Salin Artikel

Kakek-kakek Olahraga Jalan Pagi Tewas Bersimbah Darah di Jalan Raya, Polisi Duga Korban Tabrak Lari

Darah berceceran di aspal dan menggenang di sekitar kepala lansia yang dikenal warga sebagai Purwo Winoto (73) asal Pedukuhan Senik, Bumirejo.

Diduga, Mbah Pur ini tewas karena tabrak lari.

“Benar ada kecelakaan lalu lintas dengan korban pejalan kaki di Bumirejo,” kata Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Kasi Humas) Kepolisian Resor (Polres) Kulon Progo, Inspektur Satu Polisi (Iptu) Triatmi Noviartuti (Novi), Senin (27/2/2023).

Hasil olah tempat kejadian tabrakan dan sejumlah keterangan saksi, Mbah Pur terlihat jalan kaki dari Selatan ke Utara di jalan ini. Belum sampai Balai Desa Bumirejo, ia jalan memutar ke Selatan dengan cara menyeberang.

Jalan Kenteng–Cangakan jalan lurus beraspal halus. Semua jenis kendaraan kerap melintas dengan kecepatan tinggi di sini.

Diperkirakan ada kendaraan dari Selatan ke Utara melaju saat itu. Kendaraan tidak diketahui jenis maupun nomor polisinya. Diduga, Mbah Pur tertabrak kendaraan tersebut.

Mbah Pur tergeletak di tengah jalan raya. Ia mengalami luka berat pada kepala hingga darahnya menggenangi aspal. Kakinya banyak luka lecet.

Polisi masih menyelidiki kasus ini. “Kami masih mendalami kasus ini dan pelaku tabrak lari masih dalam penyelidikan Satlantas Polres Kulon Progo,” kata Novi.

Jalan pagi

Warga memanggilnya sebagai Mbah Pur. Ia tinggal bersama Ngatijem (77), istrinya di Pedukuhan Senik, di rumahnya yang sederhana. Anak-anaknnya sudah berkeluarga namun tinggal di rumah sendiri tidak jauh dari rumah Purwo–Ngatijem.

Mbah Pur mantan petani yang bertubuh sehat, meski pernah stroke yang mengakibatkan sulit bicara. Namun, ingatan dan tubuhnya sehat, mampu berjalan dengan baik dan cukup kuat.

Anak pertama dari Mbah Pur, Slamet Riyanto (50) menceritakan, Mbah Pur memang rutin jalan pagi sebelum Shalat Subuh. Ia olahraga untuk tetap bugar sekalipun pernah kena struk.

Biasa, lansia Ini jalan sampai perempatan Pasar Legi, lalu menuju Selatan dan tiba di rumah sebelum pagi. “Kali ini ada yang melihat Bapak berjalan ke Utara,” kata Slamet.

Pulang dari masjid, Slamet mencari ayahnya keliling kampung karena belum juga tiba di rumah saat pagi. Tidak lama, ia mendapat kabar dari adiknya kalau Mbah Pur meninggal dunia di jalan raya diduga karena tabrak lari. Kira-kira 1,5 kilometer dari rumah.

Ia ke lokasi tabrakan dan mendapati ayahnya meninggal dunia di sana. Jenazah kemudian dievakuasi polisi dan relawan PMI ke RSUD Wates.

“Siang ini akan kami makamkan di kuburan pedukuhan Senik,” katanya.

Slamet mengungkapkan, ia dan keluarganya ikhlas atas kepergian Mbah Pur meski dengan cara seperti ini. Meski demikian, mereka berharap, pelaku tabrak lari berjiwa besar untuk datang mengakui perbuatannya.

Keluarga telah mempertimbangkan tidak berniat menuntut apapun atas kejadian ini.

“Bagi yang menabrak, kalau mau legowo datang ke rumah kami. Secara hati mau mengakui, seandainya melarikan diri atau bagaimana, dengan tegas kami sebagai keluarga tetap menerima ikhlas. Tidak memberi tuntutan apapun. Karena ini adalah garis Allah. Saya tidak akan mempersulit orang lain,” kata Slamet.

“Namanya kecelakaan tidak ada yang tahu dan ini suratan dari Allah terhadap batas umur ayah saya. Semoga semua berjalan baik, hak bapak saya terpenuhi,” lanjut Slamet.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/02/27/131318778/kakek-kakek-olahraga-jalan-pagi-tewas-bersimbah-darah-di-jalan-raya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke