Salin Artikel

Mural "Mataram is Love" Jembatan Perdamaian Antara 3 Kelompok Suporter

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan nyawa menjadi duka tak hanya bagi insan sepak bola tetapi juga seluruh bangsa Indonesia.

Rivalitas panas antar klub sepak bola tak hanya di Malang (Arema) dan Surabaya (Persebaya) saja.

Rivalitas macam ini juga banyak ditemui pada klub-klub lain, seperti saat derby Mataram antara Persis Solo berhadapan PSIM Yogyakarta, serta derby Yogyakarta antara PSS Sleman berhadapan dengan PSIM Yogyakarta.

Kejadian memilukan di Kanjuruhan Malang membuka mata para suporter bahwa rivalitas kebablasan memiliki dampak yang buruk.

Suporter PSIM Yogyakarta Brajamusti ingin menyudahi rivalitas dengan kedua klub yakni Persis Solo dan PSS Sleman. Cara yang ditempuh untuk mewujudkannya juga cantik dilakukan, yakni dengan seni mural.

Tulisan "Mataram is Love" berukuran kurang lebih 5 x 1.5 meter itu dibuat di simpang empat Jalan Brigjen Katamso atau di sekitar simpang empat Pojok Beteng Wetan.

Di ujung tulisan "Mataram is Love", terdapat gambar hati dengan warna biru, merah, dan hijau melambangkan warna kebanggaan dari tiga klub sepak bola PSIM Yogyakarta, Persis Solo, dan PSS Sleman.

Di sisi bawah juga terdapat tulisan "Pray for Malang" dan di sisi utara ada juga tulisan "Malang Kamu Tidak Sendiri".

Pemural dan juga anggota Brajamusti Andri mengatakan tulisan itu bentuk dari respon dari cuitan akun suporter Persis Solo untuk membuka pintu perdamaian.

"Saya dan teman-teman meresponsnya juga bahwa intinya sampai kapan kita ber-rivalitas sampai keblabasan karena kejadian yang di Malang itu menjadi contoh. Memang tidak ada bentrok cuma kan awalnya karena rivalitas yang kekencengen akhirnya jika salah satu klub dalam derby kalah efeknya kecewa sampai turun ke lapangan dan lain-lain," katanya saat dihubungi, Selasa (4/10/2022).

Lanjut Andri, dengan peristiwa itu dia dan kawan-kawan tidak mau terulang di kota-kota lainnya. Cukup peristiwa Kanjuruhan menjadi yang terakhir kalinya.

"Rivalitas kebablasan memang tidak ada efek baiknya sama sekali," imbuh Andri.

Mural dipilih karena sebagian besar suporter masih berusia muda dan memiliki spot mural di seputaran Pojok Beteng Wetan dimanfaatkan untuk memvisualkan apa yang dia serta rekan-rekannya rasakan.

"Kita sedang berusaha membangun pintu komunikasi dengan teman-teman Pasoepati (suporter Persis), Brigata Curva Sud (suporter PSS Sleman), dan Slemania (suporter PSS). Kita ingin selesai sampai di sini, memutus tali rivalitas yang tidak sehat, dengan menjalin perdamaian," kata dia.

Dalam proses pembuatan mural ia bersama 40 rekannya patungan untuk membeli cat dan perlengkapan lainnya. Lalu pukul 22.00 lalu dimulailah pembuatan mural.

Dia berharap peristiwa di Kanjuruhan Malang diusut tuntas dari mulai panpel hingga standar penanganan suporter.

"Di dalam stadion sudah tidak layak menggunakan gas air mata dan lain-lain jadi ya sedangkan suporter sekarang masuk saja bawa botol saja enggak boleh gitu kan. Masa cara penanganan suporter kok seperti itu, itu sudah enggak layak standar FIFA," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/10/04/205823278/mural-mataram-is-love-jembatan-perdamaian-antara-3-kelompok-suporter

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke