Salin Artikel

Apa Itu Kubah Lava? Ini Salah Satu Keunikan dari Gunung Merapi

KOMPAS.com - Gunung Merapi yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta dikenal memiliki karakter gunung dengan kubah lava yang unik.

Tak hanya satu, Gunung Merapi memiliki dua kubah lava setelah ditemukan fenomena munculnya kubah lava baru pada 2021.

Dilansir dari laman Badan Geologi, Gunung Merapi yang memasuki masa erupsi efusif pada 4 Januari 2021 memiliki aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, pembentukan awan panas dan guguran lava.

Berbeda dengan erupsi-erupsi efusif sebelumnya, sejak erupsi tahun 2021 Gunung Merapi memiliki 2 pusat erupsi yaitu di kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah.

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com (6/2/2021), Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyebut bahwa kubah lava pertama berada di barat daya Gunung Merapi, yakni di atas lava 1997.

Sedangkan kubah lava yang baru muncul diketahui berada di tengah kawah Gunung Merapi dan mulai terlihat pertumbuhannya sejak 4 Februari 2021.

"Baru kali ini dalam sejarah Gunung Merapi mempunyai dua kubah lava," ujar Hanik dalam siaran informasi BPPTKG "Aktivitas Gunung Merapi Terkini" yang dilakukan secara daring, Jumat (5/2/2021).

Apa Itu Kubah Lava?

Dikutip dari laman magma.esdm.go.id, kubah lava adalah tonjolan berbentuk gundukan melingkar yang dihasilkan dari erupsi ekstrusi lambat lava kental dari gunung api.

Adapun erupsi yang membentuk kubah lava memang sering terjadi, terutama di pengaturan batas lempeng konvergen.

Sekitar 6 persen erupsi efusif di bumi akan membentuk fenomena kubah lava.

Bentuk kubah yang khas ini dikaitkan dengan viskositas tinggi yang menghambat lava mengalir sangat jauh.

Viskositas tinggi ini dapat diperoleh dengan dua keadaan di dapur magma, yaitu kandungan atau kadar silika yang tinggi dalam magma, atau dengan degassing magma cair.

Sementara Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida menjelaskan bahwa sebutan kubah lava berasal dari fenomena magma yang mengalir di permukaan mengalami pengurangan tekanan dan suhu sehingga membeku membentuk suatu bentuk seperti kubah.

Adapun menurut ahli vulkanologi sekaligus mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono, lava yang keluar dari kepundan gunung keluar ke permukaan dalam kawah, mendingin sebagian atau seluruhnya dan membeku sehingga membentuk gundukan yang disebut kubah lava.

Fenomena kubah lava ditemukan pada beberapa gunung api aktif, termasuk Gunung Merapi.

Pertumbuhan Kubah Lava Gunung Merapi

Waktu pembentukan atau laju pertumbuhan kubah lava pada setiap gunung api aktif dapat berbeda beda.

Dilansir dari laman Antara (27/1/2022), Badan Geologi Kementerian ESDM mencatat adanya pertumbuhan kedua kubah lava yang ada di puncak Gunung Merapi.

Pada 2022, kubah lava di tengah kawah dan kubah lava barat daya di Gunung Merapi memiliki laju pertumbuhan masing-masing sebanyak 5.000 meter kubik dan 10.000 meter kubik per hari.

Saat itu volume kubah lava barat daya sebesar 1,67 juta meter kubik dan kubah tengah kawah terhitung sebesar 3 juta meter kubik.

Lebih lanjut, dikutip dari laporan aktivitas Gunung Merapi tanggal 24 Februari hingga 2 Maret 2023 oleh BPPTKG, diketahui volume kubah barat daya terukur sebesar 1.598.700 meter kubik dan kubah tengah sebesar 2.267.400 meter kubik.

Pengamatan laju pertumbuhan kubah lava Gunung Merapi masih terus dilakukan oleh BPPTKG secara berkala hingga saat ini.

Data pertumbuhan volume kubah lava tersebut akan digunakan untuk membuat model luncuran awan panas guguran sebagai salah satu bahan pembuatan peta potensi bahaya.

Arah Guguran Kubah Lava Gunung Merapi

Dari hasil pemodelan yang dilakukan BPPTKG menunjukkan bahwa arah guguran kubah lava barat daya mengarah ke Sungai Boyong, Krasak, Putih dan Bebeng.

Sementara untuk kubah lava tengah memiliki arah guguran ke Sungai Gendol.

Hal ini memunculkan kesimpulan bahwa potensi bahaya berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor selatan–barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.

Sementara pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.

Adapun lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

Sebagai salah satu langkah mitigasi, masyarakat yang berada di sekitar zona bahaya erupsi bisa memperhatikan daerah yang berpotensi terdampak aktivitas Gunung Merapi.

Masyarakat juga diimbau untuk tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut.

Hal ini mengingat status Gunung Merapi sampai saat ini masih dalam Level III atau Siaga.

Sedangkan bagi masyarakat yang bermukim di luar daerah potensi bahaya disarankan tidak perlu panik.

Masyarakat dianjurkan untuk tetap menjaga kesiapsiagaan akan bahaya erupsi Gunung Merapi yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Sumber:
magma.esdm.go.id  
bpptkg.esdm.go.id  
bpptkg.esdm.go.id  
m.antaranews.com 
Kompas.com (Penulis : Dandy Bayu Bramasta, Editor : Pythag Kurniati, Inggried Dwi Wedhaswary) 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/03/09/195446278/apa-itu-kubah-lava-ini-salah-satu-keunikan-dari-gunung-merapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke