Salin Artikel

Juara Hylo Open 2022 Lisa Ayu Kusumawati, Mata Sang Ibu Berkaca-kaca Ceritakan Perjuangan Putrinya

Di final, ganda campuran Indonesia ini mengalahkan tandem China, Feng Yanzhe/Huang Dongping, dua gim tanpa balas 21-17 dan 21-15.

Penampilan Rehan/Lisa mengejutkan banyak pihak. Sebab, Huang Dongping merupakan peraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama Wang Yi Lyu.

Sebelum mengandaskan ganda China, Lisa dan Rehan menumbangkan unggulan kedua asal Perancis, Thom Gicquel/Delphine Delrue, di partai semifinal Hylo Open yang berlangsung di Saarlandhalle, Saarbruecke, Jerman.

Lisa Ayu Kusumawati merupakan anak keempat pasangan Sri Rahayu dan Giadi. Lisa, panggilan Lisa Ayu, memang sudah kecil ingin menjadi atlet badminton.

Sri menceritakan, dari anak pertamanya sudah bermain badminton di tingkat nasional. Namun tiga kakak Lisa tidak sampai ke pelatnas PBSI.

Lisa sewaktu kecil selalu diajak ibunya ketika mengantar dan menunggu tiga kakaknya berlatih bulu tangkis. Sembari menunggu latihan, Sri momong (mengasuh) Lisa kecil.

"Dari pada saya momong (Lisa) ke sana ke mari, kan itu nungguin kakaknya Badmenton sambil Saya momong di situ di GOR," urainya.

Dari sering melihat kakaknya berlatih itulah, Lisa mulai tertarik dengan badminton. Dari situ, Sri kemudian memasukkan Lisa ke Perkumpulan Bulutangkis (PB) Pancing Sembada Sleman.

"Kok dia mau sendiri gitu lho, pegang-pegang raket. Akhirnya Saya masukan itu ke PB Pancing Sleman, dulu di GOR Pangukan. Dulu yang melatih Pak Gatot, Mas Yusuf sama Mas Lambang," ucapnya.

Mata Sri berkaca-kaca ketika menceritakan perjuangan Lisa semasa dahulu berlatih badminton.

Lisa kecil berlatih tepok bulu setiap hari. Di luar jadwal PB Pancing, Lisa kecil masih menambah porsi latihan sendiri.

Bahkan, setiap hari ketika orang masih tidur, Lisa sudah berangkat ke GOR Pangukan untuk mengasah kemampuannya. Usai latihan, Lisa tidak lantas pulang ke rumah.

Lisa kecil mandi di GOR dan langsung berangkat ke sekolah. "Tiap hari latihan di Pancing, itu saja nambah latihan pagi sore. Dulu orang masih tidur, saya Subuh sudah berangkat ke GOR (latihan). Terus jam 6 mandi di GOR, Saya antar (Lisa) ke sekolah," tuturnya.

"Ya ngeri istilahnya kalau lihat ke belakangnya. Tapi saya ingin anak saya bisa mapan, bisa jadi," imbuhnya.

Menurut Sri, saat pagi hari itu Lisa latihan sendiri untuk fisik dan teknik pukulan. Saat GOR Pangukan digunakan acara, Lisa berlatih fisik di tanjakan daerah Pakem, Sleman.

"Fisik di luar itu kalau GOR Pangukan dipakai, kita naik di daerah Pakem yang ada tanjakan untuk lari," bebernya.

Lisa kemudian ingin melanjutkan kariernya dengan mencoba mengikuti seleksi PB Djarum. Keinginannya itu disampaikan ke ibunya.

Sri pun mengantarkan putrinya untuk berangkat mengikuti seleksi ke Kudus. Sri dan Lisa berangkat ke Kudus dari Sleman dengan menggunakan mobil lawas, Toyota Kijang Super warna biru.

Selama satu minggu, Sri berada di Kudus untuk menunggu Lisa dan kakaknya mengikuti seleksi di PB Djarum.

"Ya Allah, kalau ingat saya dulu pakai Kijang biru itu, saya yang nyopir. Semua mobilnya bagus-bagus, Saya pakai Kijang biru itu. Sama kakaknya yang laki-laki, dulu masih kecil juga ikut, Lisa kelas 6 waktu itu," kata Sri dengan mata berkaca-kaca mengenang masa itu.

Lisa harus bersaing dengan ribuan anak-anak lainya. Dari jumlah itu, Lisa lolos bersama sekitar 50 anak lainnya untuk seleksi lanjutan.

