Salin Artikel

Kisah Arif Selamatkan Sang Kakak yang 17 Tahun Ditahan Majikan di Malaysia

PURWOREJO, KOMPAS.com- Arif Budi Susanto adalah anak terakhir dari 5 bersaudara.

Kakaknya, Meri Haspari, seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Purworejo yang ditahan oleh majikannya di Malaysia selama 17 tahun.

Arif menceritakan, perjuangannya dalam mengembalikan kakaknya ke tanah air tidak mudah.

Selama kurang lebih 2 bulan ia harus ke sana kemari meminta pertolongan kepada beberapa pihak. Bahkan ia harus bolak-balik Purworejo-Tangerang untuk mengurus kepulangan Meri.

Arif saat ini tinggal di Tangerang, Banten merantau bersama istrinya, meninggalkan orangtuanya di Desa Jetis, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Di Tangerang, ia menjalani pekerjaan sebagai tukang ojek online.

Tak disangka pekerjaan Arif sebagai tukang ojek membawa berkah bagi kakaknya, Meri, yang 17 tahun belum bisa pulang ke tanah air.

Suatu saat, Arif sedang mengojek dan bertemu dengan salah satu pegawai Imigrasi.

Dia bercerita tentang kakaknya yang sudah belasan tahun tidak pulang dan ingin sekali mengembalikannya ke Purworejo.

"Setelah saya curhat semua tentang kakak, saya dibimbing untuk lapor KJRI Kuching dan saya langsung pulang ke Purworejo. Setelah itu saya lapor dulu ke Disnakertrans Purworejo," kata Arif saat ditemui di rumahnya, Jumat (7/10/2022).

Setelah melaporkan kejadian tersebut pada 29 Agustus 2022 yang lalu, seminggu kemudian pihak Disnakertrans Purworejo langsung mendatangi ibunda Meri untuk berkoordinasi.

"Pihak dinas dan KJRI menghubungi kita, KJRI mengatakan, majikan Meri tidak bisa dihubungi dan tidak ada itikad baik, setelah diberikan surat dari mereka (KJRI), sehingga penjemputan Meri harus melibatkan polisi Malaysia," katanya.

Setelah berhasil menjemput Meri di rumah majikannya pada tanggal 21 September 2022, Polisi Malaysia menyerahkan Meri ke KJRI Kuching.

Diketahui, selama 17 tahun bekerja sebagai asisten rumah tangga, Meri tidak diberi gaji oleh majikannya.

Dengan negosiasi yang alot, akhirnya pihak KJRI dan majikan Meri pada tanggal 29 September 2022 sepakat untuk membayar semua gaji Meri yang belum terbayarkan.

Majikan juga dituntut untuk mengembalikan barang-barang milik Meri yang masih ada di rumah majikannya tersebut.

"Alhamdulillah hak-haknya sudah dipenuhi, majikannya juga memberikan tiket pesawat untuk pulang ke Indonesia, dia tiba di Indonesia kemarin, Kamis (7/10/2022) tepat pukul 14.00 WIB di Bandara Yogyakarta International Airport, " kata Arif.

Diketahui, Meri meninggalkan Indonesia sejak tahun 2005 yang lalu. Lima tahun pertama sampai tahun 2010, pihak keluarga sama sekali tidak bisa menghubungi Meri.

Baru setelah 5 tahun, Meri mengirimkan surat pada secarik kertas yang diterima keluarganya di Purworejo.

Arif mengatakan, komunikasi dengan Meri sangat terbatas karena dilarang oleh majikannya.

"Pernah dipukul dulu saat ketahuan telepon," katanya.

Sementara itu, Suwarti (65) ibunda Meri mengaku senang anaknya bisa kembali pulang dengan selamat setelah belasan tahun merantau di luar negeri.

Suwarti mengatakan sudah tidak mengizinkan lagi Meri untuk bekerja ditempat yang jauh.

"Alhamdulillah senang Mas bisa ketemu lagi, sudah tidak saya izinkan untuk pergi lagi," katanya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/10/07/212016778/kisah-arif-selamatkan-sang-kakak-yang-17-tahun-ditahan-majikan-di

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com