Salin Artikel

BRIN Temukan Sesar Mataram, BPBD DIY: Belum Ada Informasi Resmi

Terkait temuan BRIN ini, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantana mengatakan bahwa pihaknya belum mendapatkan informasi temuan sesar baru tersebut.

Menurutnya, informasi detail terkait dengan sesar Mataram ini dibutuhkan untuk dilakukan pemetaan daerah rawan gempa. Selain itu data tersebut juga berguna untuk melakukan mitigasi bencana.

"Belum ada informasi resmi. Artinya ujungnya di mana belum. Tapi kalau sesar itu kan memang potensi kemudian jadi gempa. Lha kalau terkait dengan gempanya ada upaya-upaya pencegahan dan juga peningkatan kapasitas masyarakat kita lakukan dengan edukasi komunikasi," jelas Biwara saat dihubungi, Rabu (22/2/2023).

Ia juga belum mendapatkan informasi apakah sesar Mataram terbentuk karena gempa yang terjadi sebelumnya atau bukan. Namun selama ini di DIY diketahui memiliki sesar Opak.

"Kalau ditemukan sesar itu nanti ada tahapan-tahapan. Informasi BRIN itu sifatnya riset ya. Tapi otoritas untuk bencana geologi itu ada di Badan Geologi. Nanti bagaimana kemudian hasil dari kajian BRIN itu. Artinya ada fase-fase berikutnya yang nanti  sampai pada eksekutor di provinsi," jelas dia.

Biwara menyampaikan ada beberapa daerah di DIY yang termasuk dalam kawasan rawan gempa. Seperti di Kabupaten Sleman yakni di Kalasan, Berbah, dan Prambanan. Sedangkan sesar Mataram saat ini belum diketahui lokasinya.

"Cuma ini Sleman (Sesar Mataram) yang mana tentu akan terkait mana wilayah yang terpapar. Dan disitu tingkat kepadatan penduduk seperti apa misalnya. Itu baru kemudian kita bisa menindaklanjuti dari sisi mitigasi atau peningkatan kapasitas masyarakat di situ. Kalau belum tahu seberapa dampak dari sesar itu, kan kita belum bisa menindaklanjuti," jelasnya.

"Dibekali potensi ancaman gempa itu, kemudian edukasi respons, evakuasi. Itu yang jadi peningkatan masyarakat dari desa dan masyarakat," katanya.

Terkait dengan bangunan, menurut Biwara, di beberapa titik rawan gempa pemerintah kabupaten setempat telah mewajibkan adanya izin mendirikan bangunan (IMB) dengan spesifikasi bangunan tertentu.

"Terlebih pasca dari 2006 lalu yang pembangunan diawasi untuk memastikan konstruksi bangunan. Ada ketentuan rumahnya, misalnya dalam konstruksi menggunakan besi dengan ukuran tertentu," katanya.

Sebelumnya, Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Danny Hilman Natawidjaja menyebutkan selain Sesar Opak yang menyebabkan gempa pada 2006, di wilayah DIY ternyata terdapat sesar aktif yang sebelumnya belum terpetakan.

Sesar tersebut berdasarkan data pemutakhiran sesar aktif yang dilakukan BRIN. Danny menyebutkan sesar yang membentang dari timur ke barat tersebut baru dipetakan pada 2021 dengan nama Sesar Mataram. Ia mengatakan pada Sesar Mataram bagian timur sebelumnya dikenal sebagai Sesar Dengkeng.

"Ini sebetulnya sudah dikenal juga sebagai Sesar Dengkeng. Pada waktu itu di sebelah timurnya, tapi baru diketahui bahwa Sesar Dengkeng ini masih menerus ke arah barat melewati tengah-tengah Kota Yogyakarta," ujarnya.

Meski belum ada studi yang lebih rinci, kata Danny, Sesar Mataram terlihat berasosiasi dengan "offset stream" berdasarkan studi survei geolistrik dan pemetaan berdasarkan morfologi.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/02/22/224309878/brin-temukan-sesar-mataram-bpbd-diy-belum-ada-informasi-resmi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke