Salin Artikel

Cerita Unik Warga Gunungkidul Berburu STB untuk Nonton TV Digital

Mereka ingin membeli set top box (STB) tv digital, karena sejak pergantian hari pemerintah memutuskan menghentikan siaran tv analog di seluruh DI Yogyakarta.

"Waktu itu saya bingung, kok banyak banget yang datang," kata Udin ditemui Kompas.com, Selasa (6/12/2022).

Ternyata puluhan orang ini ingin membeli STB, namun sebagian besar harus kecewa. Sebab, toko elektronik kecil itu hanya menyediakan puluhan STB.

"Saya jual STB sejak setahun terakhir, sering tak tawarkan tetapi kebanyakan belum mau beli karena tv analog masih siaran," kata dia sambil melayani pembeli.

"Saya menjual paling mahal Rp 250.000," imbuh Udin.

Serbuan warga untuk membeli STB tidak hanya berhenti di Sabtu, hingga hari ini hampir ratusan orang silih berganti menanyakan kapan barangnya ada.

Padahal dirinya sudah memasang tulisan dengan kertas 'Set top box habis'. tetapi masih banyak yang berhenti untuk bertanya.

Hingga kini dirinya tidak mengetahui kapan STB ada, Udin hanya menjanjikan beberapa hari ke depan kemungkinan sudah tersedia.

"Ada yang unik, pas hari Minggu (4/12/2022) kemarin. Ada seorang kakek yang datang berharap masih memiliki STB. Di rumah istri dan cucunya sudah menunggu. Bahkan katanya cucunya terus menangis karena tidak bisa nonton tv," kata dia.

"Kebetulan masih ada satu, sebenarnya untuk rumah. Tapi ya sudah saya berikan untuk orang itu seharga Rp 250.000," kata Udin.

"Sebenarnya ada suplier STB, tapi harganya sudah mahal. Saya kasihan pelanggan, mending tunggu saja beberapa hari lagi. Kondisi ekonomi saat ini sedang sulit, mosok disuruh beli yang harganya tidak masuk akal," kata dia. "Apalagi saat ini ada piala dunia," lanjut Udin.

Saat Kompas.com beberapa menit duduk di depan toko milik Udin, ada belasan orang yang menanyakan STB.

"Sudah tidak nonton tv sejak dimatikan itu. Ya bingung, apalagi yang punya orang tua, dan anak-anak," kata Nur, warga Playen.

Memilih menonton TV melalui aplikasi

Putri salah satu warga Kapanewon Semanu memilih cara lain, yakni mengunduh aplikasi melalui gawainya. Dirinya memilih untuk tidak membeli STB yang harganya sudah melambung tinggi.

Dirinya terakhir bertanya ke salah seorang temannya harga STB sekitar Rp 295.000.

"Ibu saya sekarang menginstal aplikasi di gawai. Nunggu harga turun dulu, baru beli STB," kata dia.

Yani, warga Kapanewon Saptosari, memilih membeli TV digital untuk keluarganya, karena sulitnya membeli STB.

"Ibu saya kemarin pas TV analog dimatikan itu kasihan. Kemarin tak belikan STB titip teman," kata Yani.

Ribuan STB dibagikan

Kepala Bidang Informasi dan Komuikasi Publik, Dinas Komunikasi dan Informatika Gunungkidul, Asar Jajang Riyanti mengatakan, laporan dari vendor pembagi STB sudah semuanya dibagikan per tanggal 14 November 2022 kemarin. Adapun total target 17.744 penerima, namun yang dibagikan 16.217 unit.

"Jadi tidak bisa 100 persen karena kendalanya bermacam-macam, Sisanya 1.527 unit dikembalikan," kata Asar saat dihubungi Rabu (16/11/2022).

Dijelaskannya, beberapa permasalahan seperti saat pembagian harus seusai By Name by address (BNBA), namun yang masuk di dalam data sudah meninggal, atau saat didatangi tidak ada, dan permasalahan lainnya.

Untuk sisa STB saat ini mulai dilakukan penarikan di tujuh Kapanewon yakni Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Wonosari, Playen, Paliyan, dan Karangmojo. "Untuk sinyal sudah tidak masalah ya," kata Asar.

Kominfo Gunungkidul hanya melakukan pemantauan, karena untuk pembagian merupakan kebijakan dari pusat.

Sebelumnya, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Gunungkidul, Wahyu Nugroho mengatakan, ada persyaratan calon penerima sesuai dengan ketentuan dari Pemerintah Pusat.

Wahyu mencontohkan, calon penerima merupakan keluarga kurang mampu yang masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Selain itu, harus memiliki televisi serta mampu menangkap siaran digital.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/12/06/112857778/cerita-unik-warga-gunungkidul-berburu-stb-untuk-nonton-tv-digital

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com