Salin Artikel

Dulu Terdampak Bandara YIA, Kini Giliran Jalan Tol, Mantan Lurah di Kulon Progo: Saya Tak Bisa Tidur Tiap Malam

Mereka mesti merelakan peninggalan orangtua di Pedukuhan Seling, berupa 3.000-an meter persegi sawah, 3.000-an meter persegi pekarangan dan rumah.

Kemudian mereka keluar dari Pedukuhan Seling dan pindah ke rumah relokasi di 2017. Sudarto kemudian membeli tanah pekarangan kakaknya di Weton untuk tempat tinggal sejak 2018. Ia tinggal bersama istri, anak dan cucu-cucunya yang berjumlah enam orang.

Ia memulai penghidupan baru dengan membuka toko kelontong.

“Warung di desa itu satu hari ada yang beli 10 orang saja sudah bagus,” kata Sudarto di ujung telepon.

Pada usia senja ini, Sudarto kembali terusik oleh pembangunan skala nasional. Kali ini oleh rencana pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta-Bandara YIA yang melintas Kebonrejo. Rumah tinggalnya sekarang tercatat sebagai salah satu yang terdampak pembangunan tol.

Sejatinya hati kecilnya menolak. Namun, ia tidak mungkin bersikeras lantaran pembangunan itu berlatar kepentingan nasional.

“Karena kepentingan negara, memang harus mendukung. Apalagi yang bisa diperbuat,” kata Sudarto.

Hal ini membuat Sudarto berpikir keras. Ia mengaku cukup lelah bila kembali harus pindah rumah di usia senja.

Belum pindah saja, mantan lurah Kebonrejo ini sudah dibayangi sulitnya memiliki rumah dengan harga terjangkau di Temon. Pasalnya, harga properti menjadi sangat tinggi sejak kehadirangan YIA.

Harga bisa saja naik cepat menjelang ganti rugi pembangunan tol. Ia menemukan pola serupa di masa ganti rugi tanah untuk bandara pada masa lalu.

“Pengalaman proyek bandara itu, mendekati (ganti rugi nanti) itu tanah minta ampun langsung naik. Mumpung situasi kondusif, tidak tinggi sekali. Makanya saya sudah ancang-ancang mencari meski penawarannya tetap terasa tinggi,” katanya.

“Saya tidak bisa tidur tiap malam, untuk mencari tempat tinggal terutama. Harga sudah satu (juta) paling rendah di daerah yang dalam sana,” kata Sudarto.

Menurutnya, pengorbanan warga sudah sangat besar di pembangunan bandara. Ia berharap warga tidak merasa sengsara lagi di proyek-proyek selanjutnya.

Berharap rumah relokasi

Jagabaya dari Kantor Kalurahan Kebonrejo, Singgih Murtoto mengatakan, sejauh ini tiga pedukuhan di Karangrejo bakal terdampak pembangunan tol Solo-Yogyakarta-YIA. Ketiganya yakni Dumpo, Kibon dan Weston.

Tiga dari lima tempat pemakaman juga terdampak.

“Terdampak bisa sekitar 400-an bidang tanah,” kata Singgih.

Sampai saat ini, pembangunan jalan tol baru sampai tahap sosialisasi. Warga tetap berharap agar ada lokasi relokasi baru di Kebonrejo sebagai tempat tinggal mereka yang terdampak.

Hal ini karena tidak semudah itu meninggalkan tanah kelahirannya. Selain itu, tanah di Temon dan sekitarnya sudah begitu tinggi harganya.

Warga penerima ganti rugi bisa saja kesulitan. Karena itu, rumah relokasi yang difasilitasi pemerintah bisa jadi solusi.

“Harapan warga dibuatkan relokasi pembangunan tol. Apalagi yang rumahnya terkena, mencari rumah itu mahal. Sementara bila mereka mau meninggalkan tanah kelahirannya di Kebonrejo maka secara batin tidak bisa,” kata Singgih di kantornya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/11/28/205212478/dulu-terdampak-bandara-yia-kini-giliran-jalan-tol-mantan-lurah-di-kulon

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com