"Semua kan pengin, dari beribu-ribu orang pengen masuk (PB) Djarum, nah dia pengen dan satu seleksi diterima. Zaman dulu itu 4.050 (anak) yang diterima 50, terus seleksi lagi diambil 30," tegasnya.

Proses seleksi, lanjut Sri, sangat ketat dan tidak mudah. Berkat perjuangan dan doa serta dukungan orangtuanya, pada 2012 Lisa berhasil lolos seleksi masuk PB Djarum.

"Waktu itu (Lisa) lulus SD, terus SMP-nya di sana. Kan dia di Djarum Kudus kan khusus single, ya single juara tapi double-nya yang menang terus makanya dia dipindah ke Jakarta. Kalau Jakarta kan khusus double. Digembleng di Jakarta itu sekitar dua tahunan," bebernya.

Di usia yang masih kecil dan harus jauh dari orang tua, membuat Sri setiap minggu menjenguk Lisa ke Kudus. Saat libur itu, Sri mengajak Lisa keluar untuk jalan-jalan agar tidak jenuh latihan sekaligus melepas rasa kangen.

"Setiap minggu saya ke sana dulu, kakak-kakaknya ada yang kuliah ada yang SMA, kalau libur pada ikut ke sana, kalau ada kegiatan saya sendiri ke sana. Berangkat Sabtu, pulangnya saya Minggu malam jam 8," urainya.

Saat menjenguk Lisa itu, Sri selalu memberikan motivasi agar anaknya semangat dalam berlatih dan tidak mudah menyerah demi bisa meraih cita-citanya.

"Katanya pengen jadi nomor satu, pengen juara, pengen mengangkat mama. Harus kuat ya, yang semangat," kata Sri.

Menurut Sri, pada 2017 Lisa diterima di Pelatnas PBSI setelah menjuarai Sirnas di Bangka Belitung.

Berbagai kejuaran pernah diikuti oleh Lisa Ayu Kusumawati. Lisa mempunyai kebiasaan sebelum laga, termasuk saat final Hylo Open 2022 selalu meminta doa restu orangtuanya.

"Ya kalau setiap mau pertandingan, 'Ma aku mau main, mau pemanasan, minta doanya Ma'," urainya.

"Yang penting adik semangat, walaupun kalah kalau permainanmu bagus tetap dinilai bagus, yang penting adik semangat. Makanya dari kecil dia kan daya juangnya kalau di video-video itu ngeri kan, kan langsung melonjak dari junior ke senior," tandasnya.

Tak hanya saat menang, ketika Lisa kalah pun selalu menghubungi orangtuanya.

"Kalau dia kalah itu gini, 'Ma kalah e, nggak papa to belum bisa membawa mama seneng, membawa mama bisa aku bisa juara. Nggak papa de, kalau sudah rejekinya kamu nanti akan datang sendiri. Tapi daya juang kamu, semangat kamu bikin mama bangga'," tegasnya.

Semangat pantang menyerah sudah muncul sejak Lisa junior. Sri menceritakan pada saat mengikuti pertandingan di Wonosari, Lisa sempat cedera di kaki karena terjatuh.

Melihat putrinya terluka, Sri meminta Lisa untuk tidak bertanding. Namun Lisa tetap ingin bermain dan berhasil juara.

"Pas ikut Kejurda kalau enggak salah di Wonosari. Dia itu jatuh dari tangga, itu aneh kok bisa jatuh kayak gitu, kakinya sobek, itu saja bisa juara. Ya Allah adik enggak usah main, dia bilang emoh, enggak mau ya kayak gitu," ucapnya.

Setiap laga yang dilakoni Lisa, Sri mengaku selalu menonton. Termasuk saat Lisa mengikuti final Hylo Open 2022 hingga berhasil menjadi juara.

"Ya haru, ya bangga, nangis. Kalau nonton ya kakinya ikut gerak-gerak kayak gitu," ungkapnya.

Sri menyampaikan putrinya tersebut pernah cerita mengidolakan Liliyana Natsir. Sri menilai permainan putrinya terus mengalami peningkatan. Ia berharap Lisa bisa mempertahankan konsistensi permainanya dan tanggungjawab atas dirinya sebagai atlet.

"Dari bawah kamu langsung ranking pertama, adik harus tanggung jawab, gimana caranya tanggung jawab mama enggak tahu, pola kamu makan, pola main, yang penting adik bertanggung jawab. Mudah-mudahan bisa juara England 2024, kan badminton paling tinggi Olimpiade mudah-mudahan bisa mencapai itu, harapan orangtua," pungkasnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/11/08/152528078/juara-hylo-open-2022-lisa-ayu-kusumawati-mata-sang-ibu-berkaca-kaca

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke