Salin Artikel

Mahasiswi UNY dari Keluarga Miskin di Purbalingga Ini Meninggal Saat Perjuangkan Keringanan UKT

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kisah perjuangan seorang mahasiswi yang berasal dari keluarga tidak mampu untuk mendapatkan keringanan karena tingginya Uang Kuliah Tunggal (UKT) dituliskan dalam thread media sosial Twitter.

Namun, meski telah bersusah payah berusaha, mahasiswi berinisial RNF yang berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah, ini tidak mendapatkan keringanan yang diharapkan hingga akhir hayatnya.

RNF merupakan mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

Kisah tersebut kemudian ditulis oleh teman RNF dalam sebuah thread di akun Twitter-nya @rgantas.

Saat dihubungi, pemilik akun Twitter @rgantas yakni Rachmad Ganta Semendawai menceritakan, RNF merupakan mahasiswi angkatan 2020.

"Dia mahasiswi angkatan 2020 yang terkendala UKT, tidak bisa bayar UKT," ujar Rachmad Ganta Semendawai saat dihubungi, Kamis (12/1/2023).

Mahasiswi tersebut mempunyai tekad yang kuat untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Tekad itu membawa RNF yang berasal dari desa terpencil di Purbalingga menuju Yogyakarta.

Saat itu, RNF hanya berbekal uang Rp 130.000 untuk perjalanan naik bus dan uang saku selama seminggu di Yogyakarta.

Orangtua RNF sehari-hari berjualan sayur dengan menggunakan gerobak di pinggir jalan. Di saat yang sama, ibunya harus menghidupi RNF dan keempat adiknya yang belum lulus sekolah.

RNF sudah mengisi nominal pendapatan yang sesuai dengan kondisi ekonominya. Namun, saat diminta mengunggah beberapa berkas, RNF tidak punya laptop sehingga ia meminjam ponsel tetangganya di desa.

Namun, karena ponsel tetangganya tidak begitu canggih, akhirnya RNF tidak bisa mengunggah berkas-berkas yang diminta. RNF mengira hal itulah yang membuatnya mendapatkan UKT yang tinggi, yaitu di angka Rp 3,14 juta.

Saat itu RNF sempat akan mengubur keinginannya untuk berkuliah. Namun beruntung, guru-guru di sekolahnya memberikan bantuan untuk RNF sehingga RNF resmi menjadi mahasiswi UNY.

"Semester pertama dia dibantu dibayari oleh gurunya," ucap Ganta.

Ganta melihat, selama kuliah, RNF dikenal sebagai pribadi yang ceria. Hanya saja, setiap mendekati pembayaran UKT, keceriaan itu seakan luntur.

"Di semester kedua, dia praktis hampir tidak bisa bayar lagi," tuturnya.

RNF terus berjuang dan berusaha agar bisa melanjutkan studinya. Ia mencari beasiswa hingga mengambil kerja paruh waktu.

Sebenarnya di awal perkuliahan RNF sempat bolak-balik dari rektorat untuk mengajukan keberatan terhadap nominal UKT-nya. Tetapi, dari cerita RNF, dia justru "dilempar" ke sana-sini saat mengurus keberatan tersebut.

Tak mampu bayar ojek online

Ganta baru-baru ini mengetahui bahwa RNF saat itu bolak-balik ke rektorat selalu jalan kaki dari tempat kosnya di Pogung. Sebab, RNF tidak memiliki cukup uang untuk memesan ojek online.

Ganta menceritakan,  RNF selalu berhati-hati untuk menggunakan uang. Salah satu temannya pernah memberinya abon. Dia sangat senang. Selama di kos dia terlihat hanya makan nasi dengan abon yang diberi temannya tadi.

Bahkan, pasta gigi, sampo, dan mi instan didapatkan dari pemberian temannya.

Demi mimpi adik

Salah satu hal yang membuat RNF berusaha kuat ialah ambisinya untuk menjadi sarjana agar dirinya dapat membantu orangtua dan masa depan adik-adiknya.

RNF pernah mengungkapkan ingin bekerja jika akhirnya tidak bisa melanjutkan kuliah. Ia ingin bekerja agar dapat menguliahkan adik-adiknya dan mewujudkan mimpi adik-adiknya.

Hal itu disampaikan masa pembayaran UKT mendekati deadline.

Ganta pun berusaha menghubungkan RNF dengan salah satu petinggi kampus.

Saat itu, pihak kampus meminta beberapa dokumen penting untuk membantu penurunan UKT RNF secara langsung.

RNF juga sudah mengisi link pengajuan penurunan UKT yang disediakan kampus. Ironinya, nominal UKT hanya turun lebih kurang Rp 600.000.

Di detik-detik akhir, teman-teman, dosen pembimbing akademik, dan kepala jurusan membantu patungan. Termasuk Ganta pun turut membantu untuk patungan. RNF menyebut itu sebagai "keajaiban".

