Salin Artikel

Damai di Bumi Mataram, Rivalitas DI Yogyakarta-Solo Melebur di Stadion Mandala Krida Doakan Korban Kanjuruhan Malang

Tragedi ini menjadi pemicu kesadaran dan kedewasaan suporter di Tanah Mataram. Malam kemarin, berbagai kelompok suporter yakni Pasoepati (Persis Solo), Brajamusti (PSIM Yogyakarta), The Maident (PSIM Yogyakarta), Paser Bumi (Persiba Bantul), Brigata Curva Sud dan Slemania (PSS Sleman) berkumpul bersama di Stadion Mandala Krida.

Berkumpulnya wadah suporter yang memiliki rivalitas tinggi di kancah sepakbola nasional ini untuk mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan, Malang.

Sore menjelang petang, suporter dari berbagai penjuru masuk ke area Kota Yogyakarta, saat petang Mandala Krida dipenuhi oleh ribuan suporter dari berbagai daerah.

Mereka kebanyakan menggunakan pakaian gelap dengan berkalungkan syal atribut tim kebanggannya. Mandala Krida malam itu penuh warna, biru, hijau, merah, hitam, oranye berkumpul menjadi satu guna mendoakan korban tragedi Kanjuruhan Malang.

Para suporter datang berkumpul di lokasi parkir Mandala Krida Yogyakarta, tak lama kemudian acara dimulai dan doa bersama dipanjatkan. Bagi umat muslim juga menjalankan salat ghaib untuk korban tragedi Kanjuruhan Malang.

Ribuan lilin dinyalakan di halaman parkir Stadion Mandala Krida, para suporter yang tidak bisa masuk ke halaman parkir menyalakan lilin di jalanan.

Setelah berdoa bersama mereka menyanyikan lagu Indonesia Pusaka disambung dengan yel-yel masing-masing suporter.

Suporter Pasoepati, Ifan Yoga Pratama mengapresiasi digelarnya doa bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan, Malang. Tak hanya menggelar doa bersama, ini menjadi momen penting bagi ketiga suporter untuk berdamai.

"Wis tidak ada lagi geger-geger (sudah tidak ada lagi ketibutan). Kita buka lembaran baru, pokoknya suporter itu satu untuk Indonesia," katanya ditemui di Mandala Krida, Selasa (4/10/2022).

Ia mengungkapkan rasa duka cita atas peristiwa yang terjadi di Kanjuruhan Malang, dia berharap kejadian seperti ini tak lagi terulang ke depannya.

"Kejadian kemarin jadi yang terkahir jangan lagi ada korban. Jangan ada ibu yang nangis gara-gara kehilangan anaknya. Pokoknya Jogja, Solo, Sleman jadi siji (jadi satu)," ujar dia.

Salah satu Brigata Curva Sud Muhammad Ilham mengungkapkan, hal ini menjadi pengalaman pertama baginya bisa menggunakan jersey PSS Sleman di Kota Yogyakarta dengan aman dan nyaman.

"Semoga saja persaudaraan ini tidak pernah putus. Kalau dari dulu jan enak. Namanya akur saling bersaudara saling merangkul kan enak tanpa ada hilangnya nyawa," katanya.

"Semoga persudaraan klub di Yogyakarta langgeng. Saya nggak mau pecah belah lagi terjadinya korban nyawa lagi nggak mau. Kejadian di Malang cukup 1 kali dan terakhir," kata dia.

Hal serupa juga diungkapkan suporter dari Brajamusti Rizki Pradana ia berharap dengan damainya tiga suporter ini tidak ada lagi cekcok di jalan raya.

"Guyub sek penting seneng, sak teruse iso ngene (rukun yang penting senang, selamanya bisa seperti ini)," katanya.

Momen ini menurit dia sebagai lembaran baru. "Kalau bukan kita siapa lagi, kalau gengsi enggak bakal selesai-selesai," kata dia.

Rizki tak bisa berbicara banyak saat ditanya tragedi Kanjuruhan Malang. Ia hanya bisa berharap kejadian seperti itu tak terulang lagi dan harus diusut tuntas.

"Sudah tidak bisa berkata-kata. Cukup sekali. Harus usut tuntas itu," pungkas dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/10/05/084018078/damai-di-bumi-mataram-rivalitas-di-yogyakarta-solo-melebur-di-stadion

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke