Salin Artikel

Simpang Empat Pingit Yogyakarta Salah Satu Lampu Merah Terlama di Indonesia, Ini Penjelasan Dishub

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Simpang Empat Pingit Kota Yogyakarta menjadi satu simpang yang memiliki waktu lampu merah terlama di Indonesia.

Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta Windarto menjelaskan Alat Pemberi Isyarat Lampu Lalu Lintas (APILL) di Simpang Empat Pingit sudah menggunakan APILL responsif.

Ia menjelaskan, sistem kerja APILL responsif adalah memberikan jarak atau gap pada kendaraan.

Jika jarak sudah mencapai 4 detik maka lampu akan menyala merah secara otomatis.

"Kedua di Pingit itu kita berikan waktu maksimal green-nya itu rata-rata sekitar 50 detik per kaki. Sehingga itu akan panjang apabila semua lengan (simpang) itu pada posisi semua padat, maka dia akan mempergunakan maksimal green-nya jadi hijaunya sampai 50 detik," ujarnya saat dikonfirmasi melalui sambungan telpon, Jumat (6/1/2023).

"Kalau 50 detik kali 4 ditambah dengan all red-nya itu memang orang bisa menunggu sampai dengan 3 menit," imbuh dia.

Menurut Windarto, Simpang Empat Pingit sudah mengalami kapastitas berlebih, sehingga diterapkan lampu APILL responsif. Jika menggunakan lampu APILL biasa antrean kendaraan bisa sampai 6 kali.

"Pingit itu memang sudah hampir over capacity. Kalau kita buat itu hijaunya sedikit-sedikit gitu, nanti akumulasi, antrean tambah panjang. Jadi pada saat di lengan yang mempunyai volume yang banyak itu nanti dia akan mengalami bisa sampai 6 kali lampu merah, tambah lama itu," ucap dia.

Keunggulan lampu APILL responsif menurut dia dapat menyesuaikan sesuai dengan kapasitas kendaraan yang melalui. Jika kapasitas kendaraan sedikit secara otomatis lampu tidak memaksimalkan waktu lampu hijaunya.

"Dia (APILL) tidak sampai memakai maksimal green-nya. Bisa cuma 15 detik, 10 detik per kakinya. Memang tergantung volume lalu lintasnya," kata dia.

Selain simpang empat Pingit di Kota Yogyakarta yang memiliki jalur padat adalah Simpang Empat Jetis. Di Simpang empat Jetis ini juga diterapkan APILL responsif.

"Cuma Jetis tidak terlalu padat sehingga dia traffic light-nya tidak memakai maksimal green sehingga tidak sampai dengan 50 detik hijaunya tiap-tiap kaki itu, ya putaran orang menunggu, siklus, fase enggak sampai tiga menit," beber dia.

Lanjut Windarto, Simpang Empat Pingit setiap lengannya memiliki kepadatan lalu lintas yang hampir berimbang.

Simpang Empat Pingit merupakan jalur utama masuk dari Magelang dari arah utara dan barat merupakan jalur penghubung Kota Yogyakarta ke Godean.

"Kalau cuma satu tok yang panjang ya satu tok 50 detik yang lain tidak sampai 50 detik, enggak sampai 3 menit juga akhirnya tergantung dari fluktuasinya," pungkas dia.

Sementara itu, salah satu warga Yogyakarta yang melintas Simpang Empat Pingit, Adji mengeluhkan,  melewati Simpang Empat Pingit membutuhkan waktu lebih lama.

"Iya memang butuh waktu lebih lama dibanding simpang empat lainnya," kata dia.

Ia menambahkan kondisi ini membuat dirinya mencari jalan alternatif lainnya.

"Ya menghindari, bisa masuk jalur-jalur kampung," kata dia.

Perempatan Pingit atau populer dengan sebutan Bangjo Pingit di Kota Yogyakarta sudah dikenal memiliki durasi lampu merah terlama.

Dikutip dari Tribun Jogja, durasi lampu merah di lokasi ini mencapai hampir 3 menit lamanya, yakni 2 menit lebih 56 detik. Sementara untuk durasi lampu hijau jauh lebih singkat, yaitu hanya mencapai 50 detik.

Hal ini tentunya banyak dikeluhkan oleh warga Yogyakarta, bahkan ketika musim liburan wisatawan tidak disarankan untuk melewati persimpangan ini untuk menghindari kemacetan panjang.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/01/06/183906878/simpang-empat-pingit-yogyakarta-salah-satu-lampu-merah-terlama-di

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com