Meski demikian, nominal tersebut masih belum cukup dan orangtua RNF masih harus mencari tambahan kekuaranganya. Saat itu kondisi pandemi sedang mengamuk.

Akhirnya RNF mencoba untuk meminjam uang. Di babak akhir, RNF bisa mengisi KRS dan bisa melanjutkan perkuliahan semester itu.

Namun, pada semester 3, RNF tidak bisa melanjutkan studinya karena tidak mampu membayar UKT. Ganta mendapatkan dua informasi tentang RNF. Ada yang mengatakan bahwa RNF menyerah dan ada juga yang menyampaikan cuti.

Meninggal

Namun, Ganta lebih percaya bahwa RNF mengambil cuti kuliah. Sebab, di mata Ganta, RNF merupakan orang yang gigih, di mana orang gigih tidak akan menyerah.

Pada tanggal 9 Maret 2022, RNF mengembuskan napas terakhirnya. RNF meninggal bersama mimpi-mimpinya untuk menjadi sarjana demi membantu orang tua dan adik-adiknya.

Selama ini Ganta baru mengetahui bahwa RNF mengidap hipertensi yang buruk. Ancaman putus kuliah semakin memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar RNF sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah.

Ganta menuturkan, RNF bukanlah satu-satunya kasus soal UKT.

Ada banyak kasus di mana nominal UKT mahasiswa UNY melampaui kapasitas kemampuan ekonomi keluarga.

Terbukti, dari hasil temuan @unybergerak, di mana dari 1.000-an mahasiswa yang mengisi angket, sekitar 97 persen keberatan dengan nominal UKT-nya.

"Yang terbaru di UNY, penurunan UKT yang tahun ini diberikan kepada mahasiswa yang orangtuanya meninggal. Akhirnya banyak yang bernasib seperti almarhum, kemudian turunnya enggak signifikan," tandasnya.

Poin penting yang ingin disampaikan Ganta adalah UNY mempunyai masalah dalam penetapan UKT bagi mahasiswanya.

RNF, lanjut Ganta, adalah korban dari kejamnya institusi dan sistem pendidikan di negeri ini.

Thread yang ditulis oleh Ganta di akun Twitter-nya ini juga ditujukan untuk Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim. Sebab, Nadiem Makarim pemegang tongkat tertinggi pendidikan di negeri ini.

Menurut Ganta, persoalan UKT ini sudah ada sejak lama. Bahkan, sejak sistem UKT muncul, sudah ada gelombang penolakan di mana-mana.

"Hampir semua melakukan demonstrasi ke tingkat kampusnya dan akhirnya mental semua. Jadi solusi yang harus ditempuh ya pada tingkat yang lebih tinggi, bukan level rektorat. Pemegang kebijakan tertingginya di Nadiem Makarim," tegasnya.

Tanggapan Rektor UNY

Sementara itu, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sumaryanto mengatakan, di berbagai tempat, dia sudah menyampaikan kepada dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa yang kesulitan, terutama masalah keuangan, bisa kirim surat ke rektor.

Namun, harus jujur dengan kondisi keuangan keluarganya.

"Kalau tidak bisa membayar kirim surat ke rektor, insya Allah mesti saya bantu itu komitmennya. Jadi, kami tidak ingin keluarga besar kami tidak selesai studi hanya masalah uang, maka ajukan surat ke rektor. Kalau bukan UNY yang membantu, Sumaryanto secara pribadi," tuturnya.

Sumaryanto menuturkan, ada mekanisme untuk pengajuan penurunan nominal UKT di UNY. Mahasiswa yang bersangkutan, diketahui oleh orangtua, lalu mengajukan ke rektor.

"Diketahui orangtua, juga pimpinan mengajukan ke rektor, bisa penundaan, bisa penurunan, bisa pembebasan. Pasti surat itu saya disposisi mohon untuk dipelajari, nanti jajaran biasanya Pak WR II," bebernya.

Misalkan ada mahasiswa yang masih keberatan maka bisa didiskusikan. Bahkan, Sumaryanto menyatakan akan menemui mahasiswa tersebut untuk berdiskusi.

"Silakan komplain kepada rektor, 'Pak, kami itu enggak kuat kalau diturunkan sekian'. Itu pasti saya temui, kuatnya berapa tho, Mas? Soalnya kenapa tho, Mas? Kenapa tho, Mbak?" tuturnya.

Sumaryanto mengaku sedih jika ada mahasiswa yang tidak bisa membayar dan bahkan sampai depresi.

Sumaryanto pun mengatakan segera menindaklanjuti informasi yang diunggah di media sosial berkaitan dengan UKT.

"Kalau kesulitan, saya angkat anak asuh itu. Kalau kesulitan kos, bisa di rumah saya. Saya minta datanya yang itu tadi (RNF), akan saya follow up, akan saya cari datanya. Sedih saya mendapat kabar seperti itu," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/01/12/210621478/mahasiswi-uny-dari-keluarga-miskin-di-purbalingga-ini-meninggal-saat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke