Salin Artikel

Wali Murid SMAN 1 Wates Diduga Disekap karena Pertanyakan Seragam Sekolah, Banyak Pihak Berharap Berakhir Damai

Karenanya, semua pihak diharapkan menyelesaikan kasus ini lewat dialog.

“Kami mengharapkan, kasus ini bisa diselesaikan damai, akuntabel, demokratis, transparansi. Semoga semua pihak bisa cooling down maka bisa selesai,” kata Ketua Komite SMAN 1 Wates, Sardji, Rabu (05/10/2022).

Sardji mengingatkan agar persoalan seragam sekolah yang tengah viral ini berimbas pada proses belajar mengajar. Sehingga tujuan mewujudkan pembelajaran berkualitas bisa terpengaruh.

Mereka lantas mencurigai ada sejumlah pihak yang sengaja main mata dengan toko tempat pembelian seragam. Protes tersebut bahkan sempat diwarnai dugaan intimidasi oleh AP, salah satu orangtua yang protes, dengan menunjukkan lencana penyidik PPNS.

Kisruh berujung pada AP yang melaporkan ke polisi sejumlah pihak karena dirasa melakukan penyekapan.

Karenanya, Sardji mendorong penyelesaian yang arif.

Salah satunya lewat dialog atau mediasi sempat berlangsung di kantor Satpol PP, pekan lalu. Sardji menilai pertemuan itu berjalan dengan dialog yang baik, tidak ada penyekapan.

“Kalau pemahaman kami, disitu komplit. Sekolah, POT, ada komite, AP sendiri juga datang. Dialog dua arah, suasananya wajar,” kata Sardji yang juga seorang Sekretaris Dewan di DPRD Kulon Progo.

Hal serupa diungkap Kepala SMAN 1 Wates, Aris Suwasana. Aris mengaku dirinya membuka pintu penyelesaian secara damai, namun dengan sejumlah syarat.

“Saya lihat diskusinya dulu. Kalau sejak awal menuduh saya korupsi, saya tidak mau. Lagipula pembayaran seragam sekolah itu belum selesai,” kata Aris.

“Membuka (peluang) untuk damai, karena kita semua ini untuk menyelamatkan aset SMA 1 Wates, yakni peserta didik,” kata Aris kemudian.

Kantor Satpol PP

Sementara itu, Kepala Seksi Trantibum Satpol PP, Alif Romdhoni mengungkapkan, pihaknya bisa saja ikut menempuh jalur hukum dalam kasus seragam sekolah ini.

Pasalnya, Satpol PP mendapat tuduhan serius dari AP, yakni dianggap sebagai pelaku penyekapan dan pengancaman.

Alif mengatakan, saat itu tengah berlangsung proses mediasi di kantor Satpol PP. Berbagai pihak yang terkait pengadaan seragam sekolah hadir dalam mediasi yang berlangsung di ruang Kepala Satpol PP. Mediasi berlangsung aman dan diakhiri dengan baik.

Karena itu, Alif mengaku menunggu sikap kantornya atas tuduhan itu. “Saya masih punya atasan, jadi tergantung atasan bagaimana,” kata Alif.

“Tapi kalau Pak Pj (Bupati) atau Pak Sekda yang memediasi, ya mereka pimpinan, jadi kami siap (mengikuti petunjuk pimpinan),” kata Alif.

Kasus kisruh seragam sekolah mencuat di akhir pekan September 2022. Sejumlah orangtua protes kualitas bahan seragam sekolah.

Protes diwarnai dengan dugaan intimidasi yang dilakukan AP sambil mengeluarkan lencana Penyidik PPNS.

Sekolah merasa perlu melakukan mediasi karena peristiwa itu. Mereka memilih kantor Satpol PP jadi tempat mediasi. Satpol PP sendiri menyetujui jadi lokasi mediasi. Pasalnya, AP diduga protes sambil menonjolkan kedudukan sebagai PPNS-nya ke sekolah saat melayangkan protes.

Sebagai koordinator PPNS, Satpol PP perlu klarifikasi dan terbuka jadi lokasi mediasi. “Ada permintaan sekolah dan POT untuk mediasi di sini,” kata Alif.

Perjalanan kasus, AP melaporkan tiga orang Satpol PP karena dianggap melakukan penyekapan saat mediasi. AP juga melaporkan persoalan pengadaan seragam itu ke Ombudsman RI - DIY. AP menunjuk LBH Yogyakarta untuk menjadi penasihat hukum.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/10/06/063610278/wali-murid-sman-1-wates-diduga-disekap-karena-pertanyakan-seragam-sekolah

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com