Salin Artikel

5 Perbedaan Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul Yogyakarta, Ada Tapa Pepe serta Tradisi Masangin

KOMPAS.com - Keraton Yogyakarta dikenal memiliki dua buah alun-alun yang dikenal sebagai Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul.

Kedua alun-alun tersebut dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I saat mendirikan Keraton Yogyakarta pada masa pemerintahannya antara tahun 1755 M -1792 M.

Meskipun terlihat hampir serupa, ternyata Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul memiliki fungsi dan sejarahnya masing-masing.

Simak penjelasan mengenai perbedaan dari Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul Yogyakarta yang dirangkum Kompas.com dari berbagia sumber.

1. Perbedaan lokasi

Sesuai namanya, kedua alun-alun tersebut memang memiliki perbedaan lokasi

Sesuai namanya, Alun-alun Lor atau Alun-alun Utara berada di sebelah utara atau sisi depan dari Keraton Yogyakarta.

Adapun lokasi Alun-alun Kidul atau Alun-alun Selatan berada di sebelah selatan atau sisi belakang dari Keraton Yogyakarta dan berada di dalam kawasan beteng.

Oleh sebab itu, Alun-alun Selatan juga dikenal dengan nama Alun-alun Pengkeran (Alun-Alun Belakang).

2. Perbedaan nama pohon beringin

Baik Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul Yogyakarta sangat identik dengan keberadaan dua beringin kembar atau pohon beringin kurung yang memiliki namanya masing-masing.

Dua pohon beringin kurung di Alun-alun Lor bernama Kiai Dewadaru dan Kyai Janadaru atau yang sekarang bernama Kyai Wijayadaru.

Menurut Serat Salokapatra, benih Kyai Janadaru berasal dari Keraton Pajajaran, sementara Kyai Dewadaru benihnya berasal dari Keraton Majapahit.

Sementara dua beringin kurung di Alun-alun Kidul dinamakan supit urang dan diberi pagar keliling berupa jeruji dengan gambaran busur dan anak panah.

Hal ini adalah lambang bahwa gadis atau jejaka yang sudah dewasa, akil balik, sudah berani melepaskan isi hati kepada lawan jenisnya.

3. Perbedaan fungsi

Pada masa lalu, Alun-alun Lor dan Alun-alun Yogyakarta memiliki fungsi yang berbeda.

Alun-alun Lor pada masa lalu digunakan sebagai tempat latihan para prajurit untuk unjuk kehebatan di hadapan sultan dan para pembesar kerajaan yang menyaksikan dari Siti Hinggil.

Selain itu, di Alun-alun Lor dulunya terdapat pendopo-pendopo kecil yang disebut bangsal perkapalan, yaitu tempat para bupati menginap dan beristirahat ketika menghadap sultan.

Sementara Alun-alun Kidul pada masa lalu digunakan sebagai tempat berlatih para prajurit kraton, serta sebagai tempat pemeriksaan pasukan menjelang upacara Garebeg.

Selain itu, Alun-alun Selatan juga sempat digunakan untuk tempat menghadap bagi abdi dalem Wadana Prajurit dalam tradisi di bulan Puasa, yaitu pada malam 23, 25, 27, dan 29 bulan Ramadhan.

4. Perbedaan tradisi

Terkait dengan fungsinya, Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul Yogyakarta memiliki tradisi yang berbeda.

Alun-Alun Lor identik sebagai tempat bagi rakyat yang merasa diperlakukan tidak adil dan ingin mengadukan persoalan kepada Sultan.

Sehingga tempat ini dikenal dengan tradisi laku pepe atau tapa pepe dimana seseorang akan berpakaian putih, dan duduk di bawah panas matahari (pepe) di tengah alun-alun hingga Sultan melihat dan memanggilnya.

Sementara Alun-alun Kidul identik dengan mitos beringin kembar yang bisa menolak bala.

Sehingga tempat ini dikenal dengan tradisi masangin yang dilakukan dengan cara berjalan di antara dua beringin dengan mata tertutup.

5. Perbedaan kondisi saat ini

Saat ini Alun-alun Lor dan Alun-alun Kidul Yogyakarta terlihat sangat berbeda.

Alun-alun Lor yang telah direvitalisasi sudah dipasangi pagar keliling, dengan tanah lapang yang tertutup oleh lautan pasir.

Karena hal itu pula, kini tak sembarang orang dapat masuk ke kawasan Alun-alun Lor Yogyakarta.

Sementara Alun-alun Kidul Yogyakarta masih menjadi tempat favorit wisatawan dan terbuka untuk umum.

Selain bisa menjajal tradisi masangin, disini banyak ditemukan penjual makanan dan persewaan wahana yang menjadi aktivitas menarik bagi para wisatawan.

Sumber:
dpad.jogjaprov.go.id, kratonjogja.id, pariwisata.jogjakota.go.id, arsipdanperpustakaan.jogjakota.go.id, jogja.tribunnews.com

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/03/11/175619278/5-perbedaan-alun-alun-lor-dan-alun-alun-kidul-yogyakarta-ada-tapa-pepe

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com