Salin Artikel

Diduga Diintimidasi Usai Tanyakan soal Seragam Sekolah, Orangtua Murid SMAN 1 Wates Pilih Mengungsi

Bahkan saat berada di kantornya, intimidasi juga tetap dilakukan oleh oknum-oknum Pol PP Kulon Progo. Hal ini yang akhirnya membuat AP memutuskan untuk mengungsi ke luar Kabupaten Kulon Progo.

"Maka saya mengambil langkah saya pindah ngungsi anak saya enggak masuk sekolah, saya juga cuti beberapa hari sampai saya dapat solusi," katanya di Kantor LBH Yogyakarta, Senin (3/10/2022).

Ia mulai pindah dari rumahnya sejak Jumat sore, pekan lalu sampai dengan hari ini.

"Hari Jumat memutuskan ngungsi sama anak istri saya ke luar kota, keluar kabupaten," ujar dia.

Dia juga menyebut ada aparat lain yang juga melakukan intimidasi, selain Satpol PP.

AP menjelaskan bentuk intimidasi yakni didatangi langsung oleh pihak Satpol PP di ruangan kantornya. Oknum tersebut datang mencari dirinya dan langsung menyuruhnya masuk ke dalam ruangan pimpinannya yang saat itu kosong, lalu pintu ditutup.

"Ndi (mana) agung, melbu kono (masuk sana), mengarahkan sebuah ruangan itu ruangan kepala saya, enggak ada kepala (pimpinan) saya waktu itu. Ditanyain banyak," katanya.

Lalu oknum aparat lainnya mendatangi rumahnya langsung. Kemudian saat berada di dalam rumah tiba-tiba oknum aparat menerima telepon, dan ia mendengarkan percakapannya.

"Di depan saya dia angkat telpon dan bilang siap bu itu, siap bu itu. Ini saya dapat telepon dari Mabes Polri untuk menyelesaikan masalah ini. Walaupun menyampaikan dengan pelan dan lembut tapi di dalamnya ancaman," katanya.

"Di Mabes Polri pangkatnya Iptu putra atau putri pak kepsek. Dari pihak Polres saya tahu tapi saya tidak bisa menyebutkan," kata dia.

Saat disinggung soal kondisi psikologis anak, menurutnya saat ini baik-baik saja.

"Anak saya mentalnya kuat. Saya khawatir kalau anak saya ke sekolah dengan kondisi seperti ini. Saya saja diperlakukan seperti ini bagaimana anak saya," kata dia.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Kulon Progo Tri Saktiyana menyampaikan dirinya tidak mengetahui jika Agung Purnomo mengambil cuti untuk mengungsi.

"Saya ndak tahu kalau sampai gitu. Saya setahunya karakternya tangguh AP itu, dia penyidik," ujar dia.

Dia juga belum mengetauhi secara detail apakah ada pelanggaran yang dilakukan oleh Satpol PP, karena diperlukan penyelidikan lebih lanjut oleh inspektorat.

"Saya kan nggak bisa langsung ngomong begitu (ada pelanggaran). Nanti dari inspektorat daerah lah biar menelisik seperti apa kondisinya," ucap dia.

Ia akan meminta kepada inspektorat Kulon Progo untuk mengetahui duduk permasalahan ini seperti apa.

"Ya nanti tentu kita minta inspektorat untuk membantu jan-jane kepiye (sebenarnya seperti apa)," katanya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/10/03/204545878/diduga-diintimidasi-usai-tanyakan-soal-seragam-sekolah-orangtua-murid

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com