Salin Artikel

Kisah Buruh Tambang Pasir Merapi yang Ngalap Berkah di Tengah Gemuruh Erupsi: “Ben Keluarga Iso Mangan”

KOMPAS.com - Sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi memang diberkahi dengan material vulkanik seperti batu dan pasir yang berkualitas tinggi setiap kali gunung ini erupsi.

Maka saat sebagian orang menganggap erupsi Merapi sebagai sebuah bencana, beberapa orang melihatnya sebagai kabar baik.

Aktivitas penambangan pasir memang sudah menjadi kegiatan yang sering ditemukan di beberapa wilayah di kaki Gunung Merapi yang terdampak material erupsi.

Beberapa warga di sekitar kawasan lereng Gunung Merapi bahkan diketahui mencari nafkah dengan bekerja sebagai buruh penambang pasir Merapi.

Puluhan Tahun Menjadi Buruh Tambang Pasir Merapi

Salah satu buruh penambang pasir di sekitar Gunung Merapi, Aziz (47) mengaku sudah melakoni pekerjaannya selama puluhan tahun.

Laki-laki yang mulai menambang pasir sejak 1999 ini pernah mencoba merantau untuk mengadu nasib pada tahun 2005. Namun, Aziz merasa tidak betah di perantauan karena jauh dari keluarga.

Alhasil sekitar tahun 2010, ia kembali ke desanya dan bekerja menambang pasir meskipun hasil tidak menjanjikan.

Menjadi Buruh Penambang Pasir Merapi Bukan Pekerjaan Pilihan

Aziz mengungkap bahwa pekerjaan sebagai buruh lepas di penambang pasir tradisional ini bukanlah pilihan, namun karena terhimpit keadaan.

"Kepekso, wong nggone pasiran nggak menjanjikan (terpaksa, karena tempat berpasir tidak menjanjikan)," ujar Aziz yang dihubungi Kompas.com, Rabu (15/03/2023).

Sebagai buruh penambang pasir, Aziz mengaku mendapat penghasilan sekitar Rp 70.000 hingga Rp 80.000 per hari.

Penghasilan tersebut akan diperoleh Aziz setiap mengisi pasir untuk satu truk bersama tujuh penambang pasir lainnya.

Walau begitu, Aziz mengungkap bahwa upah yang diterimanya tersebut tidak menentu.

"Kadang makan kadang enggak, kalau ada demo leren (berhenti)," ujar penambang pasir yang menerima upah harian tersebut.

Kalau satu hari tidak bekerja, maka Aziz tidak memiliki penghasilan untuk memberi makan keluarganya.

Menambang Pasir Merapi Saat Erupsi

Pasir Merapi yang masuk dalam klasifikasi Bahan Galian Golongan C dikenal sebagai bahan bangunan yang memiliki kualitas baik dan dapat membuat ikatan pasir dengan semen menjadi lebih kuat sehingga bangunan akan cenderung lebih kokoh.

Karena fungsinya sangat vital dalam membangun suatu bangunan, maka pasir merapi kerap diburu sehingga aktivitas penambangan pun terus berlanjut walau kondisi erupsi kerap terjadi.

Terkait hal tersebut, pemerintah daerah dan dinas terkait telah memberlakukan aturan dalam melakukan penambangan pasir Merapi, termasuk aturan untuk tidak melakukan penambangan di kawasan rawan bencana dan kawasan konservasi.

Hal ini karena seringkali terjadi kecelakaan akibat longsoran tebing atau banjir lahar dingin yang tidak jarang menimbulkan jatuhnya korban jiwa maupun materil.

Upaya pemerintah untuk menutup beberapa lokasi tambang pasir juga dilakukan demi memperhatikan keselamatan saat Gunung Merapi kembali aktif.

Imbauan ini juga telah dilakukan pasca aktivitas erupsi Gunung Merapi mengalami peningkatan sejak Sabtu (11/3/2023) untuk mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan.

Pasca kejadian erupsi, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan HB X pada Selasa, 14 Maret 2023 telah mengimbau penambang pasir untuk menghentikan aktivitas penambangan di kawasan Gunung Merapi

Senada dengan Sri Sultan HB X, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menerbitkan Surat Edaran Bupati Nomor 014 Tahun 2023 tentang imbauan penghentian aktivitas masyarakat di sungai berhulu di Gunung Merapi pada Rabu, 15 Maret 2023.

Terbiasa Menghadapi Risiko Erupsi Gunung Merapi

Namun erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Sabtu (11/03/2023) itu ternyata tidak menghentikan Aziz untuk tetap menambang pasir seperti biasa.

Aziz mengungkap bahwa dirinya sudah terbiasa menghadapi kondisi erupsi Gunung Merapi saat tengah bekerja.

"Udah biasa, di atas (gunung) gludak-gluduk. Ben keluarga iso mangan (supaya keluarga bisa makan)," ujarnya beralasan.

Ia mengaku telah menyaksikan sendiri erupsi Gunung Merapi berkali-kali dari tempatnya bekerja.

Pernah suatu hari ketika sedang mencari pasir di atas gunung, tiba-tiba langit gelap dan ia tidak dapat melihat sama sekali. Kemudian, disusul letusan Gunung Merapi dan hujan abu.

Walau begitu, Aziz memahami bahwa pekerjaan yang ia lakoni penuh resiko dan kadang tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun baginya kondisi akan lebih sulit jika ia tidak bekerja.

Selalu Mengingat Pesan Mbah Maridjan

Masyarakat di sekitar Gunung Merapi, termasuk Aziz juga selalu mengingat sosok Juru Kunci Merapi Mbah Maridjan.

Saat Mbah Maridjan masih hidup, aktivitas penambangan pasir hanya dilakukan di aliran sungai saat sungai telah terisi material dari erupsi Gunung Merapi.

Penambang pasir akan turun ke sungai lalu membawa pasir ke atas untuk dikumpulkan dan diangkut menggunakan truk.

Aktivitas tersebut juga hanya dilakukan menggunakan tenaga manusia tanpa mengerahkan alat berat atau 'backhoe' di kawasan aliran sungai.

Hal ini pula yang dilakukan Aziz ketika mencari pasir di sekitar aliran sungai di sekitar Gunung Merapi.

Alat yang digunakannya saat menambang pasir hanya sekop, linggis, ayakan, dan angkong.

Dirinya sepakat dengan petuah Mbah Maridjan bahwa penambangan pasir dilakukan dengan bijak supaya tidak merusak alam.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/03/16/070000578/kisah-buruh-tambang-pasir-merapi-yang-ngalap-berkah-di-tengah-gemuruh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke