Salin Artikel

Ketua PP Muhammadiyah Resmikan Serambi Buya Syafii

Serambi Buya Syafii merupakan rumah kediaman semasa hidup cendekiawan Buya Ahmad Syafii Maarif.

Di rumah yang berlamatkan Jalan Halmahera D76, Perumahan Nogotirto, Kapanewon Gamping ini lah, Buya Syafii tumbuh sebagai tokoh negarawan dan guru bangsa.

Terdapat 9.000 koleksi judul buku yang dimiliki Buya Syafii dengan beragam tema. Termasuk buku-buku karyanya sendiri.

Selain itu terdapat pula dokumentasi dan benda-benda semasa hidup Buya Syafii Maarif. Tak ketinggalan, sepeda yang biasa sehari-hari dipakai oleh Buya Syafii Maarif pun turut dipajang. Semua buku dan benda-benda tersebut, dapat dilihat di Serambi Buya Syafii.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Serambi Buya Syafii merupakan ruang publik dan terbuka untuk semua warga masyarakat.

"Ini untuk seluruh warga masyarakat yang ingin lebih mengenal Buya (Buya Syafii Maarif) baik koleksi bukunya dengan karya-karyanya. Bahkan bagian dari aktivitas hidupnya dan benda-benda terkait dengan Beliau, seperti museum lah," ujar Haedar Kamis (10/11/2022).

Haedar Nashir menyampaikan, ada banyak hal yang bisa diambil dari Buya Syafii Maarif. Sebagai tokoh Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif, mengikuti Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk membuka horison pemikiran Muhammadiyah semakin maju dan inklusif.

"Buya selalu demokratis dalam ber-Muhammadiyah," ungkapnya.

Di dalam konteks umat Islam, lanjut Haedar, Buya Syafii Maarif sering mengkritisi. Namun sikap kritis dari Buya Syafii bukan tidak cinta dengan umat Islam.

Justru, dalam pandangan Haedar, sikap kritis Buya Syafii tersebut merupakan bentuk dari kecintaan Buya Syafii Maarif pada umat Islam.

"Beliau sering memang mengkritisi umat Islam karena kecintaanya, bahwa mayoritas di republik ini umat Islam memang harus berdaya, berfikir maju, harus bersatu dan harus siuman istilahnya," tegasnya.

Haedar menuturkan tentang bangsa, Buya Syafii Maarif mengajarkan tentang kebhinekaan. Buya tidak hanya bersuara, tetapi menjalankan kebhinekaan tersebut.

"Kebhinekaan itu bukan hanya Beliau suarakan, tetapi Dia praktikan dengan membangun relasi yang luas, berbagai pihak tanpa ada sekat dan itulah yang menjadikan Buya sebagai tokoh bangsa, bapak bangsa, guru bangsa. Sehingga ketika Beliau wafat, semua merasa kehilangan," tandasnya.

Serambi Buya Syafii sebagai rumah intelektual dan persemaian gagasan bagi semua kalangan. Di tempat ini, nilai-nilai Buya Syafii dihidupkan kembali dan ditularkan untuk para generasi bangsa.

"Bagi kita, generasi muda terutama lebih-lebih yang milineal ya, perlu belajar dari tokoh-tokoh bangsa ini baik, lewat media digital maupun lewat Serambi Buya ini. Agar generasi milineal ini tidak lost generation, menjadi generasi yang tercabut dari akar budayanya karena tidak mengenal tokohnya, termasuk tokoh-tokoh pendiri bangsa," ucapnya.

Sementara itu, istri Buya Syafii Maarif, Nurchalifah mengaku senang dengan adanya Serambi Buya Syafii. Selain ada yang merawat, buku-buku koleksi Buya Syafii Maarif bisa bermanfaat bagi siapapun.

"Ya Ibu senang sekali supaya ada yang merawat. Ini dipakai dua tahun dulu, nanti tempatnya Suara Muhammadiyah selesai dipindah semua ke sana," ungkapnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/11/10/150315278/ketua-pp-muhammadiyah-resmikan-serambi-buya-syafii

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com