Salin Artikel

Sejarah Andong, Alat Transportasi Tradisional di Yogyakarta, Fungsi, dan Bentuk

KOMPAS.com - Andong berasal dari Jawa, khususnya Yogyakarta.

Andong adalah alat transportasi tradisional beroda empat yang ditarik oleh kuda.

Andong mudah ditemukan di daerah Malioboro.

Fungsi andong saat ini adalah banyak digunakan sebagai alat transportsi wisata.

Sejarah Andong

Sejarah Andong tidak terlepas dari keberadaan raja-raja Mataram yang memiliki kendaraan khusus, yaitu kereta yang ditarik oleh kuda.

Pada awalnya, andong hanya boleh digunakan oleh para bangsawan, terutama raja dan keluarganya.

Pada awal abad ke-19 saat Mataram dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono VII, andong merupakan salah satu penanda status sosial para kerabat keraton.

Saat itu, rakyat jelata tidak boleh menggunaan andong dan hanya boleh menggunakan gerobak.

Keberadaan andong sebagai salah satu penanda status sosial ini kurang lebih berlangsung hingga abad ke-20.

Pada masa pemerintahan Sultan Hamangku Buwono VIII, andong mulai digunakan oleh masyarakat umum walaupun masih terbatas di kalangan pedagang dan pengusaha.

Pada sekitar 1940-an, hanya orang kaya yang dapat membeli andong.

Pada saat itu, andong dibeli dari tukang bengkel andong yang onderilnya masih dibeli dari luar negeri.

Andong digunakan untuk mengangkut barang dan penumpang, seperti pedagang batik dan dagangannya dari Kotagede ke Pasar Beringharjo.

Andong juga digunakan untuk mengangkut barang atau penumpang dari Bantul, Prambanan/Kalasan menuju Kota.

Saat ini, fungsi utama andong tidak lagi sebagai alat transportasi pengangkut barang melainkan untuk sarana wisata.

Bentuk Andong

Bentuk andong mengadopsi kereta-kereta kuda para bangsawan atau keluarga keraton Yogyakarta.

Secara garis besar, bagian-bagian andong adalah cagak, payonan, senderan, buntutan, kenekan (boncengan belakang), bangkon (tempat duduk), per, roda (belakang), pancatan, slebor, roda (depan), onderstel, dan lampu.

Bentuk andong Yogyakarta mengalami evolusi. Pada sekitar 1940-an, bangkon atau tempat duduk hanya terdiri dari dua baris, yaitu baris pengemudi dengan satu penumpang di sebelahnya.

Kemudian, baris kedua untuk dua penumpang menghadap ke depan.

Pada sekitar 1950-1960-an dengan adanya pengaruh gaya andong Klaten-Solo, ada penambahan satu baris dibelakang kemudi yang menghadap belakang.

Sehingga, penumpang di belakang pengemudi akan saling berhadapan.

Perbedaan Andong dan Dokar

Ada beberapa sarana transportasi yang ditarik oleh kuda, salah satunya dokar.

Alat transportasi ini banyak terdapat di Jawa Tengah, sebelum kendaraan bermesin menguasai sarana transportasi.

Perbedaan andong dan dokar adalah andong memiliki roda empat dengan bentuk roda berdiameter kecil di bagian depan, sedangkan dua roda berdiameter besar di bagian belakang.

Umumnya, andong ditarik oleh dua kuda, sedangkan alat traspotasi lainnya ditarik dengan satu kuda.

Andong bisa digunakan untuk mengangkut hingga delapan orang, sedangkan alat trasportasi berbasis kuda lainnya, termasuk dokar, hanya bisa digunakan untuk mengangkut sebanyak empat hingga lima orang.

Dokar memiliki roda dua dengan diameter besar dan ditarik oleh seekor kuda.

Sumber:

kebudayaan.kemdikbud.go.id

sibakuljogja.jogjaprov.go.id

dpad.jogjaprov.go.id

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/11/21/145355878/sejarah-andong-alat-transportasi-tradisional-di-yogyakarta-fungsi-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke