Salin Artikel

Video Viral Guru Menggendong Anak Menyeberangi Derasnya Sungai, Ada Anak yang Hampir Pingsan

Dari pengamatan di sejumlah akun media sosial Instagram, beberapa anak menyebrang digendong pria secara bergantian di tengah arus deras menyebrang. Ada suara orang dewasa mengatakan 'menjemput anak sekolah, tapi belum kecil airnya e, kae cah sekolah terisolir," katanya.

Dalam video lainnya, ada seorang pria menggendong anak perempuan menyeberang.

Kompas.com mendatangi lokasi yang dimaksud dalam video, dan bertemu Munadzar Abror, guru MI Yappi Kedungwanglu yang kemarin menggendong murid menyeberang.

"Jadi ceritanya kemarin itu hujan deras, dan di sini banjir, kan masih hujan anak-anak mau pulang bingung, mau nunggu siang atau sore takut banjirnya tambah gede," kata Munadzar ditemui Kompas.com di sekitar Crossway Kedungwanglu, Rabu (15/2/2023).

Beberapa orangtua sudah menunggu anak-anaknya di seberang crossway, dan berharap cemas melihat aliran sungai Prambutan berwarna cokelat. Dirinya dan beberapa guru kemudian berinisiatif menyeberangkan anak-anak yang berjumlah 10 orang itu.

"Terpaksa kami gendong satu persatu bersama guru yang lain sekitar 10 orang anak. Ada beberapa yang tajut banjir tidak masuk sekolah," kata dia.

Munadzar menyusuri sungai dengan pelan, air deras setinggi pahanya dia lalui dengan pelan-pelan mencegah dirinya terjatuh. Terus memandang ke depan sambil meyakinkan anak yang digendongnya agar tidak takut.

"Ada anak yang hampir pingsan yang disini anak cewek kelas VI ibunya disini sempoyongan karena takutnya," kata dia.

Bersama guru lainnya, Munadzar sudah lima kali menggendong anak-anak saat pulang sekolah tahun ini. Bahkan dirinya pernah tidak pulang ke rumahnya saat ada kegiatan di luar wilayah, karena banjir pada malam hari.

Dia akhirnya memilih untuk tidur di rumah mertuanya. Sungai Pramputan sering debit airnya naik pada malam atau sore hari, dan surut pada pagi hari. "Sudah lama kondisinya seperti ini," kata dia pasrah.

Salah seorang warga Kedungwanglu Fauzi mengatakan, jika pembatas kecil-kecil di sekitar crossway masih kelihatan maka dirinya berani menyebrang.

"Kalau deras banget pas pulang malam gitu cuma bawa senter atau alat penerangan lainnya menyebrang. Sepeda motor dititipkan dulu," kata dia.

Padukuhan Kedungwanglu ada delapan RT dari jumlah itu, ada lima RT yang lawan terisolasi saat musim hujan karena meluapnya air di Kali Prambutan. Luapan terjadi karena sungai Prambutan ada pertemuan dengan Kali Oya sehingga alirannya tidak bisa lancar

Letak Padukuhan di sisi selatan ada sungai oya, sisi barat tebing, jadi memang sulit untuk mengakses lokasi tersebut.

Lurah Banyusoco, Damanhuri beberapa waktu lalu mengatakan, letak Padukuhan Kedungwanglu berada di daerah aliran sungai sehingga potensi banjir tidak bisa dihindarkan.

"Air dari Playen, Paliyan dan Wonosari masuk ke Kali Prembutan," kata Damanhuri.

Menurut dia, upaya untuk meninggikan crossway sudah pernah dilakukan namun hal itu tetap tidak membantu saat debit air meninggi. Meski statusnya jalan desa, namun anggaran Kalurahan tidak memungkinkan membangun jembatan.

Sementara, Kepala Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, Wadiyana menyampaikan pihaknya hari ini melakukan survei lokasi dan sebenarnya sudah beberapa kali diusulkan pembangunan jembatan. Namun belum diterima.

Kemungkinan akan diusulkan kembali dalam APBD 2024 mendatang. Sudah dilakukan kajian beberapa waktu lalu dengan membangun jembatan atau membuat jalan baru.

"Ada dua opsi membangun jembatan dengan lebar 7 meter, dan panjang sekitar 40 meter dengan anggaran Rp6 miliar. Kedua membangun jalan baru dengan panjang 500 meter, tetapi karena tanahnya milik perhutani kemungkinan sulit," kata Wadiyana.

"Untuk APBD Perubahan tahun ini jelas tidak mungkin, karena yang dibangun jembatan butuh proses agak lama," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/02/15/141603178/video-viral-guru-menggendong-anak-menyeberangi-derasnya-sungai-ada-anak

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com