Salin Artikel

Misteri Dentuman di Gunungkidul, Terdengar Keras, Warga Sebut Kaca hingga Plafon Sampai Bergetar

KOMPAS.com - Dentuman terdengar di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (22/12/2022) siang.

Lurah Tambakromo Sudigdo mengatakan, bunyi dentuman tersebut membuat kaca rumahnya bergetar. Ia sempat mengira dentuman itu disebabkan dari truk yang melintas.

"Awalnya juga dikira gempa, namun tidak ada goyangan, hanya kaca saja yang bergetar," ujarnya kepada Kompas.com.

Sementara itu, warga lainnya Putri, mengaku dentuman itu terdengar keras.

"Jam 11.19 WIB terdengar suara cukup keras pas di kantor (Kapanewon Wonosari). Plafon sampai bergetar. Ibu saya di Semanu juga mendengar, tadi langsung telepon," ucapnya.

Kejadian itu juga membuat tetangga kantornya keluar ruangan untuk mengecek sumber bunyi.

"Tadi banyak yang keluar dan bertanya tentang sumber bunyi," ungkapnya.

Di media sosial, sempat beredar kabar dentuman itu disebabkan oleh pengerjaan di Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) dengan metode blasting atau peledakan.

Namun, menurut Lurah Jepitu Sudarta, hari ini tidak ada penggunaan blasting untuk pembangunan JJLS di wilayahnya.

"Blasting tidak ada hari ini karena biasanya ada pemberitahuan dulu. Setahu saya blasting di wilayah kami terkahir itu awal bulan (Desember) lalu," tuturnya.


Penjelasan BMKG dan Lanud Iswahjudi soal dentuman di Gunungkidul

Soal fenomena dentuman di Gunungkidul, Warjono selaku Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY menjelaskan, tidak ada aktivitas kegempaan yang berkaitan dengan peristiwa ini.

Ia juga menerangkan, berdasarkan pemantauan BMKG DIY, tidak didapati adanya petir di Gunungkidul sewaktu dentuman terjadi.

"Pantauan dari kami tidak ada aktivitas kegempaan dan sambaran petir di waktu dan tempat tersebut," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Penerangan Landasan Udara (Lanud) Iswahjudi Mayor Sus Yudha Pramono menyampaikan, tidak ada aktivitas latihan pesawat tempur di wilayah Yogyakarta pada Kamis ini.

"Nihil, Mas (latihan pesawat tempur di wilayah Yogyakarta)," terangnya, dilansir dari Tribun Jogja.

Yudha mengungkapkan, pada Kamis ini, latihan pesawat hanya berupa training aerodrome. Itu pun wilayah latihannya hanya di sekitar Kabupaten Ngawi, Kabupaten Ponorogo, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur saja.

Sebelumnya, di media sosial, dentuman di Gunungkidul diduga berasal dari sonic boom atau dentuman sonik pesawat tempur.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Gunungkidul Purwono menyampaikan, pihaknya mendengar informasi soal dentuman itu dari relawan dan masyarakat.

Wilayah yang mendengar dentuman tersebut, antara lain Kapanewon (Kecamatan) Karangmojo, Nglipar, Semanu, hingga Playen.

"Belum ada informasi sumber suara, dan suara semakin ke barat semakin kecil sayup-sayup. Kawasan timur lebih keras," bebernya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono; Yefta Christhoperus Asia Sanjaya | Editor: Ardi Priyatno Utomo, Dita Angga Rusiana, Rendika Ferri Kurniawan)

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Warga Gunungkidul Dikagetkan Suara Dentuman Keras, Ini Keterangan BMKG dan Lanud Iswayudi

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/12/22/195351678/misteri-dentuman-di-gunungkidul-terdengar-keras-warga-sebut-kaca-hingga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com