewani bagi anak. Beberapa dari pasien mengaku kesulitan untuk membeli protein hewani karena faktor ekonomi.

"Ya juga yang karena faktor ekonomi," ucapnya.

Puskesmas Gedongtengen mengundang anak-anak yang memiliki kriteria tinggi badan di bawah rata-rata. Tujuannya adalah memeriksa secara langsung kondisi gizi anak.

Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh dokter. Lalu ada juga pengecekan laboratorium mulai dari cek urin, cek feses, dan cek darah. Pihaknya juga melibatkan psikolog.

"Setelah itu kita rujuk ke rumah sakit. Ada orangtuanya yang mau tetapi ada juga yang menolak juga. Menganggap anaknya baik-baik saja juga ada," ucap dia.

Puskesmas tidak bisa memaksa orangtua yang menolak untuk memeriksakan anaknya. Oleh sebab itu Puskesmas juga melibatkan Babinsa dan Polsek untuk jemput bola melakukan pemeriksaan kepada anak yang mengalami kurang gizi.

"Kita minta tolong untuk didatangi ke rumahnya agar mau datang ke puskesmas," ucapnya.

Lanjut Gupita, Puskesmas Gedongtengen saat ini fokus dalam pencegahan stunting karena lebih mudah melakukan intervensi gizi kepada anak yang berusia kurang dari 2 tahun.

"Jadi yang kita utamakan yang menemukan di bawah 2 tahun. Ini kan masih bisa diintervensi, diperbaikinya bisa lebih cepat. Daripada yang sudah di atas 2 tahun. Ada yang tingginya naik kalau sudah di atas 2 tahun lebih lama," kata dia.

Ia menambahkan, tak hanya perkembangan tinggi badan, nantinya perkembangan otak juga akan berpengaruh. Pada 2 tahun pertama adalah masa emas bagi anak. Menurutnya, ketika anak pendek karena terjadi kekurangan gizi dan akan berpengaruh ke otak.

"Kadang orangtua menganggap, anakku enggak kenapa-kenapa nih, cuma pendek saja. Tetapi kelihatannya pas di SD. Jadi untuk di matematika susah berpikirnya," paparnya.

Gupita menambahkan, Puskesmas Gedongtengen juga melibatkan seluruh pegawainya untuk melakukan pendampingan yang dibagi menjadi 5 daerah binaan.

"Kita punya 5 daerah binaan nanti balita-balita yang bermasalah gizi termasuk yang pendek kita kunjungi ke rumahnya ada pendampingan dari kader TPK Kelurahan juga," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/04/04/085842578/pola-asuh-dan-pola-makan-jadi-penyebab-stunting-di-gedongtengen-kota

